Gunung Sugih (Lampost.co) — Harga bahan pokok di sejumlah pasar tradisional di Lampung Tengah kembali melonjak, hal tersbut terlihat untuk komoditas cabai dan gula pasir dengan harga diatas harga eceran tertinggi (HET).
Kenaikan komoditi pangan dikeluhkan oleh pedagang dan konsumen karena dirasa membebani dan memberatkan ditengah musim paceklik saat ini.
Hendra (40) salah seorang pemilik rumah makan usaha mengatakan semenjak datang musim kemarau membuat omset keuntungan penjualan turun karena imbas naiknya harga kebutuhan pokok mulai dari harga cabai, beras hingga gula pasir.
“Rata rata jenis perbumbuan, mengalami kenaikan. Untuk yang terparah harga cabai merah tembus Rp90 ribu/kg dan untuk gula pasir sudah diatas HET,” Kkluh Hendra, Minggu 12 November 2023.
Hendra melanjutkan bahw keuntungan dari hasil penjualan sangat tipis sebab dari dulu pihaknya hanya membandrol makanan serba Rp10 ribu untuk semua menu, baik ikan laut, ayam goreng, perkedel maupun telur ayam goreng dan bulet. “Kalau tambah es teh pelanggan tambah Rp5 ribu saja,” katanya.
Dia mengaku rumah makan miliknya tidak pernah sepi, mekipun ditengah naiknya sejumlah harga sembako dari tiga bulan lalu, dirinya tetap hadirkan rasa dna kualitas yang sama. “Kualitas rasa saya utamakan, meski harga sembako selalu naik hampir setiap pekan,” katanya.
Namun menurutnya apabila dalam beberapa hari kedepan ini, tidak ada penurunan harga kebutuhan pokok, dengan terpaksa akan dinaikan harga jual perporsi nasi dengan resiko pelanggan akan komplain atau pidah ketempat lain.
“Dari pada usaha jalan tidak ada keuntungan terpaksa kita naikan harganya, resikonya sudah saya pikirkan,” kata dia.
Sementara Linawati pedagang sembako di Bandar Jaya Plaza mengatakan harga cabai merah sejak sepekan terakhir perkilo berkisar Rp90 ribu, cabai raawit gunung Rp75 ribu, rawit hijau Rp60 ribu dan bawang merah naiknya Rp15 ribu perkilo nya.
“Naiknya harga cabai berkisar Rp20 ribu hingga Rp30 ribu perkilo, kita susah jualan banyak komplain dari pelanggan baik ibu rumah tangga maupun pelaku usaha,” katanya.
Kenaikan harga bumbu dapur menyebabkan menurunnya omset penjualan, sebab pelanggan hanya membeli kebutuhan pokok seperlunya, sehingga kami tidak lagi menstock barang ditakutkan busuk dan akan rugi.
“Modal belanja cabai sangat tinggi, kalau tidak laku bisa bangkrut maka kami tidak berani stok barang banyak hanya secukupnya yang penting habis ,” tutupnya.
Atika Oktari