Tag: PERTANIAN

  • Petani di Lamteng Mulai Panen Padi, Sebagian Hasil Panen Disimpan untuk Stok Pangan

    Gunungsugih (Lampost.co): Sebagian petani yang ada di Kabupaten Lampung Tengah sudah mulai memanen padi yang ditanam di lahan persawahan pada musim tanam rendeng (musim hujan). Panen padi saat salah satunya berlangsung di Kampung Pujobasuki, Kecamatan Trimurjo, kabupaten setempat.

    Pada musim rendeng di aawal 2024 ini, tanaman petani yang ada di kampung tersebut sempat rusak akibat serangan hama tikus. Beruntung hama yang menyerang tidak meluluhlantakan tanaman para petani.

    “Iya. Sudah mulai panen di lahan padi 0,5 hektare. Panen di musim rendeng ini tidak aman, karena sempat ada hama tikus,” kata Susilo Widodo, petani asal Kecematan Trimurjo, Minggu, 24 Maret 2024.

    Di lahan sawah miliknya, Susilo mendapat hasil panen 3,7 ton gabah kering panen (GKP). Menurutnya hasil panennya tidak semuanya dijual ke pengepul. Melainkan ada yang disimpan untuk stok pangan.

    “Karena mengingat, jadwal musim tanam gadu (musim kemarau) belum jelas. Jadi sisanya saya bawa pulang, simpan di rumah,” kata dia.

    Dia mengatakan gabah yang baru dipanen dapat langsung petani jual dengan harga menyesuaikan saat ini yaitu Rp6.500/kilogram GKP. Padahal sebelumnya harga mencapai Rp8.000/kilogram.

    “Sekarang sudah banyak petani yang panen, mengakibatkan harga gabah turun,” katanya.

    Menyimpan Stok Gabah

    Ia mengatakan biasanya jika para petani sudah dapat memprediksi jadwal musim tanam gadu, maka petani akan menyimpan stok hasil panen lebih sedikit.

    Nyetok, hanya untuk beberapa bulan ke depan, cukup untuk sampai musim panen gadu. Namun saat ini, belum jelas musimnya. Maka dari itu, stok pangan diperbanyak,” kata dia.

    “Tapi, ya tinggal bagaimana kebutuhan biaya hidup masing-masing petani. Seperti bayar SPP sekolah anak dan lain-lain. Karena semua larinya ke situ. Initinya kalau tidak bisa tanam gadu, saya pribadi memperbanyak stok,” sambungnya.

    Dia menambahkan, para petani saat ini sulit memprediksi musim gadu. Sehingga petani sulit menjadwalkan masa tanam.

    “Kalu hujan yang turun masih sering, kemungkinan setelah panen rendeng ini akan lanjut tanam gadu. Apalagi sawah tadah hujan yang mengandalkan air hujan,” katanya.

    Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News.

  • Petani Terdaftar di e-RDKK Bisa Tebus Pupuk Pakai KTP

    Bandar Lampung (Lampost.co)–Petani yang terdaftar dalam sistem e-RDKK kini dapat menebus pupuk subsidi dengan menggunakan kartu tanda penduduk (KTP). E-RDKK merupakan sistem elektronik rencana definitif kebutuhan kelompok bagi para petani.

    Kabid Parasarana dan Sarana Pertanian Dinas KPTPH Lampung, Tubagus M. Rifki mengatakan proses peralihan sistem itu sudah berlangsung sejak Januari 2024. Sementara pada Februari, petani terdaftar sudah bisa menggunakan KTP untuk membeli pupuk bersubsidi.

    “Sekarang sudah bisa petani hanya datang membawa KTP untuk mendapatkan pupuk subsidi,” ujarnya, mengutip Antara, Jumat, 22 Maret 2024.

    Rifki menjelaskan bahwa sejak Februari 2024, kios petani telah beralih ke aplikasi e-Alokasi untuk mendistribusikan pupuk subsidi kepada petani. Tetapi, petani yang belum terdaftar tidak bisa menggunakan KTP untuk beli pupuk subsidi.

    “Jadi untuk pengambilan pupuk bersubsidi menggunakan KTP hanya untuk petani yang sudah masuk sistem e-Alokasi. Juga dalam sistem e-RDKK dan manajemen penyuluh pertanian, kalau tidak terdaftar tidak bisa,” ujarnya.

    Menurut Rifki, sistem tebus pupuk subsidi menggunakan KTP merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memberikan kemudahan kepada petani. KTP petani tersebut nantinya berfungsi untuk mengetahui jatah pupuk yang bisa diperoleh.

    Cara Menebus Pupuk Subsidi dengan e-RDKK

    Proses penukaran pupuk subsidi menggunakan KTP melibatkan petani datang ke kios pengecer pupuk yang telah terdaftar dalam aplikasi i-Pubers. Setelah menyerahkan KTP, selanjutnya adalah proses transaksi dan pembayaran.

    Terakhir, petani yang terdaftar dalam e-Alokasi dan e-RDKK dapat mengabadikan momen bersama pupuk subsidi yang telah mereka dapatkan.

    “Total jumlah NIK petani yang terdaftar di e-RDKK ada sebanyak 678 ribu. Tentu petani ini tidak menebus secara bersama tapi bergantian. Sesuai dengan musim tanam. Penyaluran pupuk bersubsidi menggunakan KTP per tanggal 10 setiap bulannya,” kata Rifki.

    Rifki juga menyebutkan bahwa selain pupuk subsidi, ada alokasi bantuan untuk pupuk organik dari pemerintah daerah melalui APBD. Namun jumlahnya tidak terlalu besar karena hanya untuk melengkapi distribusi pupuk subsidi.

    Menyikapi kebijakan baru tersebut, petani asal Kabupaten Lampung Selatan, Haryono mengaku sangat terbantu. Ia berharap program tersebut dapat memperlancar prnyaluran pupuk bersubsidi.

    “Sekarang petani bisa nebus pupyk subsidi menggunakan KTP. Alhamdulillah saya masuk dalam kelompok tani jadi bisa ikut program tersebut,” ujarnya.

    Haryono mengatakan meski proses penyaluran pupuk berjalan lancar, ia berharap agar pemerintah meningkatkan kuota pupuk subsidi kepada petani.
    “Kemarin hanya dapat satu kuintal untuk seperempat hektare, harapannya bisa ditambah lagi dan jangan sampai sulit mendapatkan pupuk untuk petani karena sekarang kita sedang musim tanam mengejar hujan yang masih ada karena banyak sawah tadah hujan,” kata dia.
  • Cerita Sedih Petani, Harga Gabah Turun Jelang Panen Raya

    Cerita Sedih Petani, Harga Gabah Turun Jelang Panen Raya

    Gunungsugih (Lampost.co)–Petani di sejumlah Kabupaten di Lampung Tengah mengeluhkan harga gabah turun jelang panen raya. Harga gabah pada musim panen Maret 2024 turun menjadi Rp6.200 per kilogram.

    Salah satu petani di Kecamatan Seputihagung, Lampung Tengah mengatakan harga gabah sebelum panan raya mencapai Rp7.500 per kilogram. Ia menyayangkan turunnya harga gabah tersebut, terlebih saat ini sudah masuk musim panen.

    Penurunan harga jual gabah itu membuat Udin merugi. Sebab biaya tanam hingga panen seperti pembelian pupuk dan perawatan lainnya tak sebanding dengan pendapatannya menjual gabah.

    “Pupuk bersubsidi ada batas pembelian. Jadi untuk mencukupi kebutuhan tanaman terpaksa kami membeli pupuk non subsidi. Sedihnya saat panen harga gabah turun,”keluh Udin kepada Lampost.Kamis(20/3/24)

    Kesedihan Udin bertambah ketika mengingat risiko gagal panen akibat cuaca ekstrem yang terjadi belakangan. Belum lagi tingginya harga bibit berkualitas hingga harga pupuk yang mahal.

    Ia berharap pemerintah mampu mengeluarkan kebijakan untuk menjamin stabilitas harga gabah. Jangan sampai harga gabah justru turun saat musim panen raya seperti yang telah terjadi berkali-kali.

    “Seharusnya pemerintah menjamin stabilitas harga gabah. Mengingat biaya produksi yang sudah kami keluarkan sangat tinggi, turunnya harga gabah membuat petani merugi,” tegasnya.

    Sebagai seorang petani, Udin mengaku bingung terhadap kondisi harga di pasar. Di mana saat ini terjadi lonjakan harga beras hampir di seluruh Indonesia, namun harga gabah justru turun jelang panen raya.

    “Sebagai petani kecil saya sangat bingung dan merasa dirugikan. Harga jual beras mahal di pasar, tetapi harga gabah turun jelang penen raya,” ujarnya.

  • KPB Inovasi untuk Tingkatkan Kesejahteraan Petani Lampung

    KPB Inovasi untuk Tingkatkan Kesejahteraan Petani Lampung

    Bandar Lampung (Lampost.co) — Pemerintah Provinsi Lampung memiliki program Kartu Petani Berjaya (KPB). KPB

    Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi mengharapkan kehadiran KPB mampu meningkatkan kesejahteraan petani.

    “Penjaminan input, pasar, supply chains yang lancar dan efisien. Juga di topang oleh kelembagaan petani yang kuat dan dinamis di era revolusi Industri 4.0 ini. Pemprov melakukan terobosan berupa KPB,” ujarnya, Senin, 18 Maret 2024.

    Program ini juga bertujuan untuk menyelesaikan masalah pertanian secara terstruktur, sistematis, dan terintegrasi dengan memanfaatkan sistem teknologi informasi.

    “KPB merupakan bagian dari Internet of Things (IoT) dalam rangka memperlancar, mengefisiensikan, dan meminimalisir biaya transaksi. Baik dalam penyediaan input produksi, pemasaran, juga distribusi hasil pertanian,” kata dia.

    Melalui program tersebut, petani akan memperoleh berbagai informasi. Seperti jadwal kegiatan tanam melalui e-Alsintan, ketersediaan benih, serta informasi penanganan hama dan penyakit terpadu. “Termasuk untuk kelancaran penyaluran pupuk melalui e-Saprotan dan e-Pubers,” kata dia.

    Program KPB juga menghadirkan pendampingan budidaya serta penanganan panen dan pascapanen. Dengan begitu dapat mendukung Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah lumbung pangan.

    Di tempat lain Ketua DPRD Lampung, Mingrum Gumay mengatakan, perwujudan kesejahteraan rakyat membutuhkan sinergitas yang kuat antara masyarakat dan pemerintah.

    “Dalam rangka menjaga kesejahteraan rakyat, sangat penting meningkatkan kebersamaan dan harmonisasi untuk saling bahu-membahu dan gotong royong,” ujarnya.

    Menurutnya, Provinsi Lampung telah berhasil meraih berbagai prestasi di sejumlah sektor. Keberhasilan tersebut patut mendapat apresiasi. “Ini merupakan hasil semangat bersama antara pemerintah, DPRD, dan masyarakat,” kata dia.

  • Proyeksi Produksi Jagung Lampung Naik 10,8% di 2024

    Proyeksi Produksi Jagung Lampung Naik 10,8% di 2024

    Bandar Lampung (Lampost.co): Proyeksi untuk produksi jagung di Provinsi Lampung mengalami kenaikan di 2024, sekitar 10,8% dari tahun sebelumnya.

    “Proyeksi di 2024 ini naik sekitar 10,8 persen menjadi 3,024 ton,” ujar Kepala bidang (Kabid) Tanaman Pangan Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura (DKPTPH) Provinsi Lampung, Ida Rachmawati, kepada Lampost.co, Minggu, 17 Maret 2024.

    Ida menyampaikan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi peningkatan produksi komoditi jagung. “Produksi jagung di tahun 2023 sebanyak 2,728 ton, dari jumlah total luasan lahan tanam sebesar 423.361 ha. Dan di tahun ini luasan tanam ikut naik menjadi 457.573 ha,” kata dia.

    Menurutnya Provinsi Lampung secara letak geografis berpotensi besar dan baik sebagai lahan pertanian komoditas jagung. Sebagian besar wilayah Lampung pun menyumbang produktivitas jagung.

    “Selain itu juga terdapat lahan pertanian yang berada di hutan. Jagung yang ada di hutan-hutan ini, nanti akan kami ukur. Kemudian kami laporkan secara khusus, supaya masuk dalam hitungan data BPS. Sebab memang itu juga termasuk lahan pertanian warga, namun berada di tengah hutan sehingga belum masuk dalam data produktivitas,” ujarnya.

    Dari jumlah total produksi yang ada, kata Ida, itu telah mencukupi kebutuhan di dalam Provinsi Lampung yang hanya sebesar 120.000 kg.

    “Alhamdulillah dengan hasil produksi yang ada, bisa mencukupi kebutuhan kita. Jadi untuk Lampung itu kebutuhannya hanya sekitar 120 ribu kg, dan memang sebagian besar untuk pakan ternak,” kata dia.

    Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News.

  • Pemprov Lampung Target Tanam Kedelai 1.000 Ha di 2024

    Pemprov Lampung Target Tanam Kedelai 1.000 Ha di 2024

    Bandar Lampung (Lampost.co): Pemerintah provinsi (Pemprov) Lampung berencana melakukan penanaman komoditas kedelai dengan luas lahan sekitar 1.000 hektare (ha) di 2024.

    Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan DKPTPH Provinsi Lampung, Ida Rachmawati mengatakan, penanaman 1000 ha kedelai tersebut merupakan program pencanangan oleh Gubernur Lampung Arinal Djunaidi.

    “Untuk tahun ini kita ada program Pak Gubernur, yaitu penanaman 1.000 ha kedelai. Penanaman telah ditetapkan di Kabupaten Pesawaran,” ujar Ida, Selasa, 12 Maret 2024.

    Menurutnya penanaman tersebut sebagai percontohan untuk kedelai dengan produktivitas yang cukup tinggi yaitu di atas 2 ton/ha. Sementara di Lampung sendiri, kata Ida, rata-rata hanya di kisaran pada 1,6 ton/ha.

    Dia menginformasikan bahwa pelaksanaan penanaman komoditas tersebut dimulai sekitar pada September 2024 mendatang.

    “Kita mulai di tahun ini. Hanya saja, kemarin terkendala adanya refocusing (anggaran) di pusat. Sehingga kemungkinan tanamnya di September (2024),” kata dia.

    Selain dari program Gubernur Lampung, pelaksanaan program serupa juga dari pemerintah pusat di beberapa kabupaten lain, untuk meningkatkan produktivitas kedelai lokal.

    “Ada pertambahan di kabupaten lain. Tapi itu bukan program Pak Gubernur, (program) dari pusat. Ada untuk Kabupaten Lampung Tengah, Way Kanan, Lampung Selatan, Lampung Utara, dan beberapa kabupaten lainnya. Luasannya rencananya 9.000 ha,” kata dia.

    Dia menginformasikan produktivitas kedelai di Provinsi Lampung di 2023 terjadi penurunan. DKPTPH Provinsi Lampung mencatat sebanyak luasan lahan pada tahun 2023 yaitu hanya 5.544 ha, jika dibandingkan pada tahun 2018 lalu yang mencapai 50.000 ha.

    “Tapi karena kemudian harga jatuh, sehingga petani kurang minat untuk tanam kedelai. Akhirnya pada tahun ini luasan kita hanya 7.443 ha, tahun sebelumnya 5.544 ha. Berarti ada peningkatan, dan malah untuk tahun ini kita ada program Pak Gubernur. Itu mudah-mudahan luasan tanam kedelai di Lampung semakin bertambah,” kata dia.

    Ikuti terus berita dan artikel Lampost.co lainnya di Google News.

  • Pemprov Maksimalkan Potensi Lahan untuk Tingkatkan Produksi Padi

    Pemprov Maksimalkan Potensi Lahan untuk Tingkatkan Produksi Padi

    Bandar Lampung (Lampost.co) — Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (DKPTPH) Provinsi Lampung menyiapkan strategi untuk menggenjot produksi padi.

    Kepala Bidang Tanaman Pangan DKPTPH Lampung, Ida Rachmawati mengatakan pihaknya akan memaksimalkan potensi lahan untuk meningkatkan produksi padi.

    Dia menjelaskan, Provinsi Lampung masih memiliki lahan rawa yang sangat potensial untuk dioptimalkan. Seperti lahan yang ada di wilayah Kabupaten Mesuji, Tulangbawang dan Lampung Tengah.

    Sementara untuk menyiasati kebutuhan air pada lahan kering dan tadah hujan, DKPTPH Lampung mengupayakan pembangunan infrastruktur pendukung pengairan. “Kami sudah ada bantuan sumur bor, perpipaan dan lainnya. Kami juga sudah usulkan (penambahan) ke pemerintah pusat,” kata dia.

    Pihaknya juga menyarankan varietas unggul kepada petani agar tahan terhadap tantangan perubahan iklim. “Perubahan iklim biasanya menyebabkan hama muncul. Kami gunakan varietas unggul, juga mengerahkan petugas lapangan untuk antisipasi hal tersebut,” kata dia.

     

    Wajar

    Sementara itu pengamat pertanian Unila Teguh Endaryanto menilai sudah sewajarnya apabila Lampung menjadi lumbung pangan. “Lampung memang dari dulu sebenarnya termasuk lumbung pangan ya jadi kalau surplus itu sebuah keniscayaan,” ujar Teguh.

    Provinsi Lampung mampu memproduksi beras per tahunnya sebanyak 3,2 ton. Sementara kebutuhan masyarakat pada umumnya hanya berkisar pada 1,2 ton. Maka menurutnya hal itu sudah tentu menjadikan Lampung surplus.

    Dia optimis Lampung dapat lebih baik lagi ke depannya dalam hal produktivitas hasil pertanian. Produksi untuk saat ini 3,2 ton per tahunnya dapat memningkat lagi oleh para petani. Tentunya harus ada dukungan dari pemerintah. Seperti menyediakan pupuk dan bibit yang terjangkau dan berkualitas.

  • Petani di Mesuji Merasa Dipersulit dalam Klaim Asuransi Pertanian

    Petani di Mesuji Merasa Dipersulit dalam Klaim Asuransi Pertanian

    “Karena nunggu tim asuransi, sawah tidak bisa di bajak, tidak bisa di apa apakan,” kata dia kepada Lampost.co saat dikonfirmasi pada Senin, 5 Februari 2024.

    Agus mengatakan kondisi tersebut sangat merugikan para petani. Sebab saat ini seharusnya sudah memasuki musim tanam, tapi terpaksa mundur karena lahan masih harus ditinjau langsung oleh pihak asuransi.

    “Kami petani memiliki beban KUR, jangan sampai jatuh tempo dan kami belum bisa lakukan apapun karena telat tanam. Sudah gagal tanam, ditambah telat tanam karena asuransi yang gak kunjung datang,” katanya.
    Hal senada disampaikan Susilo, petani dari Mesuji Timur. Ia juga mengeluhkan keterlambatan respons pihak asuransi.

    Menurutnya asuransi seharusnya membantu, namun kenyataannya membuat sulit bagi petani yang harus berjuang dengan kerugian. Saat ini sebagian besar petani yang mengajukan klaim asuransi tidak dapat menggarap lahannya lagi, hingga proses peninjauan selesai dilakukan.

    “Kalau kami paksa garap lahan yang puso, dipastikan kami tidak dapat ganti rugi dari asuransi, sedangkan hidup kami harus terus berjalan,” kata Susilo.

    Sementara itu, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian Mesuji, Achiri mengatakan bahwa pihak asuransi dijadwalkan akan datang minggu ini.

    Namun, ia juga mengakui proses klaim asuransi memakan waktu panjang dan melibatkan beberapa tahapan, termasuk konfirmasi, usulan klaim, dan pengecekan lapangan oleh tim jasindo.

    “Proses klaim asuransi cukup panjang. Dimulai dari laporan pengajuan klaim oleh PPL. Kemudian pihak jasindo akan konfirmasi ke PPL dan akan mengajukan surat usulan klaim ke pusat dengan catatan bukti puso tidak boleh dihilangkan selama 2 minggu, sampai dengan tim jasindo cek lapangan,” kata Achiri.

    Meski pemahaman akan keterlambatan tersebut dipahami, petani tetap berharap agar proses klaim dapat dipercepat. Achiri menegaskan bahwa ini berada di luar kewenangan mereka dan meminta petani untuk bersabar.

    “Dengan 774 hektar sawah yang terkena dampak banjir dan tercakup oleh asuransi, penting untuk menyelesaikan klaim dengan efisien,” kata dia.

    Putri

  • Banjir di Persawahan Lampung Barat, ini Solusi Penanganannya

    Banjir di Persawahan Lampung Barat, ini Solusi Penanganannya

    Liwa (Lampost.co) — Kondisi banjir yang menggenangi area persawahan di Pekon Bandaragung, Kecamatan Bandarnegeri Suoh dan di Pekon Bedudu, Kecamatan Belalau, Lampung Barat, mulai surut.

    Peratin Bandaragung, Narto, menjelaskan petani yang terdampak banjir hanya di bagian pinggir sungai. Air sungai turut masuk ke sawah hingga puluhan hektare. Namun, kondisinya tidak sampai merendam tanaman.

    “Tanaman padi yang terendam banjir hanya di bagian pinggir sungai  sehingga tidak menimbulkan kerugian besar,” kata Narto, kepada Lampost.co, Minggu, 3 Maret 2024.

    Sementara itu, petugas penyuluh lapangan Kecamatan Bandarnegeri Suoh, Seto Satriyo, mengatakan pihaknya melaporkan kejadian itu ke Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lambar.

    Dia mengusulkan solusi permasalahan dengan membuat tanggul secara permanen. Sebab, selama ini tanggul hanya terbuat dari gundukan tanah hasil pengerukan sungai. Kondisi tanggul yang hanya terbuat dari sendimen pengerukan sungai itu tidak akan kuat menahan volume air jika sungai yang besar.

    BACA JUGA: Puluhan Hektare Tanaman Padi di Lampung Barat Terendam Banjir

    Untuk itu, Pemkab sebaiknya membangun tanggul permanen. Sehingga, kondisi banjir yang menimpa lahan pertanian di daerah Lampung Barat tersebut terus terulang. Apalagi, genangan air terjadi saat tanaman padi tinggal menunggu masa panen.

    Sementara itu, Camat Belalau, Mat Suhyar, mengaku luapan sungai Semaka di Pemangku II Way Semangka, Pekon Bedudu, Belalau, mengakibatkan 2,5 hektare sawah dan budidaya ikan 14 warga mengalami kerugian. “Sebagian siap untuk tanam padi dan kolam budidaya ikan milik warga,” ujar dia.

  • Lahan Padi di Natar Banjir Pertama Kali Setalah Puluhan Tahun

    Lahan Padi di Natar Banjir Pertama Kali Setalah Puluhan Tahun

    Kalianda (Lampost.co)–Lahan padi milik Haryono, petani di Dusun Simbaringin, Desa Sidosari, Lampung Selatan terendam banjir pada Sabtu, 24 Februari 2024. Ia mengaku banjir kali ini menjadi yang pertama, setalah puluhan tahun menanam padi.

    Haryono mengatakan bahwa lahan tanaman padi yang terendam banjir luasnya sekitar 4.000 meter persegi. Ia mengaku khawatir dengan kondisi lahannya, karena usia tanam padi saat ini masih cukup muda.

    “Baru tanam sebulan yang lalu, kemarin juga baru dicabutin rumputnya supaya sehat. Malah hari ini hujan deras dan banjir di sawah. Ini baru pertama,” kata dia, Senin, 26 Februari 2024.

    Berdasarkan pengalamannya bertani sekitar 40 tahun lebih, banjir tidak pernah menggenangi lahan sawahnya meski hujan turun dengan intensitas tinggi. Banjir yang melanda lahan sawahnya kemarin, menjadi yang pertama kali dalam sejarah.

    “Dulu mau hujan sehari semalam juga nggak ada banjir, sekarang hujan sebentar malah banjir. Nggak tahu ini salahnya di mana, apa mungkin air kiriman dari kali (sungai) di atas atau apa juga nggak paham,” kata dia.

    Atas peristiwa tersebut, Haryono mengaku harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menguras air dari lahan padi yang banjir. Ia harus membayar jasa pekerja harian untuk membuat beberapa aliran, agar air di sawahnya dapat mengalir ke sungai terdekat.

    “Kalau menggenang terus ya busuk nanti padinya. Sudah harga beras mahal sekarang, ditambah gagal panen karna kebanjiran lahannya. Kasian masyarakat ini, harus ada solusi lah dari pemerintah,” kata dia.

    Haryono berharap pemerintah segera mengambil kebijakan yang tepat untuk segera menangani masalah banjir. Jika tidak, maka kejadian serupa akan selalu terulang dan merugikan banyak pihak.

    “Kalau nonton TV itu banjir di Rajabasa karena tanggul jebol. Ya mungkin itu salah satu penyebab banjir sampai di Simbaringin. Karen kan memang perbatasan Bandar Lampung dan Lampung Selatan di sini,” kata Haryono.