Kalianda (Lampost.co)–Jam menunjukkan pukul 22.00 WIB. Hawa dingin dari tiupan angin kencang disertai rintik hujan pun begitu terasa di Pelabuhan Bakauheni, Kalianda, Lampung Selatan, Minggu, 16 April 2023.
Namun, kondisi itu tak membuat Landep (56) berhenti mengaduk seduhan kopi hangat kemasan yang diwadahi gelas plastik untuk disajikan kepada pembeli.
Nyaringnya suara klakson kapal hingga debu dan asap dari geberan truk dan bus penumpang sudah menjadi hal biasa bagi Landep.
Selain kopi kemasan, Ibu empat orang anak itu menjual aneka minuman saset mulai dari kopi, susu, dan mi cepat saji, juga air mineral.
Segelas kopi ia jual hanya Rp5.000. Biasanya, para pemudik berangsur membeli dagangan Landep sambil menunggu kapal dari Pelabuhan Merak tiba dan bersandar di dermaga Bakauheni.
Dalam semalam, ia bisa menjual 13 gelas atau dua termos air panas. “Kalau keliling bisa dapat lebih, tapi aku nggak kuat badannya,” kata dia.
Landep yang tinggal di wilayah, Muara Piluk, Desa Bakauheni itu sudah 40 tahun menjadi pedagang minuman seduh di pelabuhan pintu gerbang Sumatera.
Ia berangkat ke pelabuhan sehabis magrib, usai mengurus rumah dan anaknya.
“Kalau pulang jam 03.30 (dinihari) dijemput suami,” kata Landep.
Selain barang dagangan, Landep juga menyiapkan karpet sebagai alas untuk merebahkan tubuh di kala letih.
“Kalau ngantuk ya gelar tiker, tidur sebentar,” ujarnya.
Dari jerih payahnya selama empat dekade, Landep mampu membesarkan keempat anaknya.
Kini, tiga anaknya sudah berkeluarga dan merantau di tanah Jawa. Tersisa si bungsu yang masih duduk di bangku SMA yang hidup bersamanya.
Ia sempat merasa jumlah pelanggan saat ini menurun dibandingkan beberapa tahun lalu.
“Sekarang malah sepi, ramai sebelum covid-19, semoga nanti makin ramai lagi mendekati puncak mudik,” harapnya.
Meski demikian, ia tetap bersemangat. Dari hasil dari kegigihan berdagang, membuat ia mampu membangun rumah .
Landep mengaku bahagia dengan pekerjaannya saat ini. “Saya sukanya dagang. Tapi saya nggak bisa ngoyo. Jadi santai saja, yang penting bisa makan,” kata dia sambil tersenyum.
Kiatnya menjalani kehidupan yang serba terbatas hanyalah berbekal semangat.
“Nggak usah pikirin yang berat berat, jalanin saja, mau makan apa yang kita mau ya beli. Mau ayam beli, apa aja yang kita sukai biar nikmati hidup,” tuturnya.
Sri Agustina