Tag: GAZA

  • Kabar Palestina Hari ini: Israel Kembali Hujani Truk Bantuan dengan Rudal

    Kabar Palestina Hari ini: Israel Kembali Hujani Truk Bantuan dengan Rudal

    Gaza  (Lampost.co) — Pasukan Israel kembali menyerang truk bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina di Deir al-Balah, Jalur Gaza bagian tengah, Minggu, 3 Maret 2024. Serangan menggunakan rudal itu mengakibatkan sembilan orang tewas dan beberapa lainnya mengalami luka-luka.

    Seorang saksi mata melaporkan kepada media Al Jazeera melihat hujan rudal dan potongan tubuh beterbangan di udara. Saat itu, dia sedang dalam perjalanan ke sumur air. Atas serangan itu, militer Israel hingga kini belum memberikan penjelasan terkait kejadian di Deir el-Balah tersebut.

    “Truk itu membawa bantuan dengan relawan sipil di dalamnya. Mereka membawa makanan untuk pengungsi Gaza, Palestina. Padahal Deir al-Balah sebagai zona aman,” kata saksi mata yang dikutip dari laman Al Jazeera pada Senin, 4 Maret 2024.

    Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina, Ashraf al-Qudra, menyebut ada puluhan korban dalam pembantaian terhadap para pencari bantuan di Jalan Salah al-Din, selatan Kota Gaza, beberapa hari lalu.

    “Tampaknya militer Israel saat ini menargetkan orang-orang yang sangat menunggu makanan untuk bertahan hidup,” laporan jurnalis Al Jazeera, Tareq Abu Azzoum dari Rafah.

    BACA JUGA: Kabar Palestina Hari ini: Israel Serang Rumah Sakit Terbesar Gaza

    Aksi pembantaian warga sipil itu lagi-lagi belum ada komentar langsung dari militer zionis. Serangan yang menewaskan banyak warga penunggu bantuan itu turut memicu kecaman keras dari komunitas global. PBB menyerukan adanya penyelidikan menyeluruh.

    Kementerian Kesehatan Gaza menyebut serangan terhadap truk bantuan terjadi saat adanya 15 anak meninggal dalam beberapa hari terakhir. Hal itu akibat malnutrisi dan dehidrasi di Rumah Sakit Kamal Adwan di Kota Gaza.

    Badan anak-anak PBB UNICEF memperingatkan akan ada lebih banyak korban anak-anak jika tidak ada intervensi langsung untuk memastikan masuknya bantuan kemanusiaan.

    “Sekarang, kematian anak-anak yang kami khawatirkan terjadi dan kemungkinan akan meningkat pesat. Kecuali perang berakhir dan hambatan terhadap bantuan kemanusiaan segera terselesaikan,” kata Direktur Regional UNICEF untuk MENA, Adele Khodr.

    Berdasarkan penghitungan Al Jazeera, genosida Israel Gaza kini total telah menewaskan lebih dari 30.400 orang yang sebagian besar perempuan dan anak-anak sejak 7 Oktober 2023. Sementara serangan kilat Hamas ke Israel pada periode yang sama menyebabkan 1.139 orang meninggal dunia dan 250 orang lainnya menjadi sandera.

    Delegasi Hamas di Kairo

    Gencatan senjata antara Israel dan Hamas menjadi upaya untuk mengakhiri perang yang terjadi sekitar lima bulan terakhir. Negosiasi potensi gencatan senjata itu tengah terjadwal berlangsung di Kairo, Mesir. Dalam upaya itu, delegasi Hamas telah tiba di Kairo, tetapi pihak Israel melakukan boikot.

    Israel justru tidak mengirim delegasi ke Kairo. Sebelumnya, seorang pejabat AS mengatakan Israel menyetujui kerangka kesepakatan gencatan senjata yang dapat diterapkan selama bulan suci Ramadan.

    “Ada kesepakatan kerangka kerja. Israel kurang lebih menerimanya. Semuanya saat ini tergantung Hamas,” kata seorang pejabat senior AS di pemerintahan Presiden Joe Biden.

  • 99% Negara Uni Eropa Desak Israel Gencatan Senjata di Gaza

    99% Negara Uni Eropa Desak Israel Gencatan Senjata di Gaza

    Brussels (Lampost.co) – Uni Eropa mendesak Israel untuk menyepakati gencatan senjata di Gaza. Sejumlah negara barat juga mempertimbangkan sanksi lebih lanjut untuk pemukim ekstremis Israel di Tepi Barat.

    “Ada 26 dari 27 negara yang mendesak jeda kemanusiaan segera yang mengarah pada gencatan senjata berkelanjutan di Gaza. Semua negara kecuali satu negara anggota Uni Eropa,” kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell, dikutip dari Medcom, Selasa, 20 Februari 2024.

    Borrell mengungkapkan dalam konferensi pers di Brussels, terdapat 26 negara anggota yang menegaskan mendukung mereka yang mendesak pemerintah Israel.

    Desakan itu agar Israel menahan diri dari melancarkan operasi militer terhadap Rafah sebagai kota perlindungan terakhir di Gaza selatan.

    Namun, dia tidak merinci negara Uni Eropa yang berbeda pendapat itu. hanya saja, Hongaria memblokir pernyataan serupa beberapa hari lalu.

    BACA JUGA: Kabar Palestina Hari ini: Israel Serang Rumah Sakit Terbesar Gaza

    Kota Rafah saat ini menjadi wilayah pengungsian bagi sekitar 1,5 juta warga Palestina akibat serangan Israel di Gaza. Mereka mencari perlindungan dari permusuhan.

    Namun, Israel justru melakukan serangan terhadap kota tersebut sehingga menimbulkan peringatan internasional. Banyak negara juga mendesak agar Israel membatalkan operasi tersebut.

    Negara-negara anggota UE menyerukan jeda kemanusiaan dengan segera yang mengarah pada gencatan senjata berkelanjutan hingga pembebasan sandera tanpa syarat.

    Kemudian penyediaan bantuan kemanusiaan dan pemerintah Israel tidak mengambil tindakan militer di Rafah karena akan berdampak buruk pada Israel.

    “Tindakan Israel memperburuk situasi kemanusiaan yang menjadi bencana dan mencegah penyediaan layanan dasar dan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan,” ujarnya.

    UE juga tengah mempertimbangkan langkah-langkah efektif terhadap pemukim ekstremis yang tanpa pandang bulu menyerang warga sipil Palestina di Tepi Barat.

    29 Ribu Tewas Warga Gaza

    Untuk diketahui, total terdapat 29 ribu warga Palestina yang tewas dari serangan mematikan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023. Genosida Israel juga melukai lebih dari 69 ribu orang dengan kehancuran massal dan kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok.

    PBB menyebut aksi pembantaian pasukan Israel di Gaza menyebabkan 85 persen penduduk wilayah tersebut mengungsi. Kondisinya makin sulit dengan kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, serta 60 persen infrastruktur hancur.

    Sementara putusan Mahkamah Internasional agar Israel menghentikan aksi genosida juga tidak diindahkan.

  • Kemenlu Pastikan Dua Relawan WNI tidak Ditangkap Israel

    Jakarta (lampost.co) — Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mengonfirmasi keberadaan tiga relawan Warga Negara Indonesia (WNI) di Gaza. Ketiganya dilaporkan dalam keadaan baik.

    “Kemenlu telah memverifikasi langsung berita mengenai penangkapan dua WNI relawan di RS Indonesia oleh IDF (militer Israel),” kata Juru Bicara Kemenlu RI Lalu Muhamad Iqbal, Rabu, 22 November 2023.

    “Menurut sumber langsung di Gaza, ketiga WNI relawan saat ini dalam kondisi baik dan masih berada di RS Indonesia,” ujar Iqbal.

    Ia mengatakan, ketiga WNI relawan itu sedang bersiap untuk evakuasi ke Gaza Selatan. “Kemenlu terus memonitor kondisi tiga WNI tersebut,” ujarnya.

    Sebelumnya beredar kabar bahwa dua dari tiga WNI relawan di Rumah Sakit Indonesia ditangkap Israel. Kabar tersebut disampaikan koresponden Palestine Today.

    Tiga WNI yang menjadi relawan MER-C di Gaza telah memutuskan untuk tidak ikut dievakuasi ke Tanah Air. Mereka terus bertahan di Gaza untuk membantu operasional Rumah Sakit Indonesia.

    Selain itu diberitakan, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina Ashraf al-Qudra mengatakan, militer Israel hancurkan harapan terakhir warga Gaza untuk mendapatkan perawatan. Ini terkait serangan yang dilakukan pihak Israel ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza.

    Al-Qudra mengatakan bahwa militer Israel menembaki tanpa henti ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara dan drone menembaki siapa saja yang bergerak di halaman rumah sakit. Ia menambahkan, sejak Senin pagi, tidak ada seorang pun yang diperbolehkan keluar atau masuk rumah sakit.

    “Apa yang dilakukan pendudukan Israel terhadap Rumah Sakit Indonesia sama persis dengan apa yang mereka lakukan terhadap Rumah Sakit al-Shifa,” kata al-Qudra, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa, 21 November 2023.

    Ricky Marly

  • Israel Setujui Genjatan Senjata dengan Kelompok Hamas

    Palestina (Lampost.co)—Kabinet Israel pada hari Rabu, 22 November 2023, menyetujui perjanjian gencatan senjata dengan kelompok pejuang Hamas yang akan menghentikan sementara perang dahsyat yang telah berlangsung selama lebih dari enam pekan. Dalam kesepakatan ini, Hamas akan membebaskan 50 sandera di Gaza dengan imbalan pembebasan sejumlah warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    Pemerintah Israel mengonfirmasi bahwa Hamas akan membebaskan 50 dari sekitar 240 sandera yang disandera di Jalur Gaza dalam kurun empat hari. Dikatakan bahwa Israel akan memperpanjang jeda kemanusiaan tambahan selama satu hari untuk setiap 10 sandera yang dibebaskan.

    Mengutip dari laman stuff.co.nz, gelombang sandera pertama yang akan dibebaskan Hamas adalah perempuan dan anak-anak.

    Menjelang pemungutan suara Kabinet pada Rabu pagi, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan melanjutkan serangannya terhadap Hamas setelah gencatan senjata berakhir. Belum diketahui pasti kapan gencatan senjata akan mulai diberlakukan.

    Netanyahu mengadakan pertemuan kabinet untuk pemungutan suara pada Selasa malam. Pertemuan tersebut berlangsung hingga dini hari hingga Rabu ini, menggarisbawahi sensitivitas proposal yang akan menghentikan sementara serangan Israel terhadap Hamas.

    Dalam pertemuan di kabinet, Netanyahu berusaha meyakinkan para menteri bahwa jeda pertempuran di Gaza hanya bersifat taktis, dan bersumpah untuk melanjutkan serangan setelah perjanjian berakhir. Pejabat tinggi keamanan Israel juga menghadiri pertemuan tersebut.

    “Kami sedang berperang, dan kami akan melanjutkan perang,” kata Netanyahu. “Kami akan melanjutkannya sampai kami mencapai semua tujuan kami,” sambungnya.

    Melanjutkan Perang
    Israel telah berjanji untuk melanjutkan perang di Gaza sampai menghancurkan kemampuan militer Hamas dan membebaskan semua sandera.

    Selama jeda nanti, kata Netanyahu, upaya intelijen akan dipertahankan, sehingga tentara dapat mempersiapkan tahap pertempuran selanjutnya. Ia mengatakan pertempuran akan berlanjut sampai “Gaza tidak lagi mengancam Israel.”

    Pengumuman disampaikan ketika pasukan Israel memerangi pejuang Palestina di sebuah kamp pengungsi perkotaan di Gaza utara dan di sekitar rumah sakit yang penuh sesak dengan pasien dan warga sipil yang berlindung.

    Kesepakatan terbaru ini kemungkinan tidak akan mengakhiri perang, yang meletus pertama kali pada 7 Oktober setelah Hamas melancarkan operasi lintas batas ke Israel selatan dan menewaskan sedikitnya 1.200 orang — sebagian besar warga sipil — dan menculik sekitar 240 orang lainnya.

    Serangan balasan Israel terhadap Hamas telah menewaskan lebih dari 13.000 warga Palestina, di mana 5.000 di antaranya adalah anak-anak.

     

    Nurjanah

  • Pimpinan Hamas Sebut Gencatan Senjata dengan Israel Segera Tercapai

    Gaza (Lampost.co) — Pimpinan Hamas Ismail Haniyeh mengatakan perjanjian gencatan senjata lima hari dengan Israel sudah di depan mata. Kesepakatan lain berupa pembebasan 100 sandera Hamas dan 300 tahanan Israel. “Kami hampir mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata,” kata Haniyeh, Selasa, 21 November 2023.

    Selama berminggu-minggu, ketika perang di Gaza berkecamuk, para perunding mencoba mencapai kesepakatan untuk membebaskan sekitar 240 sandera Hamas. Mayoritas mereka adalah warga sipil yakni anak-anak dan orang lanjut usia.

    Hanya segelintir dari mereka yang ditangkap telah dibebaskan, dibebaskan oleh pasukan darat Israel, atau jenazah mereka telah ditemukan. Keberadaan mereka yang tersisa tidak diketahui secara pasti, meskipun mereka diyakini ditahan di Gaza. Padahal Israel telah menyisir semua area di Gaza dengan serangan udara sejak 7 Oktober. Tetapi gagal menemukan sandera.

    Sejak itu Hamas telah menewaskan 1.200 orang dan Israel membunuh 13.300 orang, ribuan di antaranya adalah anak-anak. Sumber dari Hamas dan Jihad Islam menegaskan gerakan mereka telah menyetujui persyaratan perjanjian gencatan senjata selama lima hari, yang terdiri dari gencatan senjata di darat dan pembatasan operasi udara Israel di Gaza selatan.

    Sebagai imbalannya, antara 50 dan 100 orang yang ditahan oleh dua kelompok itu akan dibebaskan. Mereka akan mencakup warga sipil Israel dan warga negara lain, namun tidak termasuk personel militer.

    Berdasarkan usulan kesepakatan tersebut, sekitar 300 warga Palestina, di antaranya perempuan dan anak-anak, juga akan dibebaskan dari penjara Israel.

    Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan dia yakin kesepakatan untuk membebaskan para sandera sudah hampir tercapai. Itu seiring meningkatnya harapan untuk melakukan pembicaraan yang ditengahi oleh Qatar, Hamas memiliki kantor politik dan memiliki hubungan diplomatik di belakang layar dengan Israel.

    Secara terpisah, Komite Palang Merah Internasional mengatakan telah melakukan pembicaraan ke Qatar untuk bertemu dengan Hamas guna memajukan masalah kemanusiaan terkait dengan konflik bersenjata di Israel dan Gaza.

    Selain pembebasan sandera, perjanjian ini juga bisa memberikan kelonggaran bagi warga Gaza yang telah hidup selama lebih dari enam minggu di bawah pemboman Israel dan perluasan serangan darat.

    Sebagian besar Gaza telah hancur akibat serangan udara Israel yang jumlahnya mencapai ribuan, dan wilayah tersebut dikepung, dengan sedikit sekali makanan, air, dan bahan bakar yang diperbolehkan masuk. Menurut sumber Hamas dan Jihad Islam, kesepakatan itu juga akan memungkinkan hingga 300 truk makanan dan bantuan medis memasuki Gaza.

    Israel selama ini memblokade bahan bakar masuk ke Jalur Gaza karena takut bahan bakar tersebut dapat digunakan oleh Hamas untuk membuat roket atau sarana paramiliter lainnya. Israel telah berjanji untuk terus melancarkan serangannya, berjanji untuk menghancurkan Hamas dan memastikan para sandera dibebaskan. “Kami tidak akan berhenti berperang sampai kami membawa pulang para sandera kami,” kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

    Deni Zulniyadi

  • Gempuran ke Rumah Sakit Indonesia, Israel Hancurkan Harapan Terakhir Warga Gaza

    Gaza (Lampost.co) — Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina Ashraf al-Qudra mengatakan, militer Israel hancurkam harapan terakhir warga Gaza untuk mendapatkan perawatan. Ini terkait serangan yang dilakukan pihak Israel ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza.

    Al-Qudra mengatakan bahwa militer Israel menembaki tanpa henti ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara dan drone menembaki siapa saja yang bergerak di halaman rumah sakit. Ia menambahkan, sejak Senin pagi, tidak ada seorang pun yang diperbolehkan keluar atau masuk rumah sakit.

    “Apa yang dilakukan pendudukan Israel terhadap Rumah Sakit Indonesia sama persis dengan apa yang mereka lakukan terhadap Rumah Sakit al-Shifa,” kata al-Qudra, seperti dikutip dari Medcom.id, Selasa, 21 November 2023.

    “Kami prihatin dan khawatir mereka melakukan pembantaian di sana seperti yang mereka lakukan di al-Shifa,” kaa al-Qudra.

    “(Militer Israel) mengakhiri harapan terakhir yang dimiliki siapa pun di Gaza utara untuk mendapatkan perawatan. Artinya, 800.000 hingga 900.000 orang akan kehilangan rumah sakit. Hal ini akan menyebabkan kematian banyak orang yang menderita penyakit jangka panjang atau terluka.”

    Al-Qudra menambahkan, masih ada 700 orang di al-Shifa, termasuk 259 pasien.

    Jenazah Tergeletak
    Jenazah mereka yang dibunuh Israel masih tergeletak di luar Rumah Sakit Indonesia.

    Munner al-Bursh, Manajer Umum Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan,Artileri Israel dimulai pada tengah malam dan menargetkan bagian bedah, melukai para dokter yang bekerja di sana dan membunuh 12 warga sipil yang mengungsi.

    Pasukan Israel kemudian menargetkan orang-orang yang meninggalkan rumah sakit dengan menembak mereka di dekat rumah sakit. Jenazah mereka masih tergeletak di tanah dan belum ada yang bisa menguburkannya.

    Selaian itu Sekolah PBB al-Kuwait dibakar oleh pasukan Israel. Orang-orang mengungsi di sana dan kami tidak memiliki informasi mengenai jumlah korban tewas di sana.

    Selain sekitar 700 pasien dan 5.000 pengungsi sebelum serangan, terdapat 10.000 orang di pusat penampungan di sekitar rumah sakit.

    “Kami menggunakan generator listrik kecil yang berbahan bakar minyak nabati, diproduksi oleh beberapa individu kreatif, yang mengorbankan sebagian pasokan makanan mereka untuk menjalankan generator,” kata al-Bursh.

     

    28 Bayi Prematur Dievakuasi
    Sementara itu, sebanyak 28 bayi yang lahir prematur dievakuasi dari Rumah Sakit (RS) Al-Shifa di Gaza dibawa ke Mesir untuk perawatan intensif. Sementara 12 orang, termasuk dokter dan pasien, tewas akibat serangan terhadap RS Indonesia di Gaza yang dikelilingi tank Israel.

    Para saksi mata juga melaporkan terjadinya pertempuran sengit antara orang-orang bersenjata Hamas dan pasukan Israel yang berusaha maju ke kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara, yang menampung 100 ribu orang.

    Bayi-bayi yang baru lahir itu dirawat di rumah sakit Al-Shifa di Gaza utara dengan beberapa bayi lainnya meninggal setelah inkubator mereka rusak di tengah runtuhnya layanan medis selama serangan penjajah Israel di Kota Gaza.

    Penjajah Israel menguasai RS Al-Shifa pekan lalu untuk mencari jaringan terowongan milik militan Hamas yang diklaim dibangun di bawahnya. Ratusan pasien, staf medis, dan pengungsi meninggalkan RS Al-Shifa pada akhir pekan, dengan dokter mengatakan mereka diusir oleh penjajah Israel.

    Deni Zulniyadi

     

  • Kabar Palestina Hari Ini: Militer Israel Serang Rumah Sakit Indonesia Tanpa Henti

    Gaza (Lampost.co)—Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina Ashraf al-Qudra mengatakan, militer Israel terus menyerang Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Penyerangan tersebut menghancurkan harapan terakhir warga Gaza untuk mendapatkan perawatan.

    Al-Qudra mengatakan bahwa militer Israel menembaki tanpa henti ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara dan drone menembaki siapa saja yang bergerak di halaman rumah sakit. Ia menambahkan, sejak Senin pagi, tidak ada seorang pun yang diperbolehkan keluar atau masuk rumah sakit.

    “Apa yang dilakukan pendudukan Israel terhadap Rumah Sakit Indonesia sama persis dengan apa yang mereka lakukan terhadap Rumah Sakit al-Shifa,” kata al-Qudra, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa 21 November 2023.

    “Kami prihatin dan khawatir mereka melakukan pembantaian di sana seperti yang mereka lakukan di al-Shifa,”‘imbuh al-Qudra.

    “(Militer Israel) mengakhiri harapan terakhir yang dimiliki siapa pun di Gaza utara untuk mendapatkan perawatan. Artinya, 800.000 hingga 900.000 orang akan kehilangan rumah sakit. Hal ini akan menyebabkan kematian banyak orang yang menderita penyakit jangka panjang atau terluka.”
    Al-Qudra menambahkan, masih ada 700 orang di al-Shifa, termasuk 259 pasien.

    Jenazah tergeletak

    Jenazah mereka yang dibunuh Israel masih tergeletak di luar Rumah Sakit Indonesia.

    Munner al-Bursh, Manajer Umum Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan,Artileri Israel dimulai pada tengah malam dan menargetkan bagian bedah, melukai para dokter yang bekerja di sana dan membunuh 12 warga sipil yang mengungsi.

    Pasukan Israel kemudian menargetkan orang-orang yang meninggalkan rumah sakit dengan menembak mereka di dekat rumah sakit. Jenazah mereka masih tergeletak di tanah dan belum ada yang bisa menguburkannya.

    Selaian itu Sekolah PBB al-Kuwait dibakar oleh pasukan Israel. Orang-orang mengungsi di sana dan kami tidak memiliki informasi mengenai jumlah korban tewas di sana.

    Selain sekitar 700 pasien dan 5.000 pengungsi sebelum serangan, terdapat 10.000 orang di pusat penampungan di sekitar rumah sakit.

    “Kami menggunakan generator listrik kecil yang berbahan bakar minyak nabati, diproduksi oleh beberapa individu kreatif, yang mengorbankan sebagian pasokan makanan mereka untuk menjalankan generator,” pungkas al-Bursh.

     

    Nurjanah

  • Rumah Sakit Al Shifa di Gaza Kuburkan 179 Jenazah Secara Massal

    Rumah Sakit Al Shifa di Gaza Kuburkan 179 Jenazah Secara Massal

    Jakarta (Lampost.co)– Direktur Rumah Sakit Al Shifa di Gaza, Mohammad Abu Salmiyah, mengungkapkan terdapat 179 jenazah yang dikuburkan secara massal di kompleks rumah sakit itu imbas kehabisan stok bahan bakar di tengah agresi Israel.
    Jumlah jenazah itu termasuk tujuh bayi dan 29 pasien lain yang meninggal setelah dirawat di unit perawatan intensif (ICU).

    “Kami terpaksa mengubur mereka di kuburan massal,” kata Abu Salmiyah, seperti diberitakan AFP, Selasa,14 November.

    Seorang jurnalis menggambarkan kondisi mengenaskan di dalam RS Al Shifa itu. Jurnalis tersebut mengatakan ada banyak mayat yang mulai membusuk yang tersebar di sepanjang rumah sakit.

    Meski demikian, jurnalis itu menyebut serangan udara Israel selama dua hari terakhir ini berkurang jika dibandingkan dengan beberapa hari sebelumnya.

    “Ada banyak mayat berserakan di kompleks rumah sakit dan tidak ada lagi listrik di kamar mayat,” imbuh Abu Salmiyah.
    Namun, RS Al Shifa masih menjadi salah satu target utama serangan Israel karena dituduh menjadi markas kelompok milisi Hamas Palestina. Rumah sakit tersebut bahkan masih dikepung drone hingga tank Israel hingga Senin, 13 November 2023.

    RS Al Shifa itu sudah tidak memiliki listrik, air bersih, dan makanan. Pasien-pasien yang dirawat terancam meninggal dunia dalam beberapa jam karena tidak ada ventilator yang berfungsi.
    Staf Doctors Without Borders (Medicins Sans Frontieres/MSF) mengatakan petugas medis di RS Al Shifa menolak dievakuasi karena mereka bersumpah hanya akan keluar jika pasien-pasien juga ikut dievakuasi.

    “Kami tidak ingin meninggalkan pasien-pasien kami. Ada sekitar 600 pasien, 37 bayi, dan seseorang yang membutuhkan perawatan ICU. Kami tidak bisa meninggalkan mereka,” ucap MSF.

    Namun, staf itu juga mengatakan orang-orang yang berusaha meninggalkan RS Al Shifa menjadi target Israel. Beberapa dari orang yang berusaha keluar itu malah dibunuh dan dibom oleh Israel.

    Sementara itu, seluruh rumah sakit yang masih beroperasi di Jalur Gaza terancam ikut lumpuh total dalam 48 jam ke depan karena kekurangan bahan bakar dan logistik lainnya.

    Juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, Dr. Ashraf Al-Qudra, mengatakan layanan kesehatan sepenuhnya sudah tidak tersedia lagi, khususnya di utara Gaza.

    Nurjanah