Bandar Lampung (Lampost.co) — Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS) bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu memasang GPS Collar pada kawanan gajah liar.
Kawanan gajah Jambul menjadi kelompok kedua yang dipasangi GPS Collar pada Rabu, 29 Maret 2023. Kawanan gajah Jambul terdiri dari enam ekor Gajah Sumatera, dan GPS dipasang di salah satu anggota kawanan saja.
“Sebelumnya kami telah berhasil memasang GPS Collar pada salah satu anggota kelompok Gajah Bunga pada 24 Desember 2021,” kata Kepala SPTN Wilayah III Krui, Maris Feriyadi, Kamis, 30 Maret 2023.
Proses pemasangan GPS di kawanan Jambul dipimpin oleh dokter hewan yang tergabung dalam tim drh Erni Suyanti. Pemasangan GPS pada Jambul tidak berjalan mulus, sebab pada proses pembiusan butuh waktu yang cukup lama.
“Kalau untuk proses pemasangan GPS Collar hanya memerlukan waktu kurang lebih 25 menit. Selanjutnya tim medis melakukan pemantauan
atas gajah tersebut sampai dengan sadarkan diri dan gajah mulai berjalan kembali,” kata Maris.
Maris mengatakan pemasangan GPS itu merupakan salah satu bentuk mitigasi interaksi negatif antara manusia dan gajah Sumatera yang ada di kawanan TNBBS dan sekitarnya.
“Dengan telah dipasangnya GPS pada dua kelompok Gajah itu diharapkan memudahkan petugas dalam pemantauan pergerakan, sehingga upaya mitigasi dapat lebih dini dan optimal dilakukan,” ujar Maris.
Sementara itu, Plt Kepala Balai Besar TNBBS, Ismanto mengatakan pemasangan GPS itu sangat membantu kerja petugas pengawasan gajah liar di lapangan.
“Terimakasih kepada tim yang terdiri dari personil Balai Besar TNBBS, Balai KSDA Bengkulu, mitra dan masyarakat yang telah membantu hingga terpasangnya GPS Collar. Butuh pengorbanan yang luar biasa, pemasangan dilakukan pada bulan Ramadan dan dengan kondisi topografi kawasan TNBBS, namun tim tetap semangat dan berhasil,” kata dia.
Ismanto berharap dengan lebih mudahnya pengawasan terhadap gajah liar menggunakan GPS, dapat meminimalisir adanya konflik antara gajah dan petani atau warga sekitar.
“Ini merupakan upaya mitigasi interaksi negatif dapat dioptimalkan dan dapat meminimalisir potensi kerugian yang terjadi,” ujar dia.
Deni Zulniyadi