Bandar Lampung (Lampost.co) — Harga beras terus mengalami peningkatan sejak awal 2023 hingga saat ini. Kondisi makin tidak membaik setelah memasuki musim kering karena menjadi pemicu tingginya harga akibat banyaknya permintaan.
Menyikapi kondisi ini, pengamat pertanian Universitas Lampung (Unila) Teguh Endaryanto mengatakan, peningkatan harga termasuk dalam Harga Eceran Tertinggi (HET) diatur dalam Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 7 Tahun 2023 (Perbadan 7 Tahun 2023) tentang Harga Eceran Tertinggi Beras untuk wilayah Jawa, Lampung dan Sumatra Selatan.
Di dalam peraturan itu disebutkan bahwa pada tiga wilayah yang dimaksud berada pada harga Rp10.900 per kg untuk medium dan Rp13.900 per kg untuk premium.
Sedangkan pada minggu ke-II September harga beras premium di pasar tradisional berada pada kisaran harga Rp14.000 per kg sampai dengan Rp15.000 per kg, sedangkan untuk beras medium berada pada kisaran harga Rp13.400 per kg sampai dengan Rp13.600 kg.
“Dalam kondisi dimana penawaran beras terbatas dan permintaan beras tinggi, maka kondisi seperti ini memang memungkinkan memacu pergerakan fluktuasi harga. Namun demikian tentu perbedaan harga eceran antara HET dan harga eceran di pasar tradisional perlu dilihat kemungkinan rantai pasokan dari produsen beras distributor beras ke pasar tradisional apakah efisien atau rantainya cukup panjang,” kata Teguh, Selasa 12 September 2023.
Sehingga terjadi adanya tambahan biaya seperti ongkos angkut, transport, atau kenaikan BBM /Pertamax September – walaupun angkutan umum menggunakan Solar/Pertalite yang tidak naik dari akses distributor ke pasar tradisional.
“Oleh karena itu, perlu langkah terkait operasi pasar beras untuk membantu konsumen, serta pengawasan yang terpadu agar fluktuasi harga menjadi terkendali,” kata dia.
Namun saat ini mekanisme pasar berjalan secara hukum ekonomi Suplai dan Demand-nya, oleh karena itu perlu upaya pengawasan, penelusuran saluran pasar, stok beras, akses. “Termasuk mobilitas beras asal Lampung yang kemungkinan ke luar Lampung dan masuknya beras dari Luar Lampung yang masuk ke Lampung,” kata dia.
Deni Zulniyadi