Tag: Disertasi

  • Keteladanan Pemimpin Jadi Indikator Keberhasilan Pendidikan Antikorupsi

    Keteladanan Pemimpin Jadi Indikator Keberhasilan Pendidikan Antikorupsi

    Bandar Lampung (Lampost.co) — Minimnya keteladanan pemimpin menjadi salah satu penyebab sulitnya Indonesia terbebas dari jerat korupsi. Rendahnya keterampilan manajerial juga dinilai sebagai faktor yang turut menyulitkan.

    Hal itu terungkap dalam desertasi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Provinsi Lampung, Sulpakar saat Ujian Promosi Doktor Pendidikan di GSG Unila, Jumat, 23 Februari 2024.

    Karangan ilmiah itu berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Keteladanan Berbasis Trilogi Pendidikan yang Dimediasi Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Pendidikan Antikorupsi”.  Sulpakar menyebut bahwa kepala sekolah adalah pimpinan tertinggi di tingkat satuan pendidikan yang memiliki peran sebagai leader dan manajer.

    Kepala sekolah yang memiliki keteladanan baik dan keterampilan manajerial yang efektif akan mampu menjadi penopang bagi keberhasilan pendidikan anti korupsi di sekolah. “Yang selanjutnya tentu akan berdampak terhadap upaya pemberantasan korupsi secara lebih luas,” ujar Sulpakar.

    Dalam latar belakang penelitiannya itu, Sulpakar menjelaskan bahwa berdasarkan Skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia adalah 34 dari skala 0-100. Skor ini menurutanya sekaligus menempatkan Indonesia menjadi negara paling korup ke-5 dari 10 negara di Asia Tenggara.

    Kemudian fakta lainnya kata dia, berdasarkan laporan KPK per Triwulan 1 2023, kasus korupsi masih banyak menjerat aparatur sipil negara. Seperti, kementerian 36 kasus, DPR RI 83 kasus, DPRD 250 kasus, gubernur 23 kasus, bupati/walikota/wakil 156 kasus, swasta 383 kasus, serta polisi/jaksa/hakim/ pengacara sebanyak 64 kasus.

    ” Dengan ini korupsi sebagai salah satu hambatan terberat bagi pembangunan  dan telah menyerang banyak negara di dunia termasuk Indonesia,” kata dia.

     

    Lingkup Pendidikan

     

    Untuk itu, sekali lagi kata dia, pencegahan korupsi harus berawal dari lingkup pendidikan. Oleh karenanya kepemimpinan keteladanan kepala sekolah memiliki peran sentral dalam membentuk lingkungan pembelajaran yang berfokus pada nilai-nilai pendidikan antikorupsi.

    Menurutnya, pahlawan pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara sudah mencontohkan hal tersebut melalui konsep trilogi pendidikan.

    Konsep trilogi pendidikan itu meliputi Ing Ngarso Sung Tulodho (Di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karso (Di tengah memberi semangat), dan Tut Wuri Handayani (Di belakang memberikan dorongan).

    “Kalau semua itu bisa berjalan dengan baik, dengan keterampilan manajerial serta keteladanan dari seorang pemimpin maka kita harus optimis bahwa budaya korupsi itu bisa kita atasi,” kata dia.

    Adapun saran yang ia sampaikan kepada para kepala sekolah untuk dapat mengimplementasikan upaya tersebut, yaitu dengan memperkuat pemahaman  dan konsep kepemimpinan teladan melalui bimtek serta pelatihan kepemimpinan berbasis trilogi pendidikan.

    Kemudian yang tidak kalah penting lainnya kata dia adalah terkait dengan kriteria pengangkatan kepala sekolah. Kepala sekolah menurutnya harus memenuhi ketentuan formal perundang-undangan yang berlaku. Salah satu syaratnya guru yang memiliki sertifikat calon kepala sekolah atau guru penggerak.

    “Tetapi selain itu kita juga harus melihat rekam jejak guru. Sebab itu penting,” ujarnya.

  • Ujian Promosi Doktor, Kadisdik Sulpakar Angkat Disertasi Pendidikan Antikorupsi

    Ujian Promosi Doktor, Kadisdik Sulpakar Angkat Disertasi Pendidikan Antikorupsi

    Bandar Lampung (Lampost.co): Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Provinsi Lampung, Sulpakar akan menjalani ujian promosi doktor pada program studi doktor pendidikan FKIP Unila, Jumat, 23 Februari 2024.

    Dalam promosi gelar doktornya itu, Sulpakar mengangkat disertasi dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Keteladanan Berbasis Trilogi Pendidikan yang Dimediasi Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah terhadap Pendidikan Antikorupsi”.

    Ujian Promosi Doktor Promovendus Sulpakar akan berlangsung pada pukul 08.00 WIB di GSG Unila. Berbagai persiapan telah dimatangkan untuk kelancaran acara, termasuk penunjukan Kaprodi Magister Administrasi Pendidikan FKIP Unila Hasan Hariri sebagai promotor. Dekan FKIP Unila Prof Sunyono dan peneliti senior BRIN Prof. R Siti Zuhro akan bertindak sebagai co-promotor dan penguji eksternal.

    Dari pantauan Lampost.co, papan ucapan selamat untuk Sulpakar bertebaran menghiasi sepanjang jalan pintu masuk utama sampai Gedung Rektorat Unila. Hal ini menunjukkan antusiasme dan dukungan dari berbagai pihak terhadap pencapaian Sulpakar dalam menempuh pendidikan doktornya.

    Ujian promosi doktor ini merupakan momen penting bagi Sulpakar untuk menunjukkan hasil penelitiannya dan mendapatkan gelar doktor. Persiapan yang matang dan dukungan dari berbagai pihak dapat mengantarkan Sulpakar meraih kesuksesan dalam ujian ini.

    Apresiasi

    Prof Sunyono selaku dosen pembimbing 2 dari Sulpakar menyebut bahwa dia sangat mengapresiasi judul disertasi oleh Sulpakar.

    Dalam disertasi Sulpakar itu, menurutnya berupaya untuk menyadarkan pendidikan antikorupsi yang termediasi melalui konsep trilogi pendidikan milik Ki Hadjar Dewantara.

    Dalam konsep trilogi pendidikan ini, Ki Hadjar merumuskan pijakan dalam pengelolaan pendidikan pada perguruan taman siswa. Seperti halnya mengenal tujuan pendidikan dengan kalimat Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.

    “Beliau ingin menitikberatkan bahwa untuk membentuk seseorang menjadi antikorupsi perlu ada bentuk contoh, ataupun teladan dari pemimpin. Tidak cukup hanya dengan manajerial yang bagus. Tapi dia harus punya keteladanan. Insyaallah pendidikan antikorupsi itu akan berhasil,” ujar Sunyono, Kamis, 22 Februari 2024.

    Ia menyebut bahwa merupakan sebuah kebanggaan dari FKIP Unila bisa melahirkan doktor yang memiliki latar belakang seorang birokrat murni. Tidak banyak menurutnya pejabat publik yang berani mengangkat isu pendidikan antikorupsi sebagai bahan penelitiannya.

    “Karenanya, saya rasa ini tidak hanya jadi pegangan bagi kepala sekolah saja, tapi seluruh instansi secara nasional,” kata dia.

    Reporter: Ihwana Haulan