Tag: Sidang Isbat

  • Apa Itu Sidang Isbat dan Fungsinya bagi Umat Islam

    Apa Itu Sidang Isbat dan Fungsinya bagi Umat Islam

    Bandar Lampung (Lampost.co)–Sebentar lagi Ramadan, Sidang Isbat menjadi salah satu langkah menentukan kapan awal bulan puasa dan Hari Raya Idulfitri.

    Sidang Isbat merupakan sebuah forum penting dalam kalender Islam yang bertugas menetapkan awal bulan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri.

    Bagi kaum Muslim, penentuan awal Ramadan sangat penting karena menentukan awal puasa. Sedangkan Hari Raya Idulfitri merupakan perayaan penting menandai akhir bulan suci Ramadan.

    Baca Juga: Niat Puasa Sebelum Idul Adha, Tata Cara dan Keutamaannya

    Penentuan awal Ramadan melibatkan pengamatan bulan sabit baru, yang disebut hilal. Yakni setelah matahari terbenam pada malam terakhir bulan Sya’ban.

    Islam mengikuti kalender lunar, yang berarti bulan baru dimulai ketika hilal baru terlihat. Proses ini melibatkan ahli astronomi dan otoritas agama yang mencoba melihat hilal setelah terbenamnya matahari.

    Sidang Isbat berkumpul untuk memeriksa laporan dari berbagai wilayah tentang pengamatan hilal. Jika hilal terlihat, maka itu menandakan awal Ramadan. Sebaliknya, jika hilal tidak terlihat, Ramadan akan dimulai pada hari berikutnya.

    Tujuan Sidang Isbat

    Proses ini memerlukan ketelitian tinggi dan sering kali menjadi subjek perdebatan karena perbedaan metode pengamatan dan perbedaan pendapat di antara para ulama. Tujuan Sidang Isbat Adapun tujuan utama Sidang Isbat adalah untuk memastikan wal Ramadan dan Hari Raya Idulfitri diumumkan secara resmi dan dipatuhi oleh umat Islam di seluruh negeri.

    Ini membantu memastikan kesatuan dalam praktek ibadah, serta memfasilitasi perencanaan acara keagamaan dan sosial. Selain itu, Sidang Isbat bertanggung jawab mengatasi perbedaan pendapat di antara umat Islam tentang penentuan awal Ramadan dan Idulfitri.

    Dengan mengumpulkan berbagai pendapat dari ahli agama dan astronomi, sidang ini berusaha mencapai konsensus yang bisa diterima oleh mayoritas umat Islam.

    Kontroversi dan Tantangan

    Meskipun Sidang Isbat bertujuan menyatukan umat Islam dalam penentuan awal Ramadan dan Idulfitri, proses ini tidak jarang menuai kontroversi.

    Beberapa kontroversi yang sering muncul meliputi perbedaan metode pengamatan hilal, interpretasi hadis, dan pertentangan di antara otoritas agama. Selain itu, kemajuan teknologi telah memunculkan tantangan baru, seperti perbedaan dalam hasil pengamatan hilal antara metode tradisional dan perhitungan astronomi modern.

    Ini menyebabkan beberapa kelompok dan komunitas Islam mulai menggunakan perhitungan astronomi sebagai pengganti atau pelengkap pengamatan langsung.

    Sementara itu, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah mengeluarkan Maklumat Nomor 1/MLM/I.0/E/2024 tentang Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 H.

    Berdasarkan maklumat, warga Muhammadiyah sudah mengetahui kapan awal puasa Ramadan 2024. Melansir situs resmi Muhammadiyah, bahwa awal Ramadan 2024 adalah pada 11 Maret 2024.

    Artinya hari pertama puasa Ramadan 2024 pada Senin pekan depan. Dalam buku Pedoman Hisab Muhammadiyah menyebut hisab berasal dari bahasa Arab yaitu al hisab berarti perhitungan atau pemeriksaan. Sedangkan dalam fikih, hisab menyangkut penentuan waktu ibadah.

    Hisab digunakan dalam arti perhitungan waktu dan arah tempat guna kepentingan pelaksanaan ibadah. Ini untuk penentuan waktu salat, waktu puasa, waktu Idulfitri, waktu haji, dan waktu gerhana untuk melaksanakan salat gerhana.

    Dasar dari penggunaan hisab untuk awal bulan Hijriah terdapat pada surat Ar Rahman ayat 5: “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan”. Surat Yunus ayat 5: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan penetapan-Nya manzilah-manzilah (tempat-temat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun perhitungan (waktu)”.

    Hadis Bukhari dan Muslim menyebut apabila kamu melihat hilal berpuasalah, dan apabila kamu melihatnya ber-idul fitrilah. Tetapi , andai bulan terhalang awan, maka estimasikanlah. “Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi; kami tidak bisa menulis dan melakukan hisab. Bulan itu adalah demikian-demikian. Maksudnya adalah kadang dua puluh sembilan hari, dan kadang-kadang tiga puluh hari”.

    Rukyatul Hilal

    Penggunaan rukyatul hilal sebagai metode penentuan awal bulan dalam kalender Hijriah di nusantara sudah berlaku sejak Islam awal masuk ke nusantara. Pada saat itu pelaksanaan rukyatul hilal hanya dengan mata telanjang, tanpa menggunakan alat bantu apapun.

    Setelah kebudayaan manusia makin maju, maka dengan sponanitas pelaksanaan rukyatul hilal pun secara berangsur-angsur menggunakan sarana dan prasarana yang menunjang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hilal merupakan lengkungan bulan sabit paling tipis yang berkedudukan pada ketinggian rendah di atas ufuk barat pasca matahari terbenam (ghurub) dan bisa teramati.

    Cara pengamatannya ada tiga yakni mengandalkan mata telanjang, mata plus alat optik (umumnya teleskop), hingga yang termutakhir alat optik (umumnya teleskop) terhubung sensor/kamera.

    Dari ketiga cara tersebut maka keterlihatan hilal pun terbagi menjadi tiga pula, mulai dari kasatmata telanjang (bil fi’li), kasatmata teleskop, dan kasat–citra. Organisasi keagamaan yang menggunakan metode ini adalah Nahdlatul Ulama (NU). Meski menggunakan rukyatul hilal, tidak serta merta NU meninggalkan hisab atau ilmu falak.

    Perjalanan Spiritual

    Ramadan bukanlah sekadar puasa, tetapi lebih dari itu memiliki makna dan kesempatan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Selama bulan Ramadan, umat Islam berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam. Menahan diri dari makan, minum, dan perilaku yang tidak pantas. Menahan diri dari kebutuhan fisik juga mengajarkan kontrol diri, kesabaran, dan empati terhadap sesama.

    Selain puasa, Ramadan merupakan turunya Al-Qur’an seusai Nabi Muhammad SAW menerima wahyu. Oleh karena itu, Ramadan merupakan waktu sangat pentng buat memperdalam pemahaman dan penghormatan terhadap Al-Qur’an. Baik melalui pembacaan, refleksi, maupun pelaksanaan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.

    Tidak heran jika umat Islam di seluruh dunia menyambut kedatangan awal Ramadandengan antusias dan suka cita.

    Sebelum awal Ramadan, umat Islam melakukan persiapan fisik, mental, dan spiritual untuk menyambut bulan suci ini. Persiapan fisik meliputi penyegaran jasmani untuk menunjang kesehatan selama berpuasa, sedangkan persiapan mental dan spiritual. Hal ini  melibatkan introspeksi, peningkatan ibadah, dan niat yang kuat untuk memanfaatkan bulan Ramadan secara maksimal.

    Salah satu aspek paling penting dari Ramadan adalah aspek spiritualnya. Selama bulan ini, umat Islam berusaha memperdalam hubungan mereka dengan Allah SWT melalui ibadah, doa, dan amal kebaikan. Berpuasa di siang hari tidak hanya tentang menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi menekankan pentingnya kesalehan, keadilan, dan kasih sayang.

    Ramadan juga memiliki dimensi sosial yang kuat. Selama bulan ini, umat Islam meningkatkan kegiatan amal dan berbagi dengan sesama yang membutuhkan. Berbagai amal kebaikan, seperti memberikan makanan kepada yang lapar, menyantuni anak yatim, dan membantu yang membutuhkan, menjadi bagian integral dari praktik ibadah selama Ramadan.

    Selain itu, Ramadan merupakan waktu untuk meningkatkan ikatan sosial dan kebersamaan melalui berbagai kegiatan keagamaan dan budaya, seperti berbuka puasa bersama, tarawih (salat malam) berjamaah, dan diskusi keagamaan.

  • Kemenag Sidang Isbat 10 Maret Tetapkan 1 Ramadan 1445 H

    Kemenag Sidang Isbat 10 Maret Tetapkan 1 Ramadan 1445 H

    Bandar Lampung (Lampost.co) — Kementerian Agama (Kemenag) menggagendakan sidang isbat penetapan awal Ramadan 1445 Hijriah/2024 Masehi pada 10 Maret 2024 mendatang. Rencananya Auditorium HM Rasjidi Kementerian Agama, Jakarta menjadi pusat kegiatannya.
    “Agenda ini merupakan salah satu layanan keagamaan bagi masyarakat untuk mendapat kepastian mengenai pelaksanaan ibadah puasa Ramadan,” ujar Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Kamaruddin Amin, Senin, 19 Februari 2024.
    Sidang tersebut akan melibatkan Tim Hisab dan Rukyat Kementerian Agama, para duta besar negara sahabat dan perwakilan ormas Islam akan hadir dalam kegiatan tersebut. Kegiatan itu juga akan melibatkan perwakilan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dan undangan lainnya.
    Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag, Adib, mengatakan pihaknya juga mengundang pimpinan MUI dan Komisi VIII DPR RI untuk hadir dalam agenda tersebut.
    Adib menjelaskan sidang isbat ada tiga tahapnya. Pertama, pemaparan posisi hilal awal Ramadan 1445 Hijriah berdasarkan hasil hisab (perhitungan astronomi). Selanjutnya penyampaian Tim Hisab dan Rukyat Kemenag mulai pukul 17.00 WIB.
    “Sesi ini terbuka untuk umum dan masyarakat bisa melihat langsung melalui Channel Youtube Bimas Islam,” ucap Adib.
    Kedua, sidang isbat penetapan awal Ramadan 1445 Hijriah secara tertutup setelah Salat Magrib. Selain data hisab (informasi), sidang juga akan merujuk pada hasil pemantauan hilal oleh Tim Kemenag pada 134 lokasi seluruh Indonesia.
    “Tahap ketiga, konferensi pers hasil sidang isbat secara langsung dan melalui media sosial Kemenag,” kata dia.
    Sebelumnya, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah sudah menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriah/2024 Masehi jatuh pada Senin, 11 Maret 2024. Keputusan itu berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang sesuai pedoman Majelis Tarjih dan Tajdid. (Media Indonesia)