Metro (Lampost.co) — Sinopsis film Kulak Kukut 2022 yang digarap Jejamo Media Production menggambarkan Lampung yang memiliki banyak budaya dan tradisi termasuk di bidang kuliner. Masakan khas Lampung Tengah menjadi objek sentral dalam film tersebut.
Penulis skenario, Arman AZ, mengangkat ide cerita film Kulak Kukut menguatkan keterkaitan antartokoh dalam film yang bernama Ainun (Rebecca Ginting), Rozali (Gilbran Ibrahim), dan Raden Harun (Humaidi Abas). Film bergenre fiksi drama ini menjadi film pertama yang mengangkat isu budaya pangan di Lampung.
“Film ini adalah puncak ketersinggungan batin, betapa sebagai penghasil rempah terbaik dunia justru Lampung tenggelam dalam peta kuliner nasional,” kata produser film, Arif Surakhman, Minggu, 25 Desember 2022.
Sebagai film Lampung dengan isu kuliner pertama, tak kepalang tanggung sutradara Dede Wijaya meminta Humaidi Abas, yang memerankan Kiai Zainal pada Hayya 2: Hope Dream & Reality berperan sebagai Raden Harun di Film Kulak Kukut.
Film yang didukung Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah ini menceritakan Ainun, putri tunggal Yusuf Pangeran (Muadin Efuari), membuka rumah makan dengan konsep menu masakan khas daerah. Salah satunya gulai kulak kukut.
Terkenal menjual masakan khas Lampung, Ainun menjadi mentor chef restoran hotel bernama Rozali. Tetapi, seiring waktu Rozali justru memiliki ketertarikan dengan Ainun.
Sementara Ibrahim (Fauzi Subing), anak lelaki tertua Raden Harun, juga sejak dulu menyukai Ainun. Tetapi Raden Harun, orang tua Ibrahim, tidak menyukai latar belakang Ainun.
Yusuf Pangeran memperhatikan kedekatan putrinya dengan Rozali. Ia gundah, jika Ainun menikah dengan pria luar daerah. Tetapi satu sisi ia juga tidak menyukai Ibrahim.
Melalui film yang menjalani proses syuting di Lampung Tengah ini penonton disajikan tradisi kuliner bernama nganjar, keindahan destinasi wisata Curup Tujuh di Selagailingga, dan penampakan udara Monumen Kopiah Mas.
Puncaknya film pendek berdurasi 35 menit ini menampilkan gulai kulak kukut dalam konsep plating yang menarik. Sejauh ini secara konsep presentasi sajian, masakan tradisional Lampung belum mampu ambil bagian dalam gala dinner event wisata nasional, hanya sebatas Festival Krakatau.
“Kami berharap setidaknya film ini menginspirasi Pemprov Lampung untuk menyajikan masakan tradisional semisal kulak kukut kepada duta besar negara sahabat di gala dinner, seperti Festival Krakatau. Sebagai masakan, gulai kulak kukut merupakan masakan dengan kompleksitas rasa yang mewah. Sejauh ini hanya gulai kulak kukut yang dapat memadukan rasa tanah dari jamur dan aroma asap menjadi satu kesatuan sempurna pada gurihnya santan kelapa,” ujar Arif.
Musik pengiring adegan film serta penghubung antara scene satu dan lainnya dikomposisikan dengan melibatkan kombinasi alat musik tradisional Lampung. Sebagai komposer, Oktavian Aditya terbilang sukses mengombinasikan talo balak, gambus, dan serdam. Selain ritme gitar tunggal, sastra lisan, seperti dadi juga dikomposisikan dengan apik.
Muharram Candra Lugina