Pesisir Barat (Lampost.co)—Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Barat, Tedi Zadmiko, mengatakan bahwa jumlah kasus stunting di wilayah kabupaten itu meningkat dibandingkan tahun lalu.
Pada tahun 2020, berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilakukan dengan sampel 200 anak, ditemukan 25 anak mengalami stunting. Di tahun 2022, dengan sampel 500 anak, ditemukan 42 anak mengalami stunting.
Saat ini, jumlah kasus stunting di Pesisir Barat tersisa 30 kasus. Tedi mengatakan bahwa kasus stunting yang tersisa ini rata-rata berusia lebih dari dua tahun dan memiliki penyakit bawaan.
“Sekarang sisa 30 kasus dan masih terus kami lakukan di intervensi gizi spesifik karena ditemukan rata -rata anak sudah berusia lebih dari dua tahun,diperberat dengan beberapa anak dengan penyakit bawaan,” kata dia.
Menurutnya, upaya yang telah dilakukan yaitu pemantauan dan pelayanan kesehatan anak stunting secara berkala di Puskesmas dan Posyandu. Merujuk Anak Stunting ke Dokter Spesialis Anak di RS KH. M. Thohir Kabupaten Pesisir Barat, bahkan ada yang di rujuk ke RSUD Abdul Moeloek, Bandar Lampung.
Selanjutnya pihaknya juga melakukan pemberian makanan tambahan pemulihan berupa beras, telur,susu dan lain-lain, kemudian bagi anak yang tidak mempunyai BPJS kesehatan pihaknya mengusulkan ke Dinas Sosial untuk mendapat BPJS tersebut.
Kemudian, lanjut dia, pemberian suplemen kepada anak stunting dan formula 100,pemberian therapy bagi anak dengan penyakit penyerta.
Lalu, mengdukasi pola asuh terhadap anak kepada keluarga,edukasi PHBS, edukasi bersama lintas program kesehatan lingkungan, promkes dan P2. Pemberian tablet Fe (mineral) pada remaja dan ibu hamil untuk mencegah anemia sebagai salah satu penyebab stunting.
Serta pencegahan pernikahan dini bekerja sama dengan KUA dalam edukasi pranikah, dan penguatan program KB dalam menjarangkan kehamilan.
Nurjanah