Bandar Lampung (Lampost.co) — Umat Muslim disunnahkan untuk menjalankan puasa sebelum Idul Adha pada 10 hari pertama Bulan Zulhijah. Untuk 2023 ini, ibadah itu bisa dilaksanakan pada 20 Juni hingga 28 Juni.
Pasalnya, Kementerian Agama (Kemenag) resmi menetapkan 1 Zulhijah 1444 Hijriyah pada Selasa, 20 Juni 2023. Hal itu berdasarkan sidang isbat digelar pada Minggu, 18 Juni 2023. Selain itu, pemerintah juga menetapkan Hari Raya Iduladha 10 Zulhijah 1444 H jatuh pada Kamis, 29 Juni 2023.
3 Macam Puasa Sebelum Idul Adha
Sebelum merayakan lebaran Iduladha itu, terdapat tiga puasa sunnah yang dapat dikerjakan.
1. Puasa Zulhijah
Puasa sunnah jelang Idul Adha ini diawali Puasa Zulhijjah pada 1 hingga 7 Zulhijah. Pada 2023 ini, jadwal puasa Zulhijah jatuh pada 20 hingga 26 Juni.
2. Puasa Tarwiyah
Puasa sunnah yang dijalankan pada 8 Zulhijah dan jatuh pada 27 Juni 2023.
3. Puasa Arafah
Ibadah ini pada 9 Zulhijjah yang jatuh pada 28 Juni 2023 atau satu hari sebelum Idul Adha.
Niat Puasa di Bulan Zulhijah
Adapun niat puasa sunnah pada bulan Zulhijah bisa dilakukan pada malam hari, yaitu sejak terbenamnya matahari hingga terbit fajar. Berikut lafal niatnya:
1. Niat puasa Zulhijah 1 sampai 7 Zulhijah
Nawaitu shauma syahri dzil hijjah sunnatan lillahi ta‘ala.
Artinya: “Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah ta’ala.”
2. Niat puasa Tarwiyah pada 8 Zulhijah
Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillahi ta‘ala.
Artinya: “Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah ta’ala.”
3. Niat puasa Arafah pada 9 Zulhijah
Nawaitu shauma arafata sunnatan lillahi ta’ala.
Artinya: “Saya niat puasa sunnah Arafah karena Allah ta’ala.”
Sejarah dan Keutamaan Bulan Zulhijah
Zulhijah salah satu bulan dalam hijriah yang memiliki banyak keistimewaan. Dalam hadits diungkapkan bulan tersebut memiliki manfaat bagi kaum muslim untuk melipatgandakan seluruh aktifitas ibadahnya. Sebab, Allah SWT menjanjikan pahala yang sangat besar.
Mengutip dari laman nu.or.id, terdapat dua hadits yang menyebutkan keistimewaan bulan Zulijah.
“Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata “Tidak ada hari di mana amal soleh di dalamnya sangat dicintai Allah melebihi 10 hari pertama bulan Zulhijah. Para sahabat kemudian bertanya “apakah amal itu dapat membandingi pahala jihad fi sabilillah?”
Bahkan amal pada 10 hari Zulhijah lebih baik dari pada jihad fi sabilillah, kecuali jihadnya seorang lelaki yang mengorbankan dirinya, hartanya, dan kembali tanpa membawa semua itu (juga nyawanya) sehingga ia mati sahid. Tentu yang demikian itu (mati sahid) lebih baik”.
Kemudian, hadits riwayat Abi Hurairah Ra, yakni:
“Tidaklah ada hari yang paling disukai Allah SWT, dimana Dia disembah pada hari itu kecuali, 10 hari bulan Zulhijah. Puasa satu hari di dalamnya sama dengan puasa satu tahun. Ibadah, salat malam sekali pada malamnya seperti salat malam selama satu tahun pula,”.
Hadits itu menunjukkan untuk memperbanyak amal ibadah pada 10 hari pertama bulan Zulhijah.
Mulai dari puasa dan ibadah lainnya, seperti membaca Al-Quran, berdzikir, bertasbih, dan bersilaturahim. Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari menjelaskan keistimewaan 10 hari pertama tersebut terkumpul ibadah-ibadah utama, yaitu salat, puasa, sedekah, dan haji.
Dalam sejarahnya, Ibnu Abbas pernah menerangkan hari-hari di 10 pertama Zulhijah memiliki penuh makna. Sebab, terdapat berbagai kejadian besar yang berhubungan pada perubahan kehidupan manusia selanjutnya.
Tanggal 1 Zulhijah merupakan saat Allah swt memaafkan Nabi Adam setelah beberapa lama meminta pengampuanan atas kesalahan memakan buah huldi di surga.
Rasulullah saw pernah bersabda: “Barang siapa yang berpuasa di hari pertama Zulhijah, Allah akan memaafkan dosa-dosanya sebagaimana yang terjadi kepada Nabi Adam,”.
Tanggal 2 Zulhijah saat ikan Nun menyelamatkan Nabi Yunus As usai beberapa hari berada di dalam perutnya sembari terus bertasbih dan beribadah kepada Allah swt. Pada hari itu Nabi Yunus akhirnya keluar dari perut ikan Nun.
Untuk itu, Rasulullah SAW pun pernah bersabda: “Barang siapa beribadah di hari kedua Zulhijah baginya pahala yang menyerupai ibadah satu tahun tanpa ada maksiat,”.
Tanggal 3 Zulhijah saat terkabulnya doa nabi Zakariya As yang dianugerahi seorang anak bernama Yahya. Kemudian pada 4 Zulhijah merupakan hari kelahiran Nabi Isa As dan 5 Zulhijah hari kelahiran Musa As.
Lalu pada 6 Zulhijah adalah hari-hari kemenangan para Nabi dalam memperjuangkan ajaran tauhid. Sedangkan 7 Zulhijah saat pintu neraka Jahanam ditutup.
Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa berpuasa di hari ke tujuh bulan Dzulhijjah akan ditutup 30 kesulitan dalam hidupnya dan dibuka 30 pintu kemudahan baginya,”.
Selanjutnya, pada 8 Zulhijah yang disebut sebagai hari tarwiyah terdapat fadhilah masyhur bagi mereka yang berpuasa. Puasa Tarwiyah memiliki ganjaran pahala yang sangat besar dan tidak ada yang tahu pasti ukurannya kecuali Allah swt.
Sedangkan 9 Zulhijah disebut pula hari tasu’a. Pada hari itu, terdapat puasa Arafah yang pahala seperti berpuasa selama 60 tahun. Terakhir pada hari ke-10 Zulhijah disebut dengan yaumun nahr, hari penyembelihan korban. Pada hari itu diharamkan kepada siapapun berpuasa.
Hari Tasyrik
Setelah hari 10 Zulhijah itu umat muslim juga tidak boleh berpuasa pada hari tasyrik, yaitu 11, 12, 13 Zulhijah yang jatuh pada 30 Juni, 1 dan Juli 2023.
Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam kitabnya yang terkenal Fathul Mu’in menjelaskan keharaman puasa pada hari tasyrik. Sayyid Bakri juga secara eksplisit, merujuk pada tiga hari setelah 10 Zulhijah yang tidak boleh untuk berpuasa.
Larangan itu karena hari tasyrik sebagai waktu untuk makan dan minum khususnya untuk mengonsumsi daging kurban. Hari tasyrik waktu untuk umat Islam berzikir melantunkan takbir muqayyad minimal selepas salat wajib lima waktu.
Effran Kurniawan