Palestina (Lampost.co) — Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam Israel yang mengultimatum 1,1 juta penduduk Gaza untuk segera meninggalkan tanah kelahiran mereka dalam waktu 24 jam. Organisasi dunia menyebut perintah tersebut sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.
Pelapor Khusus PBB untuk hak asasi para pengungsi internal, Paula Gaviria Betancur, mengatakan sangat tidak mungkin warga Gaza bisa berpindah melintasi zona perang tanpa konsekuensi kematian. “Pemindahan penduduk secara paksa merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan dilarang berdasarkan hukum kemanusiaan internasional,” kata Gaviria Betancur dalam sebuah pernyataan dikutip dari Mediaindonesia.com, Sabtu, 14 Oktober 2023.
Sebelumnya, koresponden FRANCE 24 di Yerusalem Irris Makler menjelaskan bahwa setiap evakuasi warga sipil memerlukan jeda perang. Itu juga membutuhkan pembentukan koridor kemanusiaan. Kedua topik itu menurutnya akan menjadi agenda pembicaraan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dengan pemimpin Arab di wilayah tersebut.
Kemudian setelah berhari-hari pemboman besar-besaran Israel di Gaza, sistem kesehatan di daerah itu sangat buruk. Mobilitas adalah masalah utama bagi staf Doctors Without Borders (MSF) di Gaza. Sebagian besar dari mereka mengalami kesulitan untuk mencapai rumah sakit dan klinik karena Israel memblokir pasokan bahan bakar, makanan, obat-obatan dan air ke daerah tersebut. “Rumah sakit mencoba berbagi bahan bakar, dan merotasi staf untuk mengatasinya,” katanya.
Wakil manajer program untuk Palestina dri MSF, Amber Alayyan, mengatakan anak-anak di Gaza sangat terkena dampak buruk akibat pemboman Israel yang terus-menerus. “Yang pertama dan terpenting adalah cederanya. Cederanya sangat besar dan masalahnya, pada anak-anak kecil, khususnya bayi, cedera sebesar ini dan sejauh ini seringkali cukup mematikan. Dampak yang sangat memilukan adalah dampak kesehatan mental, dampak psikologis pada anak-anak yang baru lahir. dalam perang dan terus merasakan dampaknya setiap beberapa tahun,” kata dia.
Lebih dari 600 anak telah tewas dalam serangan Israel sejak serangan Hamas 07 Oktober, menurut kementerian kesehatan Gaza.
Deni Zulniyadi