Tag: Berita Ekonomi

  • Gandeng Kodim 0411/KM, Pemkot Metro Cek Stok Pangan

    Gandeng Kodim 0411/KM, Pemkot Metro Cek Stok Pangan

    Metro (Lampost.co): Pemerintah Kota (Pemkot) Metro mengajak jajaran TNI Kodim 0411/KM dan Bulog distrik Metro untuk melakukan pengecekan ketersediaan bahan pangan di Bumi Sai Wawai.

    Assisten I Pemkot Metro, Yerri Ehwan mengatakan, pihaknya melakukan pemantauan dan mengawasi stok maupun harga pangan bisa meringankan beban masyarakat.

    “Kenaikan bahan pangan sangat sangat berdampak terhadap masyarakat. Selain itu, dengan terjadinya kenaikan harga pangan juga terdampar terhadap pembelian. Sehingga pedagang pun mengeluhkan terjadinya penurunan pendapatan,” kata dia, Kamis, 29 Februari 2024.

    Pada kesempatan yang sama, Komandan Kodim 0411/KM, Letkol Arh Rendra Febriandari Suparman mengungkapkan, dengan memasrahkan stok bahan pangan bisa melihat secara langsung perkembangan sembako di pasaran.

    “Saat ini beberapa harga pangan mengalami kenaikan. Maka, kami ingin melihat secara langsung dan kami berupaya agar masyarakat bisa dibantu dengan mendapatkan harga yang wajar,” ungkapnya.

    Kepala Dinas Perdagangan Kota Metro, Elmanani menjelaskan, meskipun sejumlah bahan pokok mengalami kenaikan. Pihaknya memastikan akan tetap membantu dengan mengadakan pasar murah saat menjelang puasa nanti.

    “Memang harga bahan pokok mengalami kenaikan. Tapi Aahamdulillah stoknya aman. Insyaallah, nanti menjelang puasa akan ada bazar murah. Semoga saja kenaikan harga ini cepat kembali menurun,” jelasnya.

    Sementara itu, Kepala Bulog distrik Metro, Tri Novianti mengungkapkan, stok cadangan beras yang masih tersimpan sangatlah cukup untuk kebutuhan masyarakat setempat.

    “Stok beras yang ada di Bulog Metro aman. Di gudang Ganjaragung terdapat sebanyak 750 ton. Akan datang lagi 2.500 ton beras dari Bandar Lampung,” kata dia.

    Dia mengaku siap untuk mendukung Pemkot Metro dalam memberikan harga beras murah terhadap masyarakat. Beras yang disediakan Bulog merupakan beras SPHP dengan harga Rp 51.000 yang kemasan 5 kilogram.

    Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News.

  • Pertumbuhan Ekonomi Lamsel Tertinggi se Lampung

    Pertumbuhan Ekonomi Lamsel Tertinggi se Lampung

    Kalianda (Lampost.co) — Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Selatan tertinggi pada tahun 2023 mencapai angka 4,82 persen dari 13 kabupaten yang ada se-Provinsi Lampung.

    “Hal ini menunjukan kalau Lampung Selatan telah pulih dari Pandemi Covid-19,” ujar Kepala Bappeda Provinsi Lampung, Elvira Umianni, Kamis, 29 Februari 2024.

    Ia mengatakan, dengan upaya oleh Pemkab, Pemprov dan pusat, prediksi pertumbuhan ekonomi Lampung Selatan akan jauh lebih meningkat lagi.

    “Sesuai dengan tema RKPD 2025 yang fokus pada inklusi, dan pak bupati juga menghadirkan forum disabilitas, sehingga petumbuhan ekonomi ini tidak hanya berkembang Kalianda saja, tapi dapat tersebar se-Lampung Selatan,” katanya.

    Ia menyatakan, hampir seluruh sektor menjadi pendorong untuk pertumbuhan ekonomi. Mulai dari pariwisata, pertanian, bahari, Bakauheni Harbocity, industri, UMKM termasuk transportasi jasa pergudangan.

    “Kalau untuk Lampung Selatan, semua sektor potensinya sangat baik dan semua sektor juga berkembangnya juga sangat baik. Tapi, saya kira yang dapat membangkitkan multiplayer efek yang paling besar itu dari sektor pariwisata,” tegasnya.

    Sementara itu, Bupati Lampung Selatan, Nanang Ermanto mengatakan pertumbuhan ekonomi kabupaten setempat pada 2023 berada pada angka 4,82 persen, meningkat 0,01 persen dari pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022.

    “Pencapaian ini juga masih lebih tinggi dari pencapaian pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung yang sebesar 4,55 persen.

    Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian daerah telah berjalan dengan baik,” katanya.

    Ia menambahkan, upaya peningkatkan perekonomian salah satunya melalui revitalisasi Pasar Natar dan pembangunan Convention Hall.

    Ia mengharapkan dapat menjadi mendongkrak ekonomi masyarakat Kabupaten Lampung Selatan. “Tentu, ini juga harus didukung oleh penguatan sektor UMKM,” kata dia.

    Inflasi Lampung

    Nanang menjelaskan, besaran inflasi Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2023 berada di angka 3,52 persen. Masih lebih tinggi dari nilai Inflasi Provinsi Lampung yang sebesar 3,47 persen dan Nasional yang sebesar 2,61 persen.

    Pengendalian inflasi, tambahnya, menjadi agenda prioritas Bupati Lampung Selatan sesuai arahan pemerintah pusat.

    Berbagai langkah antisipatif pengendalian lonjakan inflasi terus terlaksana dengan mengoptimalkan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), memonitoring pemerataan distribusi sejumlah komoditas. Mitigasi dampak inflasi daerah hingga tingkat desa, serta menggencarkan gerakan tanam pangan cepat panen.

    Untuk tingkat kemiskinan Lampung Selatan pada Tahun 2023 adalah sebesar 12,79 persen dan mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 0,35 persen atau 2.540 jiwa dari Tahun 2022.

    “Hal ini tidak terlepas dari upaya Pemerintah Daerah dalam meningkatkan program kegiatan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, menurunkan beban pengeluaran. Juga meminimalkan kantong-kantong kemiskinan,” tegas Nanang.

  • KPPU: Banyak Faktor Kenaikan Harga Beras di Pasaran

    KPPU: Banyak Faktor Kenaikan Harga Beras di Pasaran

    Bandar Lampung (Lampost.co): Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melaksanakan Focus Group Discussion (FGD), Rabu, 28 Februari 2024. Kegiatan berlangsung di kantor pusat dengan berbagai pemangku kepentingan. Khususnya instansi pemerintah dan pelaku usaha guna mendalami fenomena volatilitas harga pangan, khususnya beras.

    Adapun tren kenaikan harga beras, khususnya dalam 6 bulan terakhir, serta berbagai informasi mengenai kelangkaan komoditas beras di pasar retail.

    Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama KPPU, Deswin Nur mengatakan, terdapat beberapa poin penting yang pihaknya peroleh dalam diskusi. Antara lain, adanya hambatan di hulu (panen gabah). Di mana berbagai macam faktor diduga mengakibatkan turunnya tingkat produksi gabah dan beras.

    “Beberapa faktor tersebut antara lain faktor musim dan cuaca, faktor luas lahan yang berkurang, serta produktivitas lahan yang relatif rendah,” kata Deswin, melalui keterangan resmi kepada Lampost.co, Kamis, 29 Februari 2024.

    Dari sisi penggilingan padi, semakin banya usaha penggilingan padi kecil yang tidak mampu bersaing dengan penggilingan besar, untuk memperoleh gabah hasil panen petani.

    Kemudian adanya hambatan pada sisi produksi dan distribusi beras. Di mana sejak akhir 2023 sampai awal Februari 2024, para pelaku usaha di bidang beras menyampaikan, adanya kesulitan untuk menemukan komoditi beras untuk disalurkan ke pasar (terutama pasar modern).

    “Memasuki periode akhir Februari, beberapa daerah sudah melakukan panen. Kita berharap, komoditi beras dapat tersedia kembali di tingkat penggilingan padi, sampai ke distributor,” kata dia.

    Penentuan Harga

    Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) pun memaparkan, pelaku usaha yang memiliki jaringan langsung dengan produsen di wilayah sentra produksi, melakukan penentuan harga sendiri. Hal ini kemudian berpengaruh secara langsung terhadap harga jual beli di daerah lain.

    Dia mengatakan berdasarkan data dan informasi dari berbagai daerah, efektifitas kebijakan harga eceran tertinggi (HET) untuk komoditi beras tidak terbentuk di pasaran.

    “Untuk menindaklanjuti berbagai data, informasi, serta temuan dalam diskusi tersebut, KPPU akan melakukan pendalaman lebih lanjut. Terutama untuk identifikasi potensi praktik persaingan usaha tidak sehat, mengacu kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,” kata Deswin.

    Berkaitan dengan hal tersebut, KPPU telah membentuk tim yang tidak hanya mengkaji industri tetapi juga melakukan investigasi. Bila ada temuan indikasi praktik persaingan usaha tidak sehat, KPPU bakal menindaklanjutinya dengan proses penegakan hukum.

    Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News.

  • Sebanyak 20 Toko di Dua Pasar di Lampung Utara Jual Beras Subsidi Kerja Sama Bulog

    Sebanyak 20 Toko di Dua Pasar di Lampung Utara Jual Beras Subsidi Kerja Sama Bulog

    Kotabumi (Lampost.co): Masyarakat di Kabupaten Lampung Utara mendapatkan beras SPHP dengan harga subsidi. Mereka hanya membayar Rp10.300/kg, dari harga di pasaran Rp13.000/kg, untuk beras kualitas medium.

    Masyarakat bisa membelinya di 20 toko yang telah bekerja sama dengan Perum Bulog. Toko-toko tersebut tersebar di dua pasar di Lampung Utara, yakni Pasar Central Kotabumi dan Pasar Dekon Kotabumi.

    “Hal itu berkat adanya kerja sama pemerintah dengan Bulog, dalam menekan harga beras yang terus meningkat, khususnya kualitas medium. Jadi warga Lampura dapat menghemat Rp 2.700/kg,” kata Sekretaris Daerah Lampura, Lekok, Kamis, 29 Februari 2024.

    Dia menjelaskan pemerintah menggandeng Bulog menyediakan beras dengan harga eceran tertinggi tidak lebih dari Rp10.300/kg. Melalui program beras stabilitasi patokan harga pangan (SPHP).

    “Harga beras di pasaran saat ini cukup tinggi, di atas harga eceran yang ditetapkan pemerintah. Untuk itu, kita Pemda melalui program beras SPHP memberi subsidi kepada masyarakat,” kata dia.

    Lekok mengatakan pihaknya melakukan hal itu guna meningkatkan akses masyarakat terhadap kebutuhan pokok pangan tersebut. Sehingga warga dapat membeli dengan harga yang tidak terlalu tinggi.

    “Untuk sementara ada di dua lokasi, yakni Pasar Central dan Dekon Kotabumi. Jumlah tokonya ada 20. Masing-masing, 8 toko di Pasar Dekon dan 12 toko di Pasar Central,” terangnya.

    Warung tersebut, kata dia, merupakan kerja sama dengan Bulog yang menyediakan beras SPHP. Sehingga memudahkan masyarakat dalam mendapatkan beras dengan harga subsidi.

    “Ke depan, kita upayakan dapat menjangkau ke desa-desa. Sehingga warga dapat beras dengan harga murah jadi makin mudah,” tambahnya.

    Cadangan Beras

    Menyoal cadangan beras pemerintah daerah saat ini, dia berujar stok masih aman di kisaran 5,8 ton. Pemkab Lampura juga telah menyiapkan stok beras cadangan sebanyak 35 ton. Sehingga total stok beras ada 43 ton.

    “Bulan depan, petani kita akan memasuki masa panen. Perkiraan akan ada 4.500 hektare sawah yang panen, dengan target produksi 13.500 ton. Sehingga menambah persediaan beras di Lampung Utara,” tambahnya.

    Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News.

  • Kenaikan Harga Beras di Lampung Mencapai 45% dari HET

    Kenaikan Harga Beras di Lampung Mencapai 45% dari HET

    Bandar Lampung (Lampost.co): Kantor Wilayah II Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), mencatat kenaikan harga beras. Kenaikan harga beras di Provinsi Lampung pada periode Februari 2024 cukup tinggi.

    Kepala Kantor Wilayah II KPPU, Wahyu Bekti Anggoro mengatakan, bahwa pihaknya telah melakukan pemantauan harga kebutuhan pokok, dengan mengambil sampel di sejumlah pasar tradisional.

    Adapun harga komoditas panga, terutama untuk beras berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Pihaknya melakukan pemantauan ini dengan membandingkan harga, mulai dari minggu kedua hingga minggu keempat Februari 2024.

    “Berdasarkan hasil pantauan kami, di pasar tradisional sampai minggu keempat Februari, harga beras kualitas medium mencapai Rp15.900 per kg, naik 45,87% dari HET, yaitu Rp10.900 per kg,” ujar Wahyu, Rabu, 28 Februari 2024.

    Kemudian untuk beras kualitas premium, mengalami kenaikan mencapai 19,42% dengan harga per kg yaitu Rp16.600 dari harga HET-nya adalah Rp13.900.

    Lalu minggu kedua Februari 2024, KPPU mencatat harga tertinggi untuk beras kualitas medium seharga Rp15.000 per kg. Sementara beras premium berada pada harga Rp15.900 per kg.

    “Jika melihat perbandingan pada minggu kedua dan minggu keempat (Februari), harga beras jenis medium terjadi peningkatan harga sebesar 6,00% dan beras premium 4,40%,” ucapnya.

    Selain komoditas beras, KPPU juga melakukan pemantauan kenaikan harga komoditas lainnya, seperti gula mengalami peningkatan harga mencapai 17,24% dari Harga Acuan Pembelian (HAP) yaitu Rp14.500 per kg.

    Telur ayam ras naik 3,70% dari HAP-nya Rp27.000 per kg. Sementara untuk bawang merah berdasarkan dari HAP sebesar Rp41.500 per kg tidak mengalami peningkatan harga pada Februari ini.

    Lalu cabai merah keriting dari HAP sebesar Rp55.000 per kg, mengalami kenaikan mencapai 45,45%. Cabai rawit merah naik 49,12% di minggu keempat Februari dari HAP yaitu Rp57.000 per kg.

    Minyak goreng curah pun mengalami kenaikan harga, yang mencapai Rp16.000 atau 3,23% dari HET Rp15.500 dan MinyaKita Rp16.250 atau naik 16,07%.

    Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News.

  • Harga Bumbu Dapur di Bandar Lampung Masih Tinggi, Warga Kurangi Jumlah Pembelian

    Harga Bumbu Dapur di Bandar Lampung Masih Tinggi, Warga Kurangi Jumlah Pembelian

    Bandar Lampung (Lampost.co): Harga bumbu dapur di Kota Bandar Lampung sampai dengan saat ini masih terbilang cukup tinggi. Berdasarkan pantauan Lampost.co di Pasar Way Kandis, Kecamatan Tanjungsenang, Kota Bandar Lampung, Minggu, 25 Februari 2024, bumbu dapur utama yaitu bawang dan cabai masih berada di harga yang tinggi.

    “Cabai merah harganya Rp88 ribu per kilogram (kg), cabai rawit hijau juga harganya sekarang Rp48 ribu per kg,” ujar Marnah pedagang setempat.

    Begitu juga untuk harga bumbu dapur lainnya yaitu bawang. Marnah mengatakan harga bawang saat ini pun masih tinggi, namun syukurnya permintaan pembeli tidak berkurang.

    “Kalau yang beli pasti ada cuma mungkin biasanya beli seperempat kilo. Sekarang cuma pembeli membatasi berapa ons gitu. Kayak bawang putih harganya per kg sekarang sekitar Rp40 ribu, terus bawang merah agak murah Rp32 ribu per kg,” jelasnya.

    Ratna, salah seorang pembeli mengatakan, dirinya menyiasati untuk mengurangi jumlah pembelian di tengah tingginya harga berbagai kebutuhan pokok saat ini.

    Ia lebih mengutamakan kebutuhan pokok yang sifatnya lebih banyak ketimbang kebutuhan pokok lainnya seperti bumbu dapur.

    “Biasanya ya beli seperlunya saja, kalau beli cabai rawit campur sama cabai merah berapa biji gitu. Dapatnya beberapa ons. Jadi tidak terlalu mahal, tapi masih dapat keperluan dapur,” ujar dia.

    Pihaknya juga membandingkan harga sejumlahbumbu pada pekan sebelumnya dibanding saat ini mulai merangkak naik.

    “Tapi memang sekarang udah naik lagi harganya. Sekitar minggu kemarin beli bawang putih campur cuma Rp9 ribu. Ini sekarang sudah Rp10 ribu agak naik sedikit,” kata dia.

    Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News.

  • Produksi Cabai Besar Sejumlah Daerah di Lampung Terganggu

    Produksi Cabai Besar Sejumlah Daerah di Lampung Terganggu

    Bandar Lampung (Lampost.co): Produksi komoditas cabai besar di sejumlah daerah yang ada di Provinsi Lampung mengalami gangguan akibat serangan jamur dan hama. Kepala DKPTPH Lampung, Bani Ispriyanto menyebut kendala ini timbul karena kondisi cuaca yang memasuki musim penghujan.

    “Surplus (ketersediaan cabai besar) tidak terlalu banyak, karena memang ada di beberapa wilayah seperti Tulangbawang Barat, Lampung Selatan, dan Pringsewu ini, sebagian besar terkena jamur karena musim hujan. Lalu, kutu putih dan lalat,” ujarnya, Minggu, 25 Februari 2024.

    Baca juga: Harga Cabai di Bandar Lampung Tembus Rp 95 Ribu per Kg

    Menujrut Bani, serangan jamur dan hama berdampak pada penurunan produktivitas komoditas cabai besar dari semula 10 ton per hektare menjadi 4 ton per hektare.

    Meskipun begitu, Bani mengeklaim para petani telah berhasil mengendalikan kondisi tersebut. “Sudah dapat dikendalikan. Bukan berarti tidak panen, tetap panen tetapi menurun. Sehingga memang agak berkurang (stoknya),” kata dia.

    Pihaknya memproyeksikan jumlah ketersediaan komoditas cabai besar di Provinsi Lampung untuk periode Januari-April 2024 sebanyak 15.082 ton dengan kebutuhan sebesar 14.923 ton. Sehingga tercatat surplus ketersediaan pasokan sebanyak 159 ton di periode tersebut.

    “Memang ada sedikit problem di cabai besar. Tapi ketersediaan kita masih cukup untuk Januari-April 2024, meski surplusnya tidak terlalu besar,” jelasnya.

    Bani memaparkan kondisi harga komoditas tersebut mengalami peningkatan secara berangsur sejak awal Januari 2024 lalu. Harga cabai besar kini melampaui Harga Acuan Pemerintah (HAP) dengan patokan harga sebesar Rp37.000 per kilogram. Harga rata-rata komoditas ini di Provinsi Lampung per 19 Februari 2024 mencapai Rp84.105 per kilogram.

    Dia menambahkan Pemprov Lampung menyiasati lonjakan harga cabai besar melalui pengadaan gelar pangan murah dan bekerja sama dengan Bapanas terkait subsidi biaya pengiriman pasokan.

    “Kita lakukan juga penanaman dan pengembangan kawasan cabai merah,” ujarnya.

    Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co di Google News.

  • Bulog Lampung Tengah Siapkan 3.200 Ton Beras Tekan Kenaikan Harga di Pasaran

    Bulog Lampung Tengah Siapkan 3.200 Ton Beras Tekan Kenaikan Harga di Pasaran

    Gunungsugih (Lampost.co): Bulog Sub Divisi Regional (Divre) Lampung Tengah menyiapkan sebanyak 3 200 ton beras bantuan pangan untuk menekan kenaikan harga di pasaran yang terjadi saat ini.

    Keterlambatan panen padi menyebabkan naiknya harga beras dalam kurun beberapa waktu terakhir. Hal itu akibat sejumlah wilayah Lampung terkena dampak El Nino.

    Kepala Bulog Subdivre Lampung Tengah, Tri Novianti mengatakan dalam rangka menekan lonjakan harga beras, pihak Bulog sudah menyiapkan dan sudah memulai mendistribusikan bantuan pangan kepada masyarakat ke Kota Metro dan Lampung Timur.

    “Pekan depan kita juga akan melakukan distribusi di Lampung Tengah,” kata Tri Novianti saat di temui di kantornya, Kamis, 22 Februari 2024.

    Menurutnya kenaikan harga beras pada tingkat nasional akibat dampak fenomena El Nino, sehingga musim panen padi tertunda selama dua bulan terakhir.

    “Biasanya itu (panen) jatuh di bulan Februari-Maret. Ini kemungkinan akan panen awal pada bulan April 2024,” katanya.

    Kondisi tersebut, menurutnya membuat pasokan beras ke pasar terhambat. Sebab stok gabah di penggilingan berkurang drastis dan menyebabkan naiknya harga beras.

    “Kenaikan harga beras terjadi di seluruh Indonesia. Penyebab utamanya El Nino kemarin, sehingga panen padi jadi mundur dua bulan,” ujarnya.

    Dia menambahkan, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menekan kenaikan harga beras dan menjamin ketersediaan beras, yakni dengan menyiapkan bantuan pangan.

    “Jumlah beras untuk bantuan pangan yang akan diberikan untuk tiga kabupaten sebanyak 3.200 ton,” ujar dia.

    Ia menjelaskan pihaknya menyiapkan program stabilitas pasokan dan harga pangan SPHP untuk mengatasi mundurnya waktu panen akibat dampak El Nino. Selain itu, pihak Bulog juga bersinergi dengan pemerintah untuk melakukan penetrasi pasar. Hal itu dengan memberikan harga sembako murah bagi masyarakat.

    “Bulog Subdivre Lampung Tengah menjual harga beras medium di harga Rp10.900 per kilogram. Sementara beras jenis premium sebesar Rp13.900 per kilogram,” kata dia.

    Reporter: Tedjo Waluyo

  • Sejumlah Karyawan PT Sakura Tidak Terima Dirumahkan

    Sejumlah Karyawan PT Sakura Tidak Terima Dirumahkan

    Bandar Lampung (Lampost.co): Sejumlah karyawan PT Sakura Group tidak terima karena pihak perusahaan swasta di Lampung itu merumahkan pekerja tanpa ada pemberitahuan secara tertulis sebelumnya.

    IS, salah seorang karyawan PT Sakura Group mengatakan, pihak perusahaan memberhentikannya bersama 5 karyawan lain sejak Februari 2024.

    “Saya sama teman-teman pada bidang Pertashop. Total sama saya berarti ada 6 orang. Jadi sejak Februari itu, perusahaan sudah memberhentikan kami dengan alasan merumahkan,” ujarnya, Kamis, 22 Februari 2024.

    Dia menjelaskan bahwa telah bekerja pada PT Sakura Group sejak Agustus 2018. Sejak saat itu, menurutnya penggajian kerap terlambat. Namun perusahaan tetap membayar gaji sesuai Upah Minimun Regional (UMR).

    “Dari bulan November 2023 sampai Februari 2024, sudah 4 bulan selama itu gaji sudah macet dan perusahaan mencicil. Alasan perusahaan sudah tidak sanggup membayar gaji. Saya sendiri diberhentikan kemarin, perusahaan cuma transfer uang Rp200 ribu,” kata dia.

    Dia mengatakan tanpa ada surat pemberitahuan dari pihak perusahaan, hanya mendapatkan informasi pemberhentian melalui telepon.

    “Saya kerja tidak ada BPJS Ketenagakerjaan, cuma BPJS Kesehatan. Itu juga perusahaan memotong dari gaji dan tidak ada perjanjian kerja secara tertulis. Kami mau perusahaan membayar gaji selama 3 bulan dari November sampai Januari secara penuh plus pesangon,” katanya.

    Sementara itu, Pimpinan PT Sakura Group, Zalili saat dikonfirmasi Lampost.co mengatakan pihaknya hanya merumahkan sejumlah karyawan, bukan melakukan pemecatan. Perusahaan melakukan hal itu karena kondisi keuangan perusahaan yang sedang tidak stabil.

    “Karena kondisi perusahaan terutang gaji. Kemudian kondisi (keuangan) sudah sangat parah. Bahkan perusahaan juga tidak mampu membayar uang makan karyawan. Kalau pemecatan tidak, mungkin kalau dirumahkan iya,” kata Zalili.

    Menurutnya kondisi tersebut telah berjalan kurang lebih setengah tahun. Keuangan perusahaan sangat terpuruk, namun pihaknya menjanjikan perusahaan akan memenuhi hak-hak para karyawan nantinya.

    “Kondisi perusahaan lagi sulit. Perusahaan bukan tidak membayar gaji, tapi mencicil. Yang kerja tempat saya sudah tahunan. Di Pertasop itu karyawan saya ada 6 orang. Jadi jalan keluar dari pihak perusahaan akan membayarkan tunggakan gaji. Pada prinsipnya pasti kami bayar, karena itu hak mereka,” kata dia.

    Terkait hal tersebut, Kabid Hubungan Industri Dinas Tenaga Kerja Lampung, Soleha HY mengatakan tindakan perusahaan dengan merumahkan tenaga kerjanya tidak sesuai aturan.

    Pengaduan Tertulis

    “Ya tentu ini tidak sesuai aturan. Namun kita harus memahami detail masalahnya seperti apa. Kemudian hubungan kerjanya seperti apa. Apakah pegawai kontrak atau bukan,” ujar Soleha.

    Dia menyarankan kepada karyawan tersebut untuk membuat pengaduan secara tertulis ke Dinas Tenaga Kerja Lampung. Agar pihak Dinas Tenaga Kerja nantinya dapat melakukan konfirmasi dan klarifikasi untuk mengetahui secara detailnya.

    “Supaya dapat mencari jalan penyelesaian dan lainnya,” kata dia.

    Reporter: Deta Citrawan

  • Harga Gabah Tinggi Pemicu Melambungnya Harga Beras

    Harga Gabah Tinggi Pemicu Melambungnya Harga Beras

    Bandar Lampung (Lampost.co): Tingginya harga gabah di tingkat petani dan besarnya permintaan terhadap komoditas tersebut menjelang Ramadan, memicu lonjakan harga komoditas beras.

    Pengamat Ekonomi Universitas Lampung (Unila), Asrian Hendi Caya menyebut fenomena peningkatan harga komoditas pokok ini merupakan interaksi antara permintaan dan penawaran.

    “Saat ini harga gabah sedang naik, sehingga harga jual (beras) juga terdorong naik. Harga gabah tinggi akibat peningkatan biaya saprodi. Selain itu, adanya perubahan pola produksi,” ujarnya, Selasa, 20 Februari 2024.

    Baca juga: Biaya Produksi Gabah Tinggi Sebabkan Harga Beras Mahal

    Peningkatan permintaan barang dari pedagang cenderung meningkat mendekati moment Ramadan. Para pedagang tersebut mengamankan stok produk dengan menambah jumlah pembelian ke pemasok beras.

    “Menjelang puasa memang biasanya kenaikannya lebih awal. Bisa jadi pasar mempersiapkan stok untuk puasa dan lebaran, sehingga mendorong permintaan naik,” jelasnya.

    Permintaan komoditas beras yang tinggi tidak diimbangi dengan ketersediaan pasokan barang. Pasalnya, perubahan pola iklim menyebabkan berubahnya pola produksi di sektor pertanaman padi bahkan menyumbang dampak kegagalan panen.

    Baca juga: Harga Gabah di Lampung Selatan Sentuh Rp7.000

    “Ada perubahan pola produksi, kemudian panas berkepanjangan dan banjir yang membuat gagal panen. Permintaan produk naik sementara pasokan cenderung stagnan bahkan kurang,” ujarnya.

    Minimnya perlakuan pasca panen gabah untuk meningkatkan nilai tambah juga turut mendorong gejolak harga. Rantai distribusi produk menjadi lebih panjang sehingga menambah biaya transportasi yang berakibat pada peningkatan harga beras.

    “Apalagi petani kita cenderung menjual gabah dan beli beras. Prosedur pengolahan gabah, kita tahu tidak dilakukan di Lampung. Ini menambah biaya transportasi, ikut mendorong harga naik,” pungkasnya.

    Reporter: Silvia Agustina