Tag: Harga Gabah

  • Petani di Lamteng Mulai Panen Padi, Sebagian Hasil Panen Disimpan untuk Stok Pangan

    Gunungsugih (Lampost.co): Sebagian petani yang ada di Kabupaten Lampung Tengah sudah mulai memanen padi yang ditanam di lahan persawahan pada musim tanam rendeng (musim hujan). Panen padi saat salah satunya berlangsung di Kampung Pujobasuki, Kecamatan Trimurjo, kabupaten setempat.

    Pada musim rendeng di aawal 2024 ini, tanaman petani yang ada di kampung tersebut sempat rusak akibat serangan hama tikus. Beruntung hama yang menyerang tidak meluluhlantakan tanaman para petani.

    “Iya. Sudah mulai panen di lahan padi 0,5 hektare. Panen di musim rendeng ini tidak aman, karena sempat ada hama tikus,” kata Susilo Widodo, petani asal Kecematan Trimurjo, Minggu, 24 Maret 2024.

    Di lahan sawah miliknya, Susilo mendapat hasil panen 3,7 ton gabah kering panen (GKP). Menurutnya hasil panennya tidak semuanya dijual ke pengepul. Melainkan ada yang disimpan untuk stok pangan.

    “Karena mengingat, jadwal musim tanam gadu (musim kemarau) belum jelas. Jadi sisanya saya bawa pulang, simpan di rumah,” kata dia.

    Dia mengatakan gabah yang baru dipanen dapat langsung petani jual dengan harga menyesuaikan saat ini yaitu Rp6.500/kilogram GKP. Padahal sebelumnya harga mencapai Rp8.000/kilogram.

    “Sekarang sudah banyak petani yang panen, mengakibatkan harga gabah turun,” katanya.

    Menyimpan Stok Gabah

    Ia mengatakan biasanya jika para petani sudah dapat memprediksi jadwal musim tanam gadu, maka petani akan menyimpan stok hasil panen lebih sedikit.

    Nyetok, hanya untuk beberapa bulan ke depan, cukup untuk sampai musim panen gadu. Namun saat ini, belum jelas musimnya. Maka dari itu, stok pangan diperbanyak,” kata dia.

    “Tapi, ya tinggal bagaimana kebutuhan biaya hidup masing-masing petani. Seperti bayar SPP sekolah anak dan lain-lain. Karena semua larinya ke situ. Initinya kalau tidak bisa tanam gadu, saya pribadi memperbanyak stok,” sambungnya.

    Dia menambahkan, para petani saat ini sulit memprediksi musim gadu. Sehingga petani sulit menjadwalkan masa tanam.

    “Kalu hujan yang turun masih sering, kemungkinan setelah panen rendeng ini akan lanjut tanam gadu. Apalagi sawah tadah hujan yang mengandalkan air hujan,” katanya.

    Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News.

  • KPPU Kaji Aturan Larangan Menjual Gabah Keluar Lampung

    KPPU Kaji Aturan Larangan Menjual Gabah Keluar Lampung

    Bandar Lampung (Lampost.co): Kantor Wilayah II Komisi Pengawas Persaingan Usaha (Kanwil II KPPU) telah mengkaji mengenai aturan yang dikeluarkan Pemprov Lampung tentang larangan menjual gabah keluar Provinsi Lampung.

    Pemprov Lampung menilai jika banyak petani lokal menjual gabah hasil produksi ke pembeli luar daerah. Maka hal itu akan mengurangi stok ketersediaan daerah sehingga berakibat pada kenaikan harga beras nantinya.

    Kepala Kantor Wilayah II KPPU, Wahyu Bekti Anggoro mengatakan, bahwa pihak KPPU telah mengkaji terkait aturan yang tertuang dalam bentuk Peraturan daerah (Perda) dan Peraturan Gubernur (Pergub) mengenai larangan penjualan gabah keluar provinsi.

    “Seperti yang kita tahu bahwa produksi beras di Lampung surplus. Tapi apakah melindungi petani atau tidak. Faktanya tidak ada kesejahteraan yang lebih yang petani dapatkan,” ujar Wahyu, Selasa, 27 Februari 2024.

    Dia menjelaskan KPPU melakukan pengkajian berdasarkan undang-undang persaingan usaha Nomor 5 Tahun 1999, larangan menjual gabah keluar adalah hal yang tepat atau tidak.

    Begitu juga tanggapan Gubernur Lampung pada saat rakor Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), menyebutkan bahwa kondisi yang terjadi saat ini banyak gabah dari Lampung keluar daerah oleh perusahaan beras terbesardi Indonesia.

    “Hasilnya sudah ada, cuma kami belum keluarkan. Karena belum ada keputusan dari pimpinan komisioner, apakah saran pertimbangan dari KPPU itu seperti apa. Tapi datanya sudah komprehensif karena belum ada hasil pertimbangan saja,” ungkapnya.

    Kanwil II KPPU juga menyarankan mengenai larangan menjual gabah keluar itu harus ada kompensasi untuk menjaga kesejahteraan petani.

    “Masalahnya saat itu (gabah) dilarang keluar. Bisa jadi alat untuk pelaku usaha lokal menekan petani saat barang itu hanya berputar di satu wilayah. Artinya kemudian daya beli dan tawar petani menjadi turun. Karena itu hanya pelaku usaha lokal saja yang menguasai,” ujar dia.

    Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News.

  • Kemarau Panjang dan Gagal Panen Sebabkan Harga Beras di Pesawaran Naik

    Kemarau Panjang dan Gagal Panen Sebabkan Harga Beras di Pesawaran Naik

    Pesawaran (Lampost.co) — Dinas Ketahanan Pangan (DKP)  Pesawaran, menyebut kemarau panjang dan gagal panen menjadi salah satu penyebab harga beras di Pesawaran naik.

    Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Pemkab Pesawaran Hendra Sulistianto mengatakan salah satu faktor harga beras melonjak, lantaran kemarau yang terjadi beberapa waktu lalu.

    “Selain kemarau, ada penyebab lain yang membuat harga beras naik. Hal itu karena di Pesawaran baru memasuki musim tanam, sehingga ketersediaan beras di pabrik berkurang,” ujarnya, Senin 26 Februari 2024.

    Dirinya mengatakan, meskipun harga beras melonjak, pihaknya menjamin ketersediaan beras sampai panen tahap pertama aman.

    “Ya, saat ini ketersediaan beras sampai panen tahap pertama mudah-mudahan aman. Yang penting masyarakat tidak melakukan panic buying,” ujar dia.

    Dirinya mengatakan, sampai saat ini harga beras di pasar mengalami kenaikan, dengan harga yang beragam.

    “Per Februari ini harga beras super mencapai Rp15 ribu per kilogram. Harga beras ini mengalami kenaikan dua kali hingga minggu ke tiga bulan ini. Pada minggu pertama dan kedua harga beras super Rp13.800 dan minggu ketiga naik menjadi Rp15 ribu,” kata dia.

    Kemudian beras medium per kilogram mencapai Rp13.500, padahal harga beras medium pada minggu pertama dan ketiga Rp12.700.

    Menurutnya, guna menekan harga beras, Pemkab Pesawaran akan menyelenggarakan pasar murah. Sampai saat ini pihaknya masih nyusun tempat, vendor dan waktunya.

    “Ya kalau semuanya sudah siap, tentu kita akan segera melakukan pasar murah di Pesawaran,” ujarnya.

  • Harga Gabah Tinggi Pemicu Melambungnya Harga Beras

    Harga Gabah Tinggi Pemicu Melambungnya Harga Beras

    Bandar Lampung (Lampost.co): Tingginya harga gabah di tingkat petani dan besarnya permintaan terhadap komoditas tersebut menjelang Ramadan, memicu lonjakan harga komoditas beras.

    Pengamat Ekonomi Universitas Lampung (Unila), Asrian Hendi Caya menyebut fenomena peningkatan harga komoditas pokok ini merupakan interaksi antara permintaan dan penawaran.

    “Saat ini harga gabah sedang naik, sehingga harga jual (beras) juga terdorong naik. Harga gabah tinggi akibat peningkatan biaya saprodi. Selain itu, adanya perubahan pola produksi,” ujarnya, Selasa, 20 Februari 2024.

    Baca juga: Biaya Produksi Gabah Tinggi Sebabkan Harga Beras Mahal

    Peningkatan permintaan barang dari pedagang cenderung meningkat mendekati moment Ramadan. Para pedagang tersebut mengamankan stok produk dengan menambah jumlah pembelian ke pemasok beras.

    “Menjelang puasa memang biasanya kenaikannya lebih awal. Bisa jadi pasar mempersiapkan stok untuk puasa dan lebaran, sehingga mendorong permintaan naik,” jelasnya.

    Permintaan komoditas beras yang tinggi tidak diimbangi dengan ketersediaan pasokan barang. Pasalnya, perubahan pola iklim menyebabkan berubahnya pola produksi di sektor pertanaman padi bahkan menyumbang dampak kegagalan panen.

    Baca juga: Harga Gabah di Lampung Selatan Sentuh Rp7.000

    “Ada perubahan pola produksi, kemudian panas berkepanjangan dan banjir yang membuat gagal panen. Permintaan produk naik sementara pasokan cenderung stagnan bahkan kurang,” ujarnya.

    Minimnya perlakuan pasca panen gabah untuk meningkatkan nilai tambah juga turut mendorong gejolak harga. Rantai distribusi produk menjadi lebih panjang sehingga menambah biaya transportasi yang berakibat pada peningkatan harga beras.

    “Apalagi petani kita cenderung menjual gabah dan beli beras. Prosedur pengolahan gabah, kita tahu tidak dilakukan di Lampung. Ini menambah biaya transportasi, ikut mendorong harga naik,” pungkasnya.

    Reporter: Silvia Agustina