Kalianda (Lampost.co)–Pemerintah melalui PLN gencar memberikan sosialisasi mengenai penggunaan kompor listrik. Namun, sebelum rencana itu diberlakukan di seluruh Indonesia, wacana kompor listrik dibatalkan.
Menganggapi hal itu, Suryani, salah satu warga dusun Simbaringin, Kelurahan Sidosari, Kecamatan Natar, Lampung Selatan mengatakan, jika wacana konversi tersebut dilanjutkan maka ia memilih untuk memasak menggunakan kayu bakar.
“Ya kalo gas LPG sudah diganti kompor listrik saya pilih kembali ke cara tradisional saja, pakai kayu bakar. Sampai sekarang-pun saya kalau masak dengan jumlah banyak, masih pakai tungku kayu bakar,” katanya. Minggu, 2 Oktober 2022.
Suryani mengatakan, bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan kompor listrik tidak sebanding dengan banyaknya sumber daya alam gratis yang tersedia.
“Di Indonesia, belum semua listrik masuk apalagi di desa terpencil, jadi wacana itu hanya cocok di kota saja. Kalau suruh milih, ya mending pake kayu bakar, tersedia geratis,” kata dia.
Meski wacana kompor listrik sudah dibatalkan, Suryani berharap kepada pemerintah untuk selalu mengkaji ulang setiap kebijakan yang dikeluarkan. Sebab, di Indonesia masyarakatnya memiliki banyak keberagaman, termasuk dalam strata sosialnya.
“Indonesia kan nggak cuma orang kaya isinya, banyak juga wong ndeso yang istilahnya bayangin bentuk kompor listrik saja belum sampai sana. Tapi untuk masyarakat kota, wacana itu pasti bagus dan didukung,” ujar Suryani.
Meski menolak pemakai kompor listrik, tapi Suryani juga berharap pemerintah perlu memberi penyuluhan atau sosialisasi ihwal penggunaan kompor listrik terlebih dahulu.
“Kasih tau dulu apa itu kompor listrik, kelebihannya apa? Setelah masyarakat paham, baru bisa pelan-pelan pindah dari kayu ke LPG, pindah lagi ke listrik,” kata dia.
Sri Agustina