Bandar Lampung (Lampost.co)— Pengamat Transportasi Universitas Lampung (Unila), Sasana Putra, menilai pengelolaan insentif pusat senilai Rp800 miliar guna perbaikan infrastruktur jalan rusak di Lampung perlu dikaji secara tepat.
Menurutnya, diperlukan pemetaan skala prioritas penanganan ruas jalan rusak yang berbasis manfaat kewilayahan.
“Harusnya dibuat skala prioritas terlebih dahulu. Sehingga akan muncul ekonomi produktif dari kawasan yang telah direncanakan apabila akses infrastruktur jalannya maksimal,” ujarnya, Minggu, 7 Mei 2023.
Dirinya mendorong perbaikan jalan utamanya ditujukan bagi kawasan-kawasan yang telah direncakan untuk dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi Lampung.
“Hasil kajian saya menunjukkan dengan dibangunnya jalan tol, ekonomi Lampung tetap belum bisa mencapai titik maksimal pertumbuhannya. Salah satunya karena akses jalan kabupaten kota nya masih rusak, jadi titik-titik wilayah ekonomi tersebutlah yang mestinya terlebih dahulu diprioritaskan,” jelasnya.
Sasana menyebut konsep desain pembangunan jalan kabupaten/kota juga perlu dievaluasi. Pasalnya, sejauh ini desain yang digunakan untuk pembangunan jalan tersebut masih mengacu pada standar jalan nasional.
Bahan baku dan proses pengerjaan desain jalan nasional memerlukan anggaran yang cukup besar agar kualitasnya benar-benar mantap. Anggaran yang ada di daerah dinilai belum mampu mengcover kebutuhan tersebut.
“Jika dilihat diatas kertas dan prospek kedepannya memang bagus menggunakan standar jalan nasional. Masalahnya, anggaran jalan daerah itu tidak seperti anggaran jalan nasional, nggak akan menutup itu anggarannya untuk menjalankan konsep tersebut. Kenapa tidak kita coba pendekatan lokal,” kata dia.
Dia menyarankan pemerintah agar mempertimbangkan penggunaan teknologi daur ulang yang relatif terjangkau. Namun, pelaksanaannya memerlukan sumber daya manusia yang mumpuni dalam bidang teknologi tersebut.
“Ada teknologi daur ulang yang relatif lebih murah karena memanfaatkan barang bekas untuk dijadikan aspal atau fondasi. Tapi persoalannya kembali ke SDM, siap nggak dengan teknologi ini,” pungkasnya.
Nurjanah