Kotaagung (Lampost.co) — Bertugas menjadi seorang guru di sekolah pelosok tidaklah mudah. Tenaga pendidik itu harus berpegang teguh dengan komitmen untuk mengabdi dalam mencerdaskan anak didiknya.
Sebab, di daerah terpencil harus menghadapi medan jalan yang sulit ditempuh, bahkan hingga harus tinggal di area lingkungan sekolah sehingga berpisah dengan keluarga.
Kondisi itu dialami Idawati, salah satu guru di SDN 2 Tirom, Kecamatan Pematangsawa, Tanggamus. Wanita asal Kotaagung itu hanya pulang setiap tiga minggu sekali.
Sebab, SDN 2 Tirom terletak di daerah terpencil bagian selatan Kecamatan Pematangsawa. “Secara geografis, sekolah itu diapit Laut Teluk Semaka dan Taman Nasional Bukit Barisan,” kata Ida, Senin, 27 November 2023.
Selama tiga tahun mengabdi, Idawati harus melewati jalur laut dari pelabuhan Kotaagung. Dari pelabuhan itu harus menaiki kapal motor kayu yang berkapasitas kurang lebih 50 orang untuk menuju pelabuhan Penengahan Pekon Tirom.
Selanjutnya dia masih harus menaiki sampan untuk sampai ke bibir pantai. Lalu menyewa tukang ojek gunung untuk sampai ke sekolah. “Untuk akses lewat darat masih terlalu sulit untuk dilewati karena jalannya terjal dan banyaknya resiko,” ujarnya.
Keberangkatan ke sekolah pelosok itu biasanya diantar suaminya dengan membawa dua anak yang masih kecil. Selain itu banyak bekal yang dipersiapkan untuk kebutuhan selama di tempat kerja.
“Sulit memang, tapi itu yang harus dijalani sebagai abdi negara. Kami membuat rumah dekat lingkungan sekolah. Walau hanya terbuat dari kayu, tempat tinggal kami terhitung nyaman,” ujarnya.
Menurutnya, setelah dua atau tiga hari, suaminya akan pulang untuk bekerja. Ida dan kedua anaknya tinggal selama tiga minggu di lingkungan sekolah. “Saya hanya berharap anak-anak tetap sehat dan tidak rewel saat menemani bekerja” kata dia.
Effran Kurniawan