Bandar Lampung (Lampost.co) — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan terdapat enam fakta perubahan iklim nyata yang terjadi di Indonesia.
Berdasarkan informasi yang dibagikan BMKG melalui sosial medianya, Senin, 10 April 2023, perubahan iklim itu terlihat dari peningkatan konsentrasi CO2 di Indonesia.
BMKG mencatat pada 2016 menjadi tahun terpanas untuk Indonesia dengan nilai anomali 0.8°C sepanjang periode pengamatan 1981 hingga 2020.
Selanjutnya pada 2019, Indonesia berada di peringkat ketiga dengan nilai anomali 0.6°C. “Kemudian, pada 2020 menempati urutan kedua tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0.7°C,” kata informasi yang dibagikan BMKG itu.
Bukti nyata perubahan iklim kedua yakni mencairnya salju di Jayawijaya, Papua. Salju yang dikatakan abadi kini tak lagi abadi. Saat ini salju yang tersisa hanya 1% dan diperkirakan akan hilang sebelum 2026.
Ketiga, terancamnya keberadaan pulau-pulau kecil di Indonesia akibat kenaikan permukaan air laut yang terus meningkat setiap tahunnya. Fakta perubahan iklim ke empat yakni periode ulang fenomena El Nino dan La Nina yang semakin singkat.
Selanjutnya adanya fenomena kenaikan suhu, frekuensi, durasi, dan intensitas cuaca ekstrem yang makin meningkat di berbagai wilayah.
Lakukan Mitigasi Terkecil
Untuk menahan laju perubahan iklim, BMKG melakukan berbagai langkah nyata. Diantaranya membangun Tower GRK yang akan diresmikan pada puncak perayaan Hari Meteorologi Dunia Ke-73 di GAW (Global Atmosphere Watch) Kototabang, Sumatera Barat.
Selain itu, mengajak masyarakat untuk melakukan mitigasi perubahan iklim yang dapat dilakukan dari lingkungan terkecil. Salah satu mitigasi dengan menghemat pemakaian listrik di rumah.
Masyarakat juga diminta mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, bahan bakar fosil, dan bahan plastik secara berlebihan, serta melakukan penghijauan.
Effran Kurniawan