Gaza (Lampost.co) — Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, menyebut Israel sengaja menunda-nunda potensi kesepakatan untuk membebaskan puluhan sandera yang ditahan di Jalur Gaza, Palestina. Hal itu menjadi skema pertukaran tahanan dan gencatan senjata.
Juru bicara Brigade Al-Qassam, Abu Ubaida, mengatakan Qatar memimpin mediasi untuk membebaskan 100 sandera Israel dengan imbalan 200 anak-anak Palestina dan 75 wanita yang ditahan di penjara-penjara Israel.
“Kami menginformasikan para mediator dapat membebaskan sandera jika sepakat gencatan senjata selama lima hari dan bantuan ke seluruh rakyat di Jalur Gaza tersalurkan. Namun, musuh menunda-nundanya,” kata Abu Ubaida, dalam pernyataan audio, yang dikutip dari Malay Mail, Selasa, 14 November 2023.
Abu Ubaida juga sebelumnya menegaskan agresi darat, laut, dan udara Israel yang terus berlanjut mengancam kehidupan para sandera yang mereka tahan dan sejumlah faksi bersenjata Palestina lainnya di Gaza.
Ia juga menekankan gencatan senjata harus memastikan penghentian permusuhan dan masuknya bantuan kepada warga di daerah kantong terkepung tersebut.
Namun, selama ini Israel terus menolak gencatan senjata di Gaza. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan tidak akan ada gencatan senjata di Gaza sebelum Hamas membebaskan para sandera.
Effran Kurniawan