Gaza (Lampost.co)—Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina Ashraf al-Qudra mengatakan, militer Israel terus menyerang Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Penyerangan tersebut menghancurkan harapan terakhir warga Gaza untuk mendapatkan perawatan.
Al-Qudra mengatakan bahwa militer Israel menembaki tanpa henti ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara dan drone menembaki siapa saja yang bergerak di halaman rumah sakit. Ia menambahkan, sejak Senin pagi, tidak ada seorang pun yang diperbolehkan keluar atau masuk rumah sakit.
“Apa yang dilakukan pendudukan Israel terhadap Rumah Sakit Indonesia sama persis dengan apa yang mereka lakukan terhadap Rumah Sakit al-Shifa,” kata al-Qudra, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa 21 November 2023.
“Kami prihatin dan khawatir mereka melakukan pembantaian di sana seperti yang mereka lakukan di al-Shifa,”‘imbuh al-Qudra.
“(Militer Israel) mengakhiri harapan terakhir yang dimiliki siapa pun di Gaza utara untuk mendapatkan perawatan. Artinya, 800.000 hingga 900.000 orang akan kehilangan rumah sakit. Hal ini akan menyebabkan kematian banyak orang yang menderita penyakit jangka panjang atau terluka.”
Al-Qudra menambahkan, masih ada 700 orang di al-Shifa, termasuk 259 pasien.
Jenazah tergeletak
Jenazah mereka yang dibunuh Israel masih tergeletak di luar Rumah Sakit Indonesia.
Munner al-Bursh, Manajer Umum Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan,Artileri Israel dimulai pada tengah malam dan menargetkan bagian bedah, melukai para dokter yang bekerja di sana dan membunuh 12 warga sipil yang mengungsi.
Pasukan Israel kemudian menargetkan orang-orang yang meninggalkan rumah sakit dengan menembak mereka di dekat rumah sakit. Jenazah mereka masih tergeletak di tanah dan belum ada yang bisa menguburkannya.
Selaian itu Sekolah PBB al-Kuwait dibakar oleh pasukan Israel. Orang-orang mengungsi di sana dan kami tidak memiliki informasi mengenai jumlah korban tewas di sana.
Selain sekitar 700 pasien dan 5.000 pengungsi sebelum serangan, terdapat 10.000 orang di pusat penampungan di sekitar rumah sakit.
“Kami menggunakan generator listrik kecil yang berbahan bakar minyak nabati, diproduksi oleh beberapa individu kreatif, yang mengorbankan sebagian pasokan makanan mereka untuk menjalankan generator,” pungkas al-Bursh.
Nurjanah