Kalianda (Lampost.co)–Sejumlah petani cabai di Lampung Selatan mengalami penurunan hasil panen akibat cuaca ekstrem dan serangan hama. Hal itu mengakibatkan harga cabai melambung di pasaran.
Mulyadi (50) seorang petani cabai di Desa Kalirejo, Kecamatan Palas, Lampung Selatan mengatakan bahwa penurunan hasil panen kali ini mencapai 70% dibandingkan musim panen sebelumnya.
“Saya menanam cabai dengan jumlah 2.500 pohon, di musim normal biasanya hasil panen mampu mencapai dua kwintal bahkan lebih. Namun kali ini hanya mendapat 75 kilo saja,” kata dia saat ditemui Lampost.co di lahan cabainya pada Senin, 6 November 2023.
Menurut Mulyadi, penurunan hasil panen yang disebabkan kemarau panjang kali ini menjadi salah satu panen terburuk selama tahun 2023. Keadaan diperparah dengan serangan hama hingga menyebabkan kualitas hasil panen buruk.
“Selama musim panas tidak mendapat pasokan air sehingga banyak pohon yang mati, selain itu juga banyak hama yang membuat cabai menjadi kriting atau kerdil,” katanya.
Berdasarkan pantauan Lampost.co di beberapa pasar tradisional di Lampung Selatan, harga cabai mulai melambung tinggi. Cabai merah yang sebelumnya dijual Rp40 ribu kini menjadi Rp80 ribu/kilogram. Sementara harga cabai rawit dari sebelumnya Rp35 ribu kini dijual Rp75 ribu/kilogram.
“Harga mahal dan barangnya juga sedikit. Stoknya tidak banyak karena dari petani banyak yang gagal panen, sementara permintaan konsumen masih tetap banyak,” kata Ical, salah satu pedagang cabai di Pasar Impres Kalianda.
Naiknya harga cabai, lanjut Ical, mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat. Ia berharap musim hujan segera datang agar petani dapat produksi cabai secara normal.
“Untuk saat ini pembeli biasanya mengurangi pembelian yang biasanya beli 1 kg menjadi 1/2 kg, yang tadinya beli 1/2 menjadi 1/4,” katanya.
Putri Purnama