Tag: PETANI

  • Dikepung Banjir,Petani Lamteng Panen Padi Pakai Batang Pisang

    Gunungsugih (Lampost.co)– Petani padi asal Kampung Rejosari Mataran, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah, terpaksa harus membawa hasil panennya dengan batang pisang.

    Petani harus melakukan hal itu lantaran banjir mengepung lahan persawahannya dengan ketingian hampir sepinggang orang dewasa.

    Sebagian padi yang siap panen di lahan persawahan seluas setengah hektar itu, rubuh karena akibat terjangan angin.

    Banjir yang mengepung lahan persawahan petani terjadi usa terjadi hujan dengan intensitas tinnggi. Selain itu juga, lahan tersebut berada di dataran rendah.

    “Habis hujan, banjir. Kami panennya pakai gedebok (batang) pisang, karena cukup dalam airnya. Padinya ya kerendam banjir, makanya langsung kami panen,” kata salah satu petani setempay Gonang, Minggu (30/03/2024).

    Gonang mengatakan untuk memanen padi, ia bersama sejumlah kerabatnya mengunakan cara tradisional. Yakni dengan cara memotong batang padi dengan alat potong manual (arit).

    Padi yang mereka potong selanjutnya langsung ia masukan ke dalam karung. Setelah penuh langsung membawanya ke daratan dengan mengunakan batang pisang yang ia tarik.

    “Iya, kita pake cara manual panennya, karenakan kerendam air padinya. Kita pake gedebok, setelah kami memotong batang padi, langsung masuk karung dan dibawa ke pinggir, digeret gedeboknya,” jelasnya.

    Ia mengakui bajir ini cukup menyulitkan, karena lahan setengah hektar harus panen manual dengan berendam di dalam banjir.

    “Kalau waktu memotong padi yang sudah rubuh terkena angin kami harus jongkok, karena sebagaian batang padinya sudah tenggelam,” jelasnya.

    Meski demikian, pihaknya tetap merasa bersyukur, walau belum mendalat hasil yang maksimal, namun rezeki yang diperoleh nya dan kelaurganya, didapat dari hasil keringan sendiri tanpa membebani orang lain.

  • Cuaca Buruk Ancam Petani Rumput Laut Jadi Gagal Panen

    Kalianda (Lampost.co)Petani rumput laut di Lampung Selatan mengkhawatirkan kondisi cuaca buruk yang kerap terjadi saat ini. Pasalnya, komoditas itu akan rusak akibat derasnya gelombang laut dan hantaman lumpur sehingga mengancam hasil panen.

    Seorang petani rumput laut, Prihantoro (42), mengaku cuaca buruk membuat budidaya tanaman itu terancam gagal panen. Hal itu akibat gelombang laut yang deras dan terjangan lumpur sehingga membuat bibit-bibit rumput laut terlepas dari tambatan.

    “Banyak bibit rumput laut yang putus membuat pertumbuhannya tidak bisa sempurna dan berkembang dengan baik,” kata Prihantoro, kepada Lampost.co, Minggu, 24 Maret 2024.

    Warga Desa Ruguk, Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan, itu menilai kondisi tersebut juga membuat rumput laut rusak karena tertimbun sampah dan lumpur yang terbawa arus laut yang tinggi.

    Petani lainnya, Dedi Sapiudi (36), mengatakan cuaca buruk membuat bibit rumput laut rusak sehingga terancam gagal panen. Para petani pun memprediksi akan mengalami kerugian hingga jutaan rupiah.

    BACA JUGA: Total Nilai Ekspor Perikanan Lampung di 2023 Capai Rp2,1 Triliun

    “Kami harus panen lebih awal agar tidak menderita kerugian lebih besar meski harga jual panen dini terbilang lebih murah dari harga normal. Sebab, kualitasnya kurang baik,” kata dia.

    Dia hanya bisa berharap kondisi cuaca kembali normal agar tanaman budidaya yang tersisa dapat panen maksimal.

  • HPP Jadi Kendala Penyerapan Beras dari Petani

    Bandar Lampung (Lampost.co) — Perum Bulog Lampung menyerap 429,31 ton beras dari tingkat petani selama 2024 ini. Namun, penyerapan itu diakui menemui kendala dari harga pembelian pemerintah (HPP).

    Kepala Perum Bulog Lampung, Taufan Akib, mengatakan pihaknya menyerap 429,31 ton beras petani selama masa panen periode Maret hingga April. Sementara target serapan tahun ini 30.000 ton beras.

    “Setiap beras dari petani itu, kami kumpulkan sebagai cadangan beras pemerintah (CBP). Kemudian bisa dimanfaatkan pemerintah untuk masyarakat melalui bantuan pangan atau pasar murah,” ujar Taufan, Minggu, 24 Maret 2024.

    Menurut dia, penyerapan gabah petani itu memiliki kendala di tengah tingginya harga beli di tingkat petani. Sebab, pemerintah menentukan mulai dari harga gabah dan harga jual beras sesuai harga eceran tertinggi (HET).

    “Untuk penyerapan keperluan CBP harga pembelian gabah pemerintah Rp5.000 per kg dan harga berasnya Rp9.950 per kg,” kata dia.

    BACA JUGA: 7.880 Ton Beras Tersalurkan Perum Bulog Lewat Program SPHP

    Sementara, harga gabah petani saat ini masih sekitar Rp6.000 sampai Rp7.000 per kg. Berasnya sendiri masih di atas harga pembelian pemerintah (HPP. Hal itu menjadi tantangan pemerintah untuk bisa menyerap.

    Kendala-kendala itu telah dilaporkan ke Bulog Pusat untuk diteruskan ke pemerintah. Untuk itu, perlu ada fleksibilitas harga dari ketetapan pemerintah.

    “Kami terus laporkan kendala di lapangan ke kantor pusat. Mereka akan berkoordinasi dengan pemerintah karena ini kebijakan pusat,” kata dia.

    Meski begitu, dia tetap optimistis serapan beras petani akan mencapai target tahun ini. Hal itu seiring berakhirnya dampak kekeringan El Nino sehingga produktivitas petani akan kembali normal.

    “InsyaAllah tercapai dan optimis dengan berupaya melihat dari hasil produksinya. Kalau produksinya bagus tentunya target akan terpenuhi, bahkan melebihi target,” kata dia.

  • Petani Terdaftar di e-RDKK Bisa Tebus Pupuk Pakai KTP

    Bandar Lampung (Lampost.co)–Petani yang terdaftar dalam sistem e-RDKK kini dapat menebus pupuk subsidi dengan menggunakan kartu tanda penduduk (KTP). E-RDKK merupakan sistem elektronik rencana definitif kebutuhan kelompok bagi para petani.

    Kabid Parasarana dan Sarana Pertanian Dinas KPTPH Lampung, Tubagus M. Rifki mengatakan proses peralihan sistem itu sudah berlangsung sejak Januari 2024. Sementara pada Februari, petani terdaftar sudah bisa menggunakan KTP untuk membeli pupuk bersubsidi.

    “Sekarang sudah bisa petani hanya datang membawa KTP untuk mendapatkan pupuk subsidi,” ujarnya, mengutip Antara, Jumat, 22 Maret 2024.

    Rifki menjelaskan bahwa sejak Februari 2024, kios petani telah beralih ke aplikasi e-Alokasi untuk mendistribusikan pupuk subsidi kepada petani. Tetapi, petani yang belum terdaftar tidak bisa menggunakan KTP untuk beli pupuk subsidi.

    “Jadi untuk pengambilan pupuk bersubsidi menggunakan KTP hanya untuk petani yang sudah masuk sistem e-Alokasi. Juga dalam sistem e-RDKK dan manajemen penyuluh pertanian, kalau tidak terdaftar tidak bisa,” ujarnya.

    Menurut Rifki, sistem tebus pupuk subsidi menggunakan KTP merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memberikan kemudahan kepada petani. KTP petani tersebut nantinya berfungsi untuk mengetahui jatah pupuk yang bisa diperoleh.

    Cara Menebus Pupuk Subsidi dengan e-RDKK

    Proses penukaran pupuk subsidi menggunakan KTP melibatkan petani datang ke kios pengecer pupuk yang telah terdaftar dalam aplikasi i-Pubers. Setelah menyerahkan KTP, selanjutnya adalah proses transaksi dan pembayaran.

    Terakhir, petani yang terdaftar dalam e-Alokasi dan e-RDKK dapat mengabadikan momen bersama pupuk subsidi yang telah mereka dapatkan.

    “Total jumlah NIK petani yang terdaftar di e-RDKK ada sebanyak 678 ribu. Tentu petani ini tidak menebus secara bersama tapi bergantian. Sesuai dengan musim tanam. Penyaluran pupuk bersubsidi menggunakan KTP per tanggal 10 setiap bulannya,” kata Rifki.

    Rifki juga menyebutkan bahwa selain pupuk subsidi, ada alokasi bantuan untuk pupuk organik dari pemerintah daerah melalui APBD. Namun jumlahnya tidak terlalu besar karena hanya untuk melengkapi distribusi pupuk subsidi.

    Menyikapi kebijakan baru tersebut, petani asal Kabupaten Lampung Selatan, Haryono mengaku sangat terbantu. Ia berharap program tersebut dapat memperlancar prnyaluran pupuk bersubsidi.

    “Sekarang petani bisa nebus pupyk subsidi menggunakan KTP. Alhamdulillah saya masuk dalam kelompok tani jadi bisa ikut program tersebut,” ujarnya.

    Haryono mengatakan meski proses penyaluran pupuk berjalan lancar, ia berharap agar pemerintah meningkatkan kuota pupuk subsidi kepada petani.
    “Kemarin hanya dapat satu kuintal untuk seperempat hektare, harapannya bisa ditambah lagi dan jangan sampai sulit mendapatkan pupuk untuk petani karena sekarang kita sedang musim tanam mengejar hujan yang masih ada karena banyak sawah tadah hujan,” kata dia.
  • Cerita Sedih Petani, Harga Gabah Turun Jelang Panen Raya

    Cerita Sedih Petani, Harga Gabah Turun Jelang Panen Raya

    Gunungsugih (Lampost.co)–Petani di sejumlah Kabupaten di Lampung Tengah mengeluhkan harga gabah turun jelang panen raya. Harga gabah pada musim panen Maret 2024 turun menjadi Rp6.200 per kilogram.

    Salah satu petani di Kecamatan Seputihagung, Lampung Tengah mengatakan harga gabah sebelum panan raya mencapai Rp7.500 per kilogram. Ia menyayangkan turunnya harga gabah tersebut, terlebih saat ini sudah masuk musim panen.

    Penurunan harga jual gabah itu membuat Udin merugi. Sebab biaya tanam hingga panen seperti pembelian pupuk dan perawatan lainnya tak sebanding dengan pendapatannya menjual gabah.

    “Pupuk bersubsidi ada batas pembelian. Jadi untuk mencukupi kebutuhan tanaman terpaksa kami membeli pupuk non subsidi. Sedihnya saat panen harga gabah turun,”keluh Udin kepada Lampost.Kamis(20/3/24)

    Kesedihan Udin bertambah ketika mengingat risiko gagal panen akibat cuaca ekstrem yang terjadi belakangan. Belum lagi tingginya harga bibit berkualitas hingga harga pupuk yang mahal.

    Ia berharap pemerintah mampu mengeluarkan kebijakan untuk menjamin stabilitas harga gabah. Jangan sampai harga gabah justru turun saat musim panen raya seperti yang telah terjadi berkali-kali.

    “Seharusnya pemerintah menjamin stabilitas harga gabah. Mengingat biaya produksi yang sudah kami keluarkan sangat tinggi, turunnya harga gabah membuat petani merugi,” tegasnya.

    Sebagai seorang petani, Udin mengaku bingung terhadap kondisi harga di pasar. Di mana saat ini terjadi lonjakan harga beras hampir di seluruh Indonesia, namun harga gabah justru turun jelang panen raya.

    “Sebagai petani kecil saya sangat bingung dan merasa dirugikan. Harga jual beras mahal di pasar, tetapi harga gabah turun jelang penen raya,” ujarnya.

  • KPB Inovasi untuk Tingkatkan Kesejahteraan Petani Lampung

    KPB Inovasi untuk Tingkatkan Kesejahteraan Petani Lampung

    Bandar Lampung (Lampost.co) — Pemerintah Provinsi Lampung memiliki program Kartu Petani Berjaya (KPB). KPB

    Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi mengharapkan kehadiran KPB mampu meningkatkan kesejahteraan petani.

    “Penjaminan input, pasar, supply chains yang lancar dan efisien. Juga di topang oleh kelembagaan petani yang kuat dan dinamis di era revolusi Industri 4.0 ini. Pemprov melakukan terobosan berupa KPB,” ujarnya, Senin, 18 Maret 2024.

    Program ini juga bertujuan untuk menyelesaikan masalah pertanian secara terstruktur, sistematis, dan terintegrasi dengan memanfaatkan sistem teknologi informasi.

    “KPB merupakan bagian dari Internet of Things (IoT) dalam rangka memperlancar, mengefisiensikan, dan meminimalisir biaya transaksi. Baik dalam penyediaan input produksi, pemasaran, juga distribusi hasil pertanian,” kata dia.

    Melalui program tersebut, petani akan memperoleh berbagai informasi. Seperti jadwal kegiatan tanam melalui e-Alsintan, ketersediaan benih, serta informasi penanganan hama dan penyakit terpadu. “Termasuk untuk kelancaran penyaluran pupuk melalui e-Saprotan dan e-Pubers,” kata dia.

    Program KPB juga menghadirkan pendampingan budidaya serta penanganan panen dan pascapanen. Dengan begitu dapat mendukung Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah lumbung pangan.

    Di tempat lain Ketua DPRD Lampung, Mingrum Gumay mengatakan, perwujudan kesejahteraan rakyat membutuhkan sinergitas yang kuat antara masyarakat dan pemerintah.

    “Dalam rangka menjaga kesejahteraan rakyat, sangat penting meningkatkan kebersamaan dan harmonisasi untuk saling bahu-membahu dan gotong royong,” ujarnya.

    Menurutnya, Provinsi Lampung telah berhasil meraih berbagai prestasi di sejumlah sektor. Keberhasilan tersebut patut mendapat apresiasi. “Ini merupakan hasil semangat bersama antara pemerintah, DPRD, dan masyarakat,” kata dia.

  • 10.600 Hektar Padi di Lampura Ditargetkan Panen Periode Januari – Mei

    10.600 Hektar Padi di Lampura Ditargetkan Panen Periode Januari – Mei

    Kotabumi (Lampost.co)— Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (DTPH) Lampung Utara mentargetkan 10.600 hektar tanaman padi panen untuk periode Januari – Mei 2024.

    Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (DTPH) Lampung Utara,Tomy Suciadi, mengatakan jumlah tersebut terdiri dari 1.500 hektar pada Februari, 3.095 hektar pada Maret. Lalu 4. 308 hektar April dan 1.097 hektar pada Mei 2024.

    “Itu perkiraan untuk luasan musim panen periode Maret – Mei. Sedangkan untuk Februari sudah petani berlangsung,” kata dia.

    Kemudian, kata dia, untuk hamparan padi yang telah panen pada Februari didominasi oleh Kecamatan Abung Surakarta seluas 600 hektar.  Lalu Kecamatan Abung Semuli seluas 100 hektar.

    Sementara untuk periode Maret , terbanyak di Kecamatan Blambangan Pagar, seluas 700 ha dan Abung Timur 600 hektare.

    “Ada yang sudah panen, untuk periode Maret 2024. Kemudian untuk April dan Mei masih menjadi target,” terangnya.

    Khusus masa panen periode Februari seluas 1.500 ha berdampak terhadap pergerakan harga beras di pasaran dengan asumsi 4,6 gabah kering panen (GKP)/ hektare. Maka hasil padi kering panen (gkp) Rp6.900/kg GKP.

    “Makanya kemarin ada pergerakan harga beras, cenderung menurun karena ada panen padi oleh petani. Meski belum terlalu signifikan pengaruhnya, sebab hasilnya belum maksimal,” tambahnya.

    Pemerintah daerah, lanjutnya mendorong petani untuk mengasuransikan tanaman padi yang mereka tanam. Hal itu untuk meminilisir kerugian. Baik akibat bencana alam, maupun akibat hama dan lainnya.

    “Kalau dari BMKG hujan turun relatif normal. Bahkan prediksinya intensitas tinggi. Oleh karenanya Pemda berharap petani dapat mengasuransikan secara mandiri, minimal dalam jangka waktu 6 bulan ke depan,” pungkasnya.

    Bantuan Benih

    Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPH-Bun) Kabupaten Lampung Selatan akan memberikan bantuan Cadangan Benih Daerah (CBD) terhadap petani yang tanaman padinya terdampak banjir.

    “Petani terima CBD pada musim tanam gadu nanti. Sebab, kini petani yang terdampak banjir telah menanam kembali lahan sawahnya,” ujar Kepala Bidang Tanaman Pangan DTPH-Bun Lampung Selatan, Eka Saputera, Kamis, 14 Maret 2024.

    Menurut dia, jika penyerahan bantuan CBD pada musim tanam rendeng, tentunya akan sia-sia. Sebab, petani sudah tanam kembali.

  • Bulog lampung Serap 330 Ton Beras dari Petani

    Bulog lampung Serap 330 Ton Beras dari Petani

    Bandar Lampung (Lampost.co) — Perum Bulog Lampung telah menyerap sekitar 330 ton beras dari tingkat petani, untuk memenuhi Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

    Kepala Perum Bulog Lampung Taufan Akib mengatakan meskipun belum menyerap secara maksimal, namun beberapa daerah di Lampung mulai panen. Sehingga penyerapan beras tingkat petani mulai berjalan.

    “Informasi di lapangan beberapa daerah sudah ada yang panen. Dengan beberapa daerah yang panen alhamdulilah Bulog sudah menyerap. Sampai dengan saat ini sekitar 330 ton,” ujar Taufan Akib, Rabu 13 Maret 2024.

    Pihaknya memperkirakan puncak panen raya di Lampung terjadi pada periode Maret hingga April. Perum Bulog sendiri memiliki target serapan tahun ini sebanyak 30.000 ton beras.

    Harga Gabah

    Di tengah tingginya harga beli tingkat petani, pihaknya mengakui jika itu menjadi kendala saat ini. Sebab pemerintah telah menentukan mulai dari harga gabah tingkat petani dan harga jual beras sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).

    “Itu yang menjadi kendala saat ini di pemerintah untuk penyerapan keperluan CBP penetapan harga pembelian pemerintah harga gabahnya Rp5.000/kg kemudian harga berasnya adalah Rp9.950/kg,” ucapnya.

    “Kondisi sekarang di tingkat petani harga gabah masih sekitar Rp6.000-Rp7.000. Berasnya sendiri juga masih di atas HPP dari yang ditetapkan pemerintah. Sehingga ini menjadi tantangan bagi pemerintah untuka menyerap,” tambahnya.

    Menurutnya perlu ada fleksibilitas harga dari penetapan pemerintah. Begitu juga dengan kendala-kendala tersebut telah di laporkan ke pusat untuk meneruskan pemerintah.

    “Terkait fleksibilitas harga serapan dari pemerintah itu nanti kebijakan dari pusat apa yang menjadi kendala di lapangan kami laporkan ke pusat. Tentunya mereka akan berkoordinasi dengan dan menginformasikan kepada pemerintah terkait kendala di lapangannya apa ada fleksibilitas harga atau tidak, kita lihat nanti,” ungkapnya.

    Pihaknya optimis serapan beras tingkat petani akan mencapai target tahun ini. Melihat telah berakhirnya dampak kekeringan akibat El Nino, sehingga produktivitas petani kembali normal.

    “Insyaallah (tercapai) kami terus optimis dan berupaya, melihat dari hasil produksinya, kalau produksinya bagus dan berhasil tentunya target  akan terpenuhi. Bahkan mungkin melebihi target,” pungkasnya.

  • Harimau Kembali Menyerang Petani di Suoh

    Harimau Kembali Menyerang Petani di Suoh

    Liwa (Lampost.co) — Peristiwa harimau menyerang manusia kembali terjadi di Kecamatan Suoh, Lampung Barat. Kali ini korbannya adalah Samanan (47), warga Pemangku Cibitung, Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh.

    Beruntung, korban selamat dan hanya mengalami luka cakaran di bagian leher dan kening.

    Salah satu warga yang juga anggota DPRD setempat Sugeng Hari Kinaryo Adi menceritakan, peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 14.30.

    Saat itu korban hendak istirahat. Tiba-tiba dari depan datang harimau langsung menerkam bagian kepala. Akibatnya korban mengalami luka cakaran dari atas alias sampai ke leher samping.

    “Pada saat harimau menerkam, korban langsung berupaya keras melepaskan tubuhnya dari cengkeraman harimau. Korban lalu berteriak sambil melepaskan diri sehingga harimaunya terlepas,”ujarnya.

    Korban dengan rekanya Rido jaraknya sekitar 7-10 meter mendengar teriakan korban langsung datang. Namun posisi korban sudah berdarah. Karena terhalang rimbunnya pepohonan kopi sehingga rekanya itu hanya sempat melihat harimau sepintas saja.

    “Saat Rido mengejar, harimaunya langsung pergi,”imbuhnya.

    Massa Emosi Bakar Kantor Polhut

    Atas kejadian itu, masyarakat Pekon Sukamarga dan Pekon Sumberagung, Kecamatan Suoh emosi. Hal itu lantaran harimau menyerang manusia kembali terjadi. Massa lalu beramai-ramai mendatangi kantor Polhut TNBBS resort Suoh.

    Massa lalu melakukan pengerusakan. Kemudian membakar bagian belakang kantor Polhut itu.

    “Massa itu emosi karena mereka ingin agar harimau yang memangsa manusia itu ditembak saja supaya tidak ada korban lagi. Namun dari pihak kehutanan tidak membolehkan,” kata dia.

    Sementara itu, dari BB TNBBS belum dapat dikonfirmasi soal kejadian ini. Kepala TNBBS Resort Suoh Sulki dan koordinator Polhut TNBBS Sadatin, saat dihubungi untuk dikonfirmasi terkait kejadian ini menolak panggilan.

  • Tanaman Padi di Desa Braja Fajar Lamtim Terendam Banjir

    Tanaman Padi di Desa Braja Fajar Lamtim Terendam Banjir

    Sukadana (Lampost.co) —-Jarkoni, petani asal Desa Braja Fajar, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur mengeluhkan tanaman padi miliknya seluas 1 hektar terendam banjir. Hujan deras yang mengguyur sejak beberapa hari terakhir menyebabkan tanaman padi terancam gagal panen.

    Jarkoni mengatakan sejak tiga hari terakhir setiap sore turun hujan cukup lebat. Akibatnya rawa sekitar sawah airnya membludak dan menggenangi petakan sawah.

    “Kami khawatirkan jika air tidak segera surut akan berdampak pada pembusukan pada tanaman padi saya,” ujar Jarkoni, Kamis 7 Maret 2024.

    Ia mengaku tanaman padi miliknya belum genap berusia 14 hari, sehingga rawan rusak jika tergenang air terlalu lama.

    “Sampai sore ini air memang sudah surut, namun baru sedikit saja,” imbuhnya.

    Menurutnya, jika terjadi kerusakan pada tanaman padi, maka kerugian yang ia alami tidak kurang dari Rp5 juta. Kerugian tersebut berupa biaya perawatan dan pemupukan tanaman selama 14 hari.

    “Kalau belum surut benar kami belum bisa memprediksi kerusakan tanamannya seperti apa. Kalau hanya sedikit yang rusak sulam, tapi kalau di atas 80 persen artinya gagal total,” ucapnya.

    Jarkoni mengungkapkan tanaman padi di Desa Braja Fajar yang tergenang air tidak kurang dari 5 hektare milik beberapa petani setempat.

    “Rata rata sawah di Desa Braja Fajar merupakan sawah tadah hujan yang rawan luapan air rawa,” pungkasnya.

    Sementara itu, Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Timur dikonfirmasi terkait tanaman padi yang rusak akibat banjir mengaku belum memiliki data.

    “Kami belum dapat setoran data kebanjiran dari koordinator penyuluh dari masing masing kecamatan. Untuk itu kami belum bisa memberi data padi yang rusak akibat banjir,” terang Junaidi, salah satu pegawai Dinas Pertanian.