Metro (Lampost.co)–Film berjudul Angken Muaghi menggambarkan keberagaman budaya di Bumi Sai Wawai. Film yang digarap produser asli Kota Metro, Arif Surakhman dan Abdul Wahab tersebut juga melibatkan sineas Lampung.
Produser film, Arif Surakhman mengatakan, film Angken Muaghi merupakan film kedua yang diproduseri pemerhati budaya pangan Lampung ini, setelah Film kuliner Lampung berjudul Kulak Kukut.
“Seperti kita tahu, Bumi Sai Wawai ini merupakan daerah kolonisasi. Artinya memang dari awal keberagaman penduduk merupakan bagian yang tak terpisahkan. Ini yang harus terus dirawat, salah satunya lewat film yang kami garap,” kata dia, Jumat, 31 Maret 2023.
Dia menambahkan, film Angken Muaghi, juga disebut Angkon Muakhi, merupakan prosesi adat Lampung yang mengangkat orang lain menjadi saudara sekaligus diberi adok atau gelar adat. Tradisi yang memiliki fungsi sebagai penyambung tali persaudaraan antarwarga di Bumi Ruwa Jurai.
Ikatan yang terjalin relatif kuat karena ditetapkan oleh pemangku adat, sehingga mereka yang terikat saudara harus saling menghormati, menghargai, melindungi, dan tolong menolong.
Kebiasaan ini menggambarkan keterbukaan masyarakat adat Lampung dan bisa menjadi formulasi penyelesaian konflik yang terjadi di tengah masyarakat.
Sutradara film Angken Muaghi, Dede Safara Wijaya, mengatakan film tersebut dibuat sedekat mungkin dengan realitas yang terjadi lapangan.
“Konflik yang dibangun memang sering kita lihat di masyarakat. Lalu, tradisi Lampung hadir sebagai identitas lokal yang menawarkan jalan keluar,” terang Dede yang juga Ketua Komite Film Dewan Kesenian Lampung (DKL).
Wali Kota Metro Wahdi Siradjuddin mengapresiasi upaya pelestarian budaya Lampung lewat berbagai media, salah satunya via visualisasi film seperti Angken Muaghi.
“Bukan hanya budaya dalam perilaku, tetapi budaya dalam berbahasa, literasi dan itu baik sekali,” katanya.
Skenario film Angken Muaghi dikembangkan oleh Iin Zakaria dari ide cerita Arif Surakhman. Di mana gagasannya betapa leluhur masyarakat Lampung dahulu memiliki suatu formulasi dalam menghadapi masyarakat yang majemuk, yaitu tradisi Angken Muaghi.
“Tradisi Angken Muaghi merupakan nilai kearifan lokal yang dapat mengikis sikap etnosentris dan menjadi solusi dalam menghadapi dampak lain dari masyarakat majemuk, terutama pada perkotaan. Melalui film bergenre fiksi drama ini kami berupaya menampilkan lika liku pertemanan Ragah yang bersuku Lampung dengan Kevin dari etnis Tionghoa hingga sampai di titik konflik. Puncaknya, film Angken Muaghi ini menampilkan seni gitar tunggal, tradisi nanjar, beberapa masakan khas Lampung yang mulai jarang ditemui seperti Pisro dan Gulai Balak, hingga seni barongsai,” terang Arif.
Dalam film yang menggandeng Director of Photography (DOP) film layar lebar nasional Satya Ginong itu beberapa tokoh ikut terlibat. Seperti Wahdi Siradjuddin yang berperan sebagai Wali Kota Metro, Ketua DPRD Kota Metro Tondi MG Nasution sebagai Kanjeng Nizar, Muli Kota Metro 2021 Prisya Manda Ardana sebagai Senja, dan aktor Teater Satu binaan Iswadi Pratama, yaitu Gandi Maulana.
Lalu ada juga Robeah, artis media sosial TikTok yang khas dengan lelucon ala Menggala, Tulangbawang, dan Muhammad Yusuf yang merupakan pemain gitar tunggal yang dikenal dengan lirik Cak Culay Nabuy Nabuy ciptakannya.
Film Angken Muaghi rencananya bakal ditayangkan perdana dalam acara peringatan HUT Ke-86 Kota Metro tahun 2023 pada Juni mendatang.
Sri Agustina