Bandar Lampung (Lampost.co) — Para produsen tahu tempe menyambut baik rencana Pemerintah Pusat untuk menjadikan Provinsi Lampung sebagai sentra kedelai nasional.
Mirahati produsen tahu di daerah Branti, Kabupaten Lampung Selatan, mengaku dirinya sangat senang jika nantinya Lampung menjadi sentra kedelai.
“Ya senanglah, Mas kalau nantinya bisa terwujud (Lampung jadi sentra kedelai nasional), apalagi harga kedelai impor sering naik,mudah-mudahan kalau kedelai lokal berlimpah, banyak produsen jadi pakai kedelai lokal,” ujar Mirahati, Minggu 4 Juni 2023.
Dikatakan sampai dengan saat ini harga kedelai impor, yang kerap dijadikan bahan baku utama para produsen tahu terus mengalami kenaikan setiap tahunnya.
“Dulu tahun 2009 itu harga kedelai impor masih sekitar Rp6.000 per kilogram, sekarang harganya bertahan diangka Rp10 ribu sampai Rp11 ribu tergantung mereknya,” katanya.
Oleh karena itu, dengan dijadikannya Lampung sebagai sentra kedelai Nasional,ini menjadi kabar baik bagi para produsen tahu dan tempe.
“Ya, semoga ini benar-benar bisa terwujud ya, Mas, karena kami (produsen) selama ini pakai impor bukan karena tidak mau, tapi jumlahnya saja belum memadai,” ungkapnya.
Hal serupa juga dikatakan Sutikno, produsen atau pengrajin tempe dari Bandar Lampung ini pun berharap rencana Lampung dijadikan sebagai sentra kedelai nasional itu sangat baik.
“Kami para produsen tahu dan tempe bersyukur jika itu bisa diwujudkan, saya sendiri juga senang jika kedelai lokal kita banyak,” kata Sutikno.
Menurutnya, alasan para pengrajin atau produsen tahu dan tempe hingga kini masih memakai kedelai impor bukan kualitas semata, namun jumlah kedelai lokal belum memenuhi kebutuhan para produsen untuk dijadikan bahan baku produksi.
“Dari segi kualitas sebenarnya kedelai lokal tidak kalah bagus dari kedelai impor, hanya saja jumlahnya belum mencukupi untuk produksi saat ini kan baru sebatas dibudidayakan menjadi sayuran kecambah dan lainnya.
“Yang jelas harapan kami jika kedelai lokal banyak karena menjadi sentranya, sudah pasti harganya bisa lebih murah dari impor dan kualitasnya tetap terjaga minimal mendekati kedelai imporlah,” ujar Sutikno.
Nurjanah