Jakarta (Lampost.co)–Ancaman covid-19 sepertinya belum berhenti. Amerika Serikat, Inggris, dan Tiongkok dilaporkan mengalami ketakutan bangkitnya kasus virus corona yang kini bermutasi menjadi jenis baru covid-19 pirola atau BA.2.86.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) varian pirola ini menimbulkan risiko yang jauh lebih tinggi karena dilaporkan menyebabkan infeksi lebih tinggi di banyak wilayah.
Kekhawatiran ini terjadi di mana kemungkinan varian pirola lebih efisien dalam menghindari respons imun orang yang memiliki antibodi covid, baik melalui infeksi sebelumnya atau vaksinasi, atau keduanya.
Tapi bukan berarti bahwa orang-orang ini memiliki risiko lebih besar terkena penyakit. Virus pirola juga dapat menulari orang-orang yang belum divaksinasi sehingga tidak memiliki respons imun spesifik terhadap covid sama sekali.
Mengutip laman Live Mint, pakar kesehatan ahli virologi Dr Pavithra Venkatagopalan, menginformasikan bahwa sampel varian Pirola yang tersedia sangat sedikit, sehingga sulit untuk mengukur tingkat keparahan strain baru tersebut.
Bahkan, hanya sembilan sampel varian BA.2.86 yang diterima, meski belum tentu mencerminkan jumlah total kasus, lapor Reuters. CDC juga mencatat bahwa varian Pirola berpotensi menginfeksi orang yang selamat dari varian virus korona sebelumnya atau yang telah menerima vaksin covid-19.
Menurut Prof. drh. Wiku Bakti Bawono Adisasmito, M.Sc., PhD, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) mengatakan pencegahan sebaran virus ini bisa dengan pemakaian masker terutama untuk di tempat keramaian.
Hal ini menunjukkan potensi terobosan infeksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis virus sebelumnya. Menurut laporan, varian Pirola menarik karena memiliki 35 mutasi baru yang membedakannya dengan varian covid yang diketahui sebelumnya.
Penyebaran varian pirola
Kuldeep Kumar Grover, Kepala Perawatan Kritis, Rumah Sakit CK Birla, Gurugram mengatakan bahwa BA.2.86 menular melalui tetesan. Gejala pasien yang terinfeksi varian Pirola antara lain, ruam, konjungtivitis, diare. Gejala lainnya antara lain, demam, batuk, sesak napas, kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, hilangnya rasa dan bau, sakit tenggorokan.
Pada dasarnya, covid-19 varian pirola bisa dicegah. Dan menurut Prof. drh. Wiku Bakti Bawono Adisasmito, M.Sc., PhD, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) pencegahan ini tak berbeda seperti pandemi covid-19 sebelumnya.
Melalui acara webinar ‘Sadari, Siaga, Solusi Terhadap Mutasi Virus Pada Masa Endemi Covid-19’ pada Rabu, 30 Agustus 2023, Prof. Wiki mengatakan, hal pertama yang perlu dilakukan untuk mencegah varian pirola adalah melengkapi vaksinasi covid-19 hingga booster kedua.
Hal ini diperlukan utamanya untuk masyarakat yang rentan, seperti anak-anak, lansia, dan yang memiliki penyakit komorbid.
“Hal kedua, tetap menjaga perilaku hidup sehat, kebersihan, seperti mencuci tangan dan membawa handsanitizer. Ini semua agar terhindar dari virus,” papar Prof. Wiku.
Dan yang tak kalah penting, selalu menjaga jarak dengan orang yang sedang sakit atau berisiko menularkan covid-19. Pemakaian masker juga tetap bisa dilakukan, terutama untuk di tempat keramaian.
Sri Agustina