Bandar Lampung (Lampost.co)–Berjualan bubur kacang hijau untuk menghidupi keluarga menjadi ikhtiar Qodri. Dengan gerobak yang biasa mangkal di Jalan Cut Nyak Dien, Telukbetung Utara, bapak tiga anak yang tak lagi dibilang muda, tetap semangat berjualan.
Ditemui pada Minggu pagi, 13 November 2022, Qdori mengaku berjualan sudah sekitar 30 tahunan, sejak tahun 1980 hingga sekarang. Diusia yang hampir menginjak 60 tahun, ia masih ada semangat untuk tetap berjuang dan menolak tua.
Setiap pagi ia mendorong gerobak bubur kacang hijau dengan menempuh jarak sekitar dua kilometer.
“Setiap pagi jam enam itu udah keluar, dorong gerobak dan berjualan dinsini. Dulu pertama saya kesini masih sepi banyak kebun-kebun,” katanya.
Ia menceritakan sejak menikah di Serang, Provinsi Banten saat itu ia memutuskan merantau ke Lampung pada tahun 1980.
Setelah di Lampung bersama sang pujaan hati mengontrak dan langsung berjualan bubur kacang hijau.
“Bismillah aja saya jual keliling bubur kacang ijo. Yang penting bisa memenuhi kebutuhan keluarga saja,” ujarnya.
Usai berjualan bubur kacang hijau sore harinya ia langsung ke pasar mencari bahan-bahan untuk berjualan bubur buat keesokannya.
“Sorenya cari gula aren, gula putih, kacang ijo dan lainnya. Untuk berjualan besoknya, seperti itu setiap harinya,”ujarnya.
Ia mengaku sehari bisa mengumpulkan uang maksimal Rp200 ribu dari jualan bubur. Dari uang tersebut ia mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp60 ribu.
“Sisanya untuk beli bahan-bahan di pasar. Apalagi sekarang pada naik, kalau harga bubur saya naikin nanti pada kabur konsumen, gak ada yang beli lagi,”katanya.
Bubur kacang hijau tersebut ia jual satu porsi Rp 5 ribu. Terkadang dagsngannya tidak habis terjual. “Kadang juga sering gak habis, jadi untungnya tipis bener,” ujarnya.
Ia tetap bersyukur dengan berjualan bubur kacang hijau tetap bisa menafkahi istri dan ketiga anaknya yang saat ini sudah ada yang berumah tangga.
Sri Agustina