Bandar Lampung (Lampost.co)—Cacar monyet yang merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus monkeypox. Virus ini termasuk dalam genus Orthopoxvirus, yang juga termasuk virus variola (penyebab cacar).
Gejala cacar monyet biasanya dimulai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, dan rasa lelah. Setelah itu, ruam kulit akan muncul, biasanya dimulai di wajah dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ruam ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras.
Cacar monyet adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus monkeypox. Virus ini termasuk dalam genus Orthopoxvirus, yang juga termasuk virus variola (penyebab cacar).
Gejala cacar monyet biasanya dimulai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, dan rasa lelah. Setelah itu, ruam kulit akan muncul, biasanya dimulai di wajah dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ruam ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras.
Umumnya,cacar monyet ditularkan dari hewan ke manusia melalui kontak dengan darah, cairan tubuh,maupun lesi kulit atau mukosa hewan yang terinfeksi. Virus ini juga dapat ditularkan dari orang ke orang melalui kontak dekat dengan cairan tubuh atau lesi kulit yang terinfeksi.
Tidak ada pengobatan khusus untuk cacar monyet, tetapi gejalanya dapat diobati dengan obat-obatan. Vaksin cacar juga dapat membantu mencegah cacar monyet, tetapi vaksin ini tidak lagi tersedia secara luas.
Cacar monyet biasanya merupakan penyakit ringan dan sembuh dalam waktu beberapa minggu. Namun, pada beberapa kasus, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi yang serius, seperti pneumonia, meningitis, dan ensefalitis.
Belum Ditemukan Kasus Cacar Monyet di Lampung
Cara Mengobati Cacar Monyet
Cacar monyet biasanya sembuh dalam 2-4 minggu. Namun, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti pneumonia, meningitis, dan ensefalitis.
Tidak ada obat khusus untuk cacar monyet. Namun, ada beberapa perawatan yang dapat membantu mengurangi gejala dan mencegah komplikasi. Perawatan tersebut meliputi:
Obat antivirus, seperti tecovirimat dan brincidofovir
Obat antipiretik, seperti ibuprofen atau asetaminofen, untuk menurunkan demam
Obat pereda nyeri, seperti ibuprofen atau asetaminofen, untuk mengurangi nyeri otot
Obat topikal, seperti krim atau salep, untuk membantu mengeringkan ruam
Cacar monyet dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan hewan yang terinfeksi dan dengan vaksinasi. Vaksin cacar monyet juga dapat membantu melindungi orang yang telah terpapar virus cacar monyet.
Cacar Monyet Serang Mohoseksual
Meski belum terdeteksi di Indonesia, sudah banyak stigma seputar cacar monyet atau monkeypox yang dianggap hanya menginfeksi pasien HIV komunitas LGBT, seperti gay, homoseksual dan biseksual.
Padahal Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Penyakit Infeksi, dr. Robert Sinto Sp.PD menegaskan, meski data saat ini jumlahnya kecil namun cacar monyet tetap bisa menginfeksi masyarakat umum.
“Nah poin saya di sini adalah, bahwa ada komunitas kecil yang bukan MSM (homoseksual) atau LGBT yang juga bisa terkena yaitu sebesar 2 hingga 4 persen, jadi penyakit ini memang tidak murni MSM atau gay,” ujar dr. Robert dalam acara diskusi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Dokter yang praktek di RSCM Jakarta itu juga mengatakan penyebarnya cacar monyet ke lebih dari 88 negara dunia, bahkan penyakit ini menjadi wabah di luar negara Afrika, sebagai awal mula penyakit ini muncul.
“Juga tidak murni pada Afrika saja, jadi kalau kita kenal 30 tahun pada Afrika dan ternyata sekarang bisa menyebar pada 88 negara di dunia,” sambung dr. Robert.
Robert juga membenarkan mayoritas atau sebagian besar data cacar monyet terkonsentrasi pada homoseksual, gay dan biseksual.
Hal ini sebagaimana temuan di 3 laporan kasus cacar monyet terbesar oleh WHO, Cohort study, dan laporan Inggris. “Kembali pada laporan kasus besar ini, jadi dalam 500 kasus yang ada itu 98 persen yang dilaporkan itu adalah yang memiliki hubungan seksual gay, biseksual, atau MSM (homoseksual),” ungkap dr. Robert.
Untuk Cohort menemukan 98 persen kasus cacar monyet yang datang melaporkan kondisinya, 41 persen dari HIV positif dan sisanya 59 persen HIV negatif atau bukan orang dengan HIV.
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dari total 5.000 kasus, 98 persen terjadi pada LGBT, gay, biseksual atau MSM, dan 41 persen di antaranya HIV positif.
“Saya tunjukkan fakta ketiga dari Inggris dengan 445 kasus yang gay, bisex, dan MSM sebanyak 96,2 persen, yang hidup dengan HIV itu sebesar 30 persen. Jadi rupanya konsisten pada 3 laporan tersebut maka angkanya berkisar 96 hingga 98 persen untuk gay dan 30 persen untuk HIV,” tutup dr. Robert.
Di Indonesia sendiri jumlah kasus cacar monyet atau mpox meningkat menjadi 34 kasus dan tersebar di tiga provinsi, yakni lima kasus di Banten, 27 kasus di DKI Jakarta, dan dua kasus di Jawa Barat. Kemenkes sebut homoseksual jadi salah satu penyebab penularannya.
“Penyakit ini sensitif karena terjadi di segmen khusus yaitu LSL atau homoseksual yang sering berganti pasangan. Akibatnya, jika dilihat tracing reportnya agak seram juga,” kata Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Senayan, Jakarta pada Selasa, 7 November 2023.
Menurut Budi, gaya hidup hubungan sejenis membawa penyakit mpox dan HIV karena sering berganti pasangan seksual. Oleh karena itu penanganan dilakukan bekerja sama dengan kelompok-kelompok tersebut.
“Ini sebenarnya kita bekerja sama dengan kelompok sosial masyarakat di bidang ini karena takutnya memberikan stigma sehingga takutnya tidak efektif penanganannya. Tapi penyebarannya meningkat dan ini sudah terjadi penularan lokal,” ujar dia.
Saat ini kemenkes tengah mengadakan vaksin sebanyak 4.500 dosis yang diberikan kepada kelompok khusus. Kemudian obat tecovirimat juga dipersiapkan sebanyak 1.008 botol. “Sampai saat ini sembuh dan tidak ada yang wafat ya,” pungkasnya.
Sementara itu di Provinsi Lampung hingga kini belum ditemukan adanya kasus warga terkena cacar monyet atau Monkey Pox.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung, Edwin Rusli mengatakan Dinas setempat belum menemukan adanya indikasi ditemukan kasus cacar monyet.
“Alhamdulillah sampai saat ini di lampung belum ditemukan kasus cacar, monyet seperti yang ada di wilayah luar Lampung seperti di provinsi Banten,” ujarnya, Kamis 2 November 2023.
Nurjanah