Liwa (Lampost.co): Dinas Kesehatan Lampung Barat menindaklanjuti adanya suspek difteri pada anak usia SD yaitu HS, warga Pekon Hujung, Belalau, Lampung Barat yang meninggal pada Rabu dini hari, 8 Maret 2023.
Kabid Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Lampung Barat Ira Permata Sari mendampingi Kadis dr Widyatmoko Kurniawan mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai hal sejak Selasa (7 Maret 2023) lalu. Pertama, melakukan penelusuran atau pelacakan kontak (tracing) terhadap riwayat HS dan keluarganya.
“Kami telah melakukan antisipasi dan pencegahan penularan terhadap mereka yang pernah melakukan erat kontak dengan yang bersangkutan,” kata dia, Kamis, 9 Maret 2023.
Hasil pelacakan itu, kata dia, ternyata pihak keluarga menyatakan tidak pernah berpergian. Kemudian untuk imunisasi juga sudah diberikan lengkap.
Ira mengatakan, selain menelusuri riwayat korban, pihaknya juga menelusuri siapa saja yang pernah melakukan kontak erat dengan HS. Kemudian pihaknya juga sudah mendatangi tempat sekolah yang bersangkutan untuk melakukan penelusuran dan penyampaian tentang upaya pencegahan.
“Untuk mereka yang pernah kontak erat termasuk teman sekolahnya dari kelas 1 sampai kelas 3, kami telah memberikan obat untuk dikonsumsi dalam rangka pencegahan termasuk kepada guru yang bersangkutan. Kemudian untuk sementara dalam beberapa hari ke depan untuk tidak bersosialisasi dulu (isolasi),” jelasnya..
“Diminta agar mereka yang telah diberikan obat supaya obatnya dikonsumsi guna pencegahan,” sambung dia.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, kini pihak sekolah yang bersangkutan untuk sementara kembali memberlakukan belajar secara daring terhitung mulai Rabu (8 Maret 2023) hingga tujuh hari ke depan.
Ia berharap, jika ada warga yang pernah kontak erat dengan HS dan tiba-tiba merasa mengalami gejala, maka cepat melapor kepada petugas kesehatan. Adapun gejalanya yaitu terdapat selaput putih di tenggorokan yang membuat penderitanya mengalami demam dan tidak bisa menelan.
“Sambil menunggu hasil uji laboraturium terhadap sampel yang sudah dikirim itu, kami melalui puskesmas saat ini juga sedang melakukan pendataan status imunisasi seluruh anak-anak dalam lima tahun ke belakang,” kata Ira.
Dia mengatakan apabila nanti hasil uji laboraturium terhadap sampel yang dikirim itu dinyatakan positif, maka tindakan selanjutnya yaitu seluruh warga usia 19 tahun ke bawah yang pernah kontak erat dan mereka yang ada di sekitar lokasi tinggal yang bersangkutan akan diberikan vaksin.
“Pencegahan dilaksanakan karena bakteri difteri ini sifatnya menular. Penularan bisa terjadi lewat udara dan lewat percikan air liur maupun pada luka yang terbuka. Karena itu kami telah berpesan, jika ada anak yang kurang sehat maka sebaiknya istirahat di rumah dan untuk sementara tidak masuk sekolah dulu,” ujarnya.
Ira mengaku kasus difteri di Lambar juga pernah terjadi pada 2018 di Kecamatan Sekincau. Tetapi saat itu kasusnya sembuh.
“Sedangkan untuk pasien yang meninggal karena suspek difteri tersebut, menurut pengakuan pihak keluarganya sakitnya mulai tanggal 1 dan baru dibawa berobat setelah enam hari kemudian. Sehingga kondisinya sudah melemah. Apalagi infeksi bakteri difteri ini menyerang imun tubuh,” ujarnya.
Untuk menghindari bakteri difteri ini maka disarankan agar tetap melakukan pola hidup bersih dan sehat.
Adi Sunaryo