Bandar Lampung (Lampost.co) — Nuansa asri penuh dihiasi dengan berbagai macam tanaman dan nuansa alam lebih ditonjolkan. Tempat duduk yang terlihat nyaman nampak terlihat sangat memanjakan para pengunjung yang datang.
Disambut dengan seorang pramusaji wanita berpakaian hijab dan mengenakan celemek, kemudian menanyakan hendak duduk bersantai dilantai atas atau bawah.
Seketika terlihat biasa, terlihat sama seperti cafe pada umumnya yang menyajikan makanan berat, ringan, minuman panas dan dingin dengan berbagai varian rasa dan tentunya memanjakan para konsumen.
Konsep tempatnya pun sangat menarik sangat modern bercampur klasik, terdapat tanaman sebagai hiasan di berbagai sudut ruangan menambah kesan nyaman nan teduh.
Energi Positif (Enpos) sebuah kafe di Kota Bandar Lampung, tepatnya berada di jalan Pulau Buton, perumahan Palmville, Jagabaya III, Kota Bandar Lampung ini memiliki konsep lain dari pada yang lain.
Yaitu memperkerjakan para warga disabilitas atau berkebutuhan khusus. Di kafe ini beberapa warga itu bekerja seperti biasa layaknya masyarakat normal.
Seolah tidak terdapat pembeda, para pengunjung yang datang pun seolah sudah terbiasa dengan kehadiran warga disabilitas melayani para konsumen, tanpa ada kesulitan maupun pandangan diskriminatif yang kerap dilayangkan pada warga berkebutuhan khusus itu.
Owner Enpos kafe, Maria Novita mengatakan bahwa adanya Enpos ini merupakan sebagai pembuktian adanya warga disabilitas ditengah masyarakat.
“Ini berawal dari adanya sekolah SLB yang dikelola, disana teman-teman difabel ini diajarkan berbagai kemampuan salah satunya memasak. Dan ketika pandemi covid-19 kemarin tahun 2019 kita beranikan diri buka warung, saat itu saya sebut warung dan akhirnya sampai sekarang,” Kat Maria, Jumat 24 November 2023.
Dengan berbekal kemampuan warga disabilitas ini telah memiliki keahlian yang kemudian diberdayakan berdasarkan kemampuan motorik dan keahlian pribadinya.
Maria menyampaikan, sampai saat ini terdapat 5 anak disabilitas yang bekerja di Enpos kafe dan selama ini setiap anak memiliki kesempatan untuk mendapatkan karir di dunia kerja.
“Saat di sekolah sebelumnya yang kami pikirkan adalah bagaimana setelah ini, apakah mereka harus bekerja atau tidak, maka dengan berbagai kegiatan positif yang di hadirkan di Enpos Kafe mulai dari pembuatan karya seni, hingga modern kafe mereka diberdayakan yang tentu sebelumnya telah memiliki kemampuan dan di dampingi oleh para pendampingnya saat bekerja,” kata dia.
Karena setiap anak difabel memiliki kekurangan yang berbeda maka perlu adanya pendamping, para pendamping itu berasal dari pengajar SLB yang telah lama mengenal mereka, sehingga secara pribadi lebih paham dalam menghadapi keluhan yang kerap dialami para teman-teman disabilitas saat bekerja.
Kedepannya kata Maria, Enpos kafe tidak hanya menjadi tempat bersantai namun juga menjadi wadah bagi para warga berkebutuhan khusus. Sebab pemberdayaan masyarakat disabilitas harus mulai menjadi perhatian bersama seluruh pihak.
Atika Oktaria