Bandar Lampung (Lampost.co)– Tim Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Sosial Humaniora (RSH) Universitas Lampung (Unila), melakukan penelitian rumah adat Lampung (Lamban Balak) yang berfungsi sebagai mitigasi banjir Kabupaten Pesawaran.
Tim PKM-RSH ini terdiri dari empat orang anggota, diantaranya terdiri dari Siti Nurhafidhoh (Pendidikan Sejarah ’21), Anindya Prameswari (Pendidikan Sejarah ’21), Humayra Adelia Latifa (Arsitektur ’21) dan Intan Athalarania Insyra (Pendidikan Geografi ’21).
Keempatnya telah melakukan penelitian ini mulai Juli hingga Oktober 2023 di dua desa yakni Desa Tanjung Agung, Kecamatan Way Lima serta Kelurahan Kedondong, Kecamatan Kedondong.
Ketua Tim PKM-RSH Unila, Siti Nurhafidhoh, mengungkapkan Lamban Balak merupakan rumah adat khas Provinsi Lampung yang ditandai dengan struktur terangkat yang dibangun di atas tiang-tiang kayu yang kuat.
“Ini dirancang untuk menjadi tempat perlindungan yang aman bagi masyarakat setempat, baik dari binatang buas maupun bencana alam seperti banjir,” ujarnya pada Jum’at, 13 Oktober 2023.
Terlebih kata dia, Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang rentan terhadap banjir rob akibat kondisi geografisnya yang memiliki curah hujan tinggi.
Daerah ini sering mengalami sungai yang meluap dan menyebabkan daerah dataran yang dibawahnya menjadi tergenang akibat musim hujan tahunan yang berasal pegunungan.
Oleh karena itu, upaya pelestarian Lamban Balak menurutnya harus didukung dan dinilai sebagai kontribusi masyarakat Lampung yang berharga dalam strategi manajemen bencana dan pelestarian warisan budaya Lampung.
“Program keterlibatan masyarakat, kampanye edukasi, dan keterlibatan pemerintah dapat diorganisir untuk mempromosikan berbagai pengetahuan yang mendorong integrasi praktik tradisional terhadap strategi modern dalam menanggulangi bencana alam,” kata dia.
Siti menuturkan, dengan mengintisarikan pelestarian Lamban Balak sebagai strategi mitigasi bencana, dapat berkontribusi pada ketahanan masyarakat setempat. Selain itu berperan juga dalam mempromosikan praktik pembangunan berkelanjutan dengan memanfaatkan aset budaya yang ada.
Oleh karena itu, Timnya berharap, melalui penelitian ini generasi penerus dapat mengenal dan melestarikan warisan budaya yang ada, sehingga warisan budaya ini tidak hilang dan tetap terjaga.
“Dengan adanya penelitian kita akan mengetahui signifikansi Rumah Adat Lamban Balak di Kabupaten Pesawaran sebagai langkah mitigasi dan peranannya dalam melindungi masyarakat dari efek yang merusak akibat banjir, serta mengenalkan Rumah Adat Lamban Balak kepada semua orang untuk tetap dapat melestarikannya,” ujar Siti.
Penelitian mahasiswa Unila ini mendapatakan respon positif dari masyarakat Kabupaten Pesawaran. Kepala Adat Desa Tanjung Agung yang bergelar Suttan Pengayom Makhga, Mustika Bahrum, menuturkan tak banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya menjaga dan memperkaya pengetahuan tentang pelestarian budaya.
Oleh karenanya ia berharap kegiatan baik ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan rumah adat Lamban Balak sebagai warisan budaya dan peranannya dalam mitigasi banjir.
Struktur bangunan Lamban Balak yang terangkat memungkinkan untuk melindungi masyarakat dari air yang naik ke permukaan. Selain itu, konstruksinya yang kuat dapat memastikan kestabilan bangunan terhadap tekanan banjir.
“Rumah adat Lamban Balak menjadi salah satu strategi mitigasi banjir yang efektif di Kabupaten Pesawaran. Maka dari itu preservasi rumah adat Lamban Balak di Kabupaten Pesawaran merupakan pendekatan yang unik dan berbasis kearifan lokal dalam menanggulangi banjir,” ujarnya.
Nurjanah