Pasar Murah Pemkot Digelar di Minggu Kedua Ramadan

Pasar Murah

Bandar Lampung (Lampost.co)— Pemerintah Kota Bandar Lampung akan menggelar  pasar murah pada Minggu ke dua Ramadan.

Hal itu langsung dikatakan oleh Kepala Dinas Perdagangan Kota Bandar Lampung, Wilson Faisol, Selasa, 12 Maret 2024.

“Itu nanti mekanismenya seperti tahun kemarin. Pelaksanaanya di 126 kelurahan 20 kecamatan, dan nggak mungkin serentak. Melainkan terbagi dalam tiga tahap,” kata Wilson.

Ia mengeklaim Pemkot Bandar Lampung akan mensubsidi harga bahan pokok yang naik sebesar Rp5.000. Khususnya pangan yang sedang naik seperti beras.

Wilson menyebut sejumlah bahan pokok yang akan tersedia saat pasar murah yakni beras, telur, daging, gula, minyak, dan tepung.

“Kalau situasi seperti ini kita subsidi di atas Rp5.000 untuk beras, dan kita melihat kenaikan bahan pokok mana yang tinggi akan kita subsidikan,” jelasnya.

Wilson meminta kepada kecamatan untuk tidak menyediakan kupon antrean agar semua masyarakat kebagian merata.

“Kita siapkan 100 paket sembako setiap pasar murah,” pungkasnya.

Sebelumnya, Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi Publik Universitas Lampung, Marselina mengatakan operasi pasar murah merupakan kebijakan yang cukup efektif. Apalagi untuk mengurangi pengeluaran masyarakat ketika tingginya harga kebutuhan pokok menjelang ramadan.
Akademisi Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Lampung itu menyebut, efektifitas dari operasi pasar murah itu akan tercipta apabila penyalurannya tepat sasaran. Yaitu, menyasar masyarakat rumah tangga miskin dengan pendapatan menengah kebawah.
“Artinya mereka yang mendapatkan bantuan harga yang rendah itu adalah orang yang miskin. Ketika pasar murah itu yang semua orang bisa mengakses, saya kira tidak efektif. Karena yang paling terdampak adalah rumah tangga miskin,” kata Marselina.
Pada kondisi menjelang ramadan, Marselina menjelaskan bahwa kenaikan harga memang umum terjadi. Terlebih komoditas yang banyak mengalami kenaikan ini merupakan komoditas pertanian. Apalagi produksinya tidak bisa cepat seperti pada manufaktur.
Meski begitu, hal ini tidak bisa terbiarkan terus-menerus. Sebab yang paling terkena pengaruh dari tingginya harga bahan pokok adalah rakyat miskin dengan pendapatan rendah.