Bandar Lampung (Lampost.co)–Iduladha merupakan salah satu hari raya penting bagi umat Islam, selain Idulfitri. Setiap tahun, umat Islam memperingati Iduladha pada tanggal 10 Dzulhijjah.
Sebagai perayaan yang hanya terjadi setahun sekali, sebaiknya umat Islam memanfaatkan momen ini dengan sebaik baiknya untuk mendapatkan pahala. Menjalankan amalan sunnah Iduladha menjadi salah satu cara memperoleh keberkahan Iduladha.
Iduladha juga dikenal sebagai Idul Qurban atau lebaran haji di Indonesia, karena pada hari tersebut dilaksanakan kegiatan kurban dan ibadah haji. Salah satu amalan sunnah Iduladha yang banyak dijalankan oleh umat muslim adalah puasa sunnah Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Baca juga: Catat! Ini Dia Penetapan Hari Raya Iduladha Menurut Pemerintah, NU, dan Muhammadiyah 2023.
Selain puasa Arafah, terdapat beberapa amalan sunnah Idulaha lainnya yang disarankan untuk dilakukan saat momen perayaan Hari Raya Iduladha tiba.
Berikut ini,11 amalan sunnah Idul Adha yang dirangkum Lampost.co dari berbagai sumber, Kamis 15 Juni 2023.
11 Amalan Sunnah Hari Raya Iduladha
1. Puasa Sunnah Iduladha
Puasa sunnah Iduladha adalah salah satu amalan yang sangat dianjurkan sebelum merayakan hari raya Qurban.
Pada umumnya, umat Islam disarankan untuk menjalani 3 puasa sunah yang dilaksanakan sebelum datangnya Lebaran Iduladha.
Adapun penjelasan singkat mengenai 3 puasa sunnah Iduladha adalah sebagai berikut.
Puasa Zulhijah, yaitu dilaksanakan selama 7 hari, tepatnya pada tanggal 1-7 Dzulhijjah.
Puasa Tarwiyah, yaitu dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah.
Puasa Arafah, yaitu dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah atau sehari sebelum Hari Raya Qurban.
2. Bertakbir di Hari Raya
Hukum bertakbir di hari Iduladha maupun Idul Fitri adalah sunnah. Ulama berpendapat, takbir Iduladha bisa dimulai sejak Subuh di hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga akhir petang hari tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah).
Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar, laa ilaaha illa Allaahu wa Allaahu akbar, Allaahu akbar wa lillaahil hamd.
Allaahu akbar kabiira wal hamdu lillaahi katsiira wa subhaana Allaahi bukrataw wa ashiilaa laa ilaaha illa Allahu wa laa na’budu illa iyyaah mukhlishiina lahud diin, wa law karihal kaafiruuna laa ilaaha illa Allaahu wahdahu shadaqa wa’dah, wa nashara ‘abdahu, wa hazamal ahzaaba wahdahu, laa ilaaha illa Allahu akbar
Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besardan segala puji bagi Allah.”
“Allah Maha Besar dengan kebesaran yang sempurna dan segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah pagi dan petang. Tiada tuhan selain Allah dan kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya seraya memurnikan agama-Nya meskipun orang-orang kafir membenci. Tiada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan mengalahkan musuh-musuhNya dengan Keesaan-Nya. Tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar.”
3. Mandi Sunnah
Adalah mandi yang apabila dikerjakan oleh muslim, maka ia dipuji dan berpahala. Tetapi apabila tidak dilakukan maka tak berdosa atau tidak tercela. Salah satu jenis mandi yang disunnahkan ini yakni yang dilaksanakan pada Hari Raya, baik Iduladha maupun Idulaitri.
Mandi pada Hari Raya dinyatakan sunnah oleh para ulama. Meski tak ada hadits shahih yang menjelaskannya, tetapi ada ucapan sahabat nabi yang mengemukakan mandi di Hari Raya adalah sunnah. Pendapat tersebut dikatakan cukup untuk dijadikan sebagai landasan hukum.
4. Memakai Wewangian
Hasan ash-Shibti meriwayatkan, “Rasulullah SAW menyuruh kami agar pada dua Hari Raya memakai pakaian yang terbaik, memakai minyak wangi yang paling harum, dan berkurban dengan hewan yang paling baik.” (HR Hakim [dianggap dhaif oleh Azdi, sedan Ibnu Hibban menganggapnya bisa dipercaya])5. Mengenakan Pakaian Terbaik
5.Mengenakan Pakaian Terbaik
Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad dari bapaknya dari kakeknya, ia berkata bahwa Nabi SAW memakai serban buatan Yaman (yakni Burd Hibrah) yang indah pada setiap Hari Raya.” (HR Syafi’i & Baghawi)
Ibnu Qayyim turut mengemukakan, “Rasul SAW biasa memakai pakaian terbaik pada dua hari raya, dan beliau punya sepasang pakaian yang khusus digunakan untuk salat dua Hari Raya dan salat Jumat.”
6. Tidak Makan sebelum Salat Iduladha
Yang dianjurkan adalah makan setelah salat Iduladha, bukan sebelumnya. Disunnahkan memakan beberapa kurma sebanyak ganjil, setelah salat Id dan sampai di rumah.
Hal ini didasarkan pada riwayat Buraidah, ia berkata: “Rasulullah SAW makan terlebih dulu sebelum berangkat (menuju tempat salat) ketika Hari Raya Idulfitri. Dan untuk Hari Raya Iduladha, beliau makan setelah selesai salat dan pulang ke rumah.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah & Ahmad)
Ahmad menambahkan, “Kemudian beliau makan daging dari hasil sembelihan kurban beliau.”
7. Berangkat Salat Iduladha Lebih Awal
Amalan sunnah Iduladha yang bisa diterapkan oleh umat Islam lainnya adalah berangkat ke masjid untuk salat Id lebih awal dan bersikap tenang.
Sembari menunggu pelaksanaan salat, umat Islam bisa duduk terlebih dahulu sembari berzikir dan bertakbir. Hal itu bisa menjadi kesempatan untuk menambah pahala di Hari Raya Qurban.
8. Khutbah setelah Salat Iduladha
Berkhutbah setelah pelaksanaan salat Iduladha hukumnya sunnah, demikian pula bagi orang yang mendengarnya. Diriwayatkan Abdullah bin Sa’ib, “Aku pernah menghadiri salat Hari Raya bersama Rasulullah SAW. Setelah selesai salat, beliau bersabda:
‘Kami sekarang akan menyampaikan khutbah. Barang siapa yang ingin duduk untuk mendengarnya, duduklah, tetapi siapa yang hendak pergi, dia boleh pergi.’ (HR Nasa’i, Abu Dawud & Ibnu Majah)
Dinukil dari kitab Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzahib Al-Arba’ah oleh Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, rukun khutbah Hari Raya sama dengan rukun khutbah Jumat. Bedanya hanya terletak pada kalimat pembukanya saja. Khutbah Id dianjurkan untuk dimulai dengan takbir, sedang khutbah Jumat diawali dengan tahmid.
9. Mengambil Jalan Berbeda antara Berangkat dan Sepulang Salat
Jumhur ulama berpandangan bahwa ketika hendak pergi dan pulang dari salat Id, hendaknya muslim menempuh jalan berbeda. Sebagaimana kebiasaan Nabi SAW yang diriwayatkan dalam hadits dari Jabir, ia berkata, “Pada waktu Hari Raya, Rasulullah SAW menempuh jalan yang berlainan (ketika berangkat dan saat pulang).” (HR Bukhari)
Meski demikian, diperbolehkan pula melewati jalan yang sama saat berangkat dan pulang salat Id karena Rasul SAW juga pernah melakukan hal demikian.
10. Memberi Ucapan Selamat Hari Raya
Hal ini dilakukan oleh para sahabat nabi, ketika mereka berjumpa satu sama lainnya di Hari Raya Iduladha maupun Idulfitri. Adapun ucapan yang biasa dikatakan oleh mereka adalah:
Latin: Taqabbalallaahu minnaa wa minkum
Artinya: “Semoga Allah menerima amal kami dan amal kalian.” (Kitab Fath al-Bari, jilid II, hal. 517. Sanad riwayat ini baik menurut Al-Hafizh , dan Al-Albany menyebutnya shahih dalam kitab Tamam al-Minnah [354])
11. Berkurban setelah Salat Idul Adha
Menyembelih hewan kurban usai salat Id pada Hari Raya Iduladha, hukumnya adalah sunnah. Diriwayatkan dari Al-Barra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya yang pertama kali kita lakukan pada hari (Iduladha) kita ini adalah salat , lalu kembali untuk menyembelih; barangsiapa yang melakukannya (seperti itu) maka dia telah melakukan sunnah kami. Namun, barang siapa yang menyembelih sebelum salat, maka itu hanya terhitung daging yang dia berikan untuk keluarganya dan tidak termasuk hewan kurban sedikitpun.”
Abu Burdah pun berdiri dan ia menyembelih sebelum salat, ia berkata, “Saya tidak memiliki kambing lagi kecuali Jadza’ah (kambing berumur satu tahun),” Beliau berkata, “Sembelihlah ia (sebagai ganti) dan hal itu tidak boleh lagi setelahmu.” Mutharrif berkata, “Diriwayatkan dari Amir dan Al-Barra bahwa Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang menyembelih setelah shalat (Id) maka sempurna ibadahnya dan ia telah menunaikan sunnah umat Islam.” (HR Bukhari [5225] & Muslim [1961])
Nurjanah