Teheran (Lampost.co) — Iran mengulangi seruannya agar masyarakat internasional menanggapi secara serius kejahatan zionis Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, menjelaskan rezim Israel melakukan serangkaian tindakan kriminal di Gaza. Sehingga, seharusnya komunitas internasional menunjukkan reaksi keras atas kekejaman itu.
Operasi Badai Al-Aqsa dari kelompok pejuang Hamas hanya sebagai titik balik perlawanan Palestina terhadap pendudukan Israel.
“Sementara reaksi rezim Zionis terhadap perlawanan gemilang rakyat Palestina sebagai tindakan kriminal untuk membalas dendam terhadap masyarakat yang tidak berdaya di Jalur Gaza,” kata Kanaani, dikutip dari laman Mehr News Agency, Senin, 23 Oktober 2023.
Dia mengecam kelambanan negara-negara Barat dalam menanggapi kejahatan rezim Israel. Dia menilai diamnya Amerika Serikat dan sekutunya terhadap yang terjadi pada rakyat Palestina menjadi tanda terhapusnya topeng dari wajah mereka yang mengaku pembela hak asasi manusia.
Dia menyebut Palestina akan terus berjuang melawan rezim Israel dan meminta negara-negara Muslim untuk mendukung perjuangan tersebut.
“Negara-negara Islam wajib mendukung Palestina dan Republik Islam Iran akan terus mendukung perlawanan rakyat Palestina di bidang politik,” ujarnya.
Untuk diketahui, Kementerian Kesehatan di Gaza mencatat terdapat lebih dari 4.650 warga Palestina terbunuh dan 14.000 lebih terluka dalam serangan Israel.
Pada 17 Oktober, Israel mengebom sebuah rumah sakit di Gaza layaknya teroris. Dua hari kemudian, rezim Zionis menyerang Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius, tempat umat Kristen dan Muslim mengungsi.
Atas segala kesulitan yang terjadi di Gaza, Israel menutup segala akses bantuan. Namun, Israel terpaksa mengizinkan aliran bantuan pertama masuk ke Gaza karena tekanan internasional.
Lima badan PBB menyuarakan kekhawatiran terkait situasi kemanusiaan di Gaza. Para pejabat PBB mengatakan 20 truk yang diizinkan menyeberang tidak juga masih tidak cukup karena situasi kemanusiaan buruk dialami sekitar 2,4 juta orang di sana.
Effran Kurniawan