Kotaagung (Lampost.co) — Bidang Pengairan PUPR Tanggamus menyebutkan bahwa pendangkalan aliran irigasi di Pekon Pardawaras, Kecamatan Semaka akibat sedimentasi pasca banjir yang terjadi pada 29 Juni 2023. Selain itu juga, pada musim kemarau debit air berkurang.
Kasi Pengairan PUPR Tanggamus, Yuspi, mengatakan bahwa pihaknya bersama Pj Bupati Tanggamus telah mengecek langsung ke lokasi tanggul atau pintu air di Way Semaka. Ia menjelaskan, bangunan irigasi tersebut milik provinsi, sementara dari segi bangunan tidak ada kerusakan.
“Aliran irigasi tersebut berfungsi mengairi ratusan hektare sawah di beberapa Pekon di Kecamatan Semaka. Aliran air irigasi berkurang setibanya di Pekon Pardawaras, sebab telah dibagi di daerah hulu,” kata dia, Senin, 20 November 2023.
Dia berharap warga setempat rutin bergotong-royong menggali dan memelihara saluran irigasi. Dengan demikian, sedimentasi tidak menumpuk. Apalagi saat ini musim hujan, sehingga pasokan air sawah dapat terpenuhi.
“Rutin gotong-royong setiap Senin agar saluran air selalu terjaga. Namun untuk lokasi yang terbilang berat, kami juga akan mengupayakan agar dianggarkan dana perbaikan,” tandasnya.
Sementara itu, Anggota DPRD Tanggamus Tanggamus, Nuzul Irsan, mengatakan akan mengusulkan anggaran perbaikan saluran irigasi pada tahun 2024 mendatang. Untuk itu, pihaknya telah berkomunikasi dengan Pj Bupati Tanggamus.
“Tim telah mengecek lokasi, ditemukan bahwa pendangkalan akibat sedimentasi dari gunung akibat banjir. Untuk menggunakan alat berat saat ini masih terkendala dana. Semoga dapat terlaksana di tahun 2024 nanti,” kata dia.
Diberitakan sebelumnya, saluran irigasi sawah di Pekon Pardawaras, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus mengalami pendangkalan. Akibatnya, petani tidak dapat menggarap lahan sawah kerena tidak mendapat pasokan air.
Salah satu warga Pekon Pardawaras, Indra Meilian Toni, mengatakan untuk mengolah lahan sawah masyarakat setempat mengandalkan curah hujan. Untuk itu, dia berharap kepada pemerintah setempat segara diperbaiki.
“Sejak irigasi tidak berfungsi lagi, sawah hanya mengandalkan curah hujan atau tadah hujan. Kami hanya dapat mengolah sawah setahun sekali,” kata dia
Nurjanah