Bandar Lampung (Lampost.co) — Perkembangbiakan nyamuk penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau aedes aegypti semakin mengganas saat musim kemarau.
Ketua Bidang Mitigasi Bencana Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lampung, dr. Aditya menuturkan, saat musim kemarau, fase bertelur nyamuk menjadi lebih singkat. Hal itu mengakibatkan jumlahnya semakin banyak dan bisa menjadi ancaman bagi manusia.
“Secara teori memang nyamuk itu banyaknya di musim hujan, karena dia perlu genangan air untuk tempat bertelur. Tapi ternyata nyamuk aedes aegypti itu ternyata lebih ganas pada saat musim kemarau,” kata dr. Aditya pada Jumat, 13 Oktober 2023.
Dengan potensi cepatnya perkembangan nyamuk DBD ini, ia mengimbau kepada masyarakat untuk selalu waspada. Caranya yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat dan bersih, serta lebih aware terhadap kebersihan lingkungan.
Terlebih kata dia, berbeda dengan malaria, nyamuk aedes aegypti lebih senang hidup di tempat yang bersih dibandingkan di genangan air yang kotor. “Jadi penampungan air, genangan air di bekas ban, kaleng bekas, serta tempat-tempat lain yang bisa menjadi perindukan nyamuk bisa jadi sumber malapetaka. Sehingga harus rajin dibuang dan dibersihkan,” imbuhnya.
Kemudian yang paling utama, kata dr. Aditya adalah bagaimana menjaga sistem imun tubuh. Sebab jika virus apapun menyerang kalau didukung dengan imun yang bagus, maka peluang untuk sakit menjadi kecil.
“Untuk membangun sistem imun yang baik, mulai menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Kemudian perhatikan makanan yang bergizi seimbang dan lain sebagainya. Termasuk menjaga tubuh kalau sedang sakit lebih baik istirahat, jangan keluar rumah,” tuturnya.
Fase Awal dan Fase Kritis
Fenomena penularan virus dengue menurutnya dibagi menjadi dua, yaitu fase awal dan fase kritis. Ketika fase awal, masyarakat biasanya akan lebih aware karena akan terjadi kenaikan dan penurunan suhu tubuh.
Sementara pada fase kritis, kata dia, pasien DBD akan menunjukan penurunan suhu tubuh menjadi lebih dingin. “Dalam kondisi ini, masyarakat menjadi kurang aware karena merasa sudah mereda padahal itu bahaya. Ini harus diedukasi, dan fungsi lab itu sangat penting dalam kasus DBD,” ucapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk seseorang yang sudah dinyatakan terkena DBD, agar tidak menimbulkan kondisi yang lebih parah, disarankan agar banyak mengonsumsi air minum. Hal itu menurutnya baik untuk membuat peredaran darah agar tetap mengalir.
“Kalau di rumah sakit biasanya diinfus. Itu untuk mengatasi pembuluh darah yang bocor akibat virus dengue. Jadi biar pembuluh darahnya bisa tetap mengalirkan darah maka diinfus, kalau memang di rumah harus dengan banyak minum,” katanya.
Ricky Marly